tag:blogger.com,1999:blog-8500301455687179002024-03-13T13:44:17.605+07:00Cerita Dewasacerita hiburan yang dapat menambah wawasan dalam melakukan hubungan suami istriTeguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.comBlogger71125truetag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-55653990460526884792016-05-13T22:22:00.000+07:002016-05-13T22:22:02.613+07:00Selingkuh Dengan Kakak Dan Adik Ipar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga4UfbQ1ln7v1eJujsKh-X6b1MhNc5SbWvInBNbijhhYb4qDlyrUNbuPH25NiodxO7uTnS92wQBtF5z7x9mIM9YN7NFm-VvF3qjiIDVz-WNxnp1XYa5vpEJRV79pdFQBvzdAVVRcpDUQ8/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEga4UfbQ1ln7v1eJujsKh-X6b1MhNc5SbWvInBNbijhhYb4qDlyrUNbuPH25NiodxO7uTnS92wQBtF5z7x9mIM9YN7NFm-VvF3qjiIDVz-WNxnp1XYa5vpEJRV79pdFQBvzdAVVRcpDUQ8/s320/1.jpg" width="171" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2016/05/selingkuh-dengan-kakak-dan-adik-ipar.html">Perempuan pertama</a></b> yang saya tiduri semenjak menikah tidak lain adalah kakak istri saya. Oh ya, istri saya merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Semuanya perempuan. Istri saya sebut saja bernama Yeni. Kedua kakak Yeni sudah menikah dan punya anak. Mereka keluarga bahagia semuanya, dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Hanya saya dan istri yang ikut mertua dua tahun pertama perkawinan kami. Setiap minggu keluarga besar istri saya berkumpul. Mereka keluarga yang hangat dan saling menyayangi.<br />
<br />
Mbak Maya, kakak istri saya ini adalah seorang perempuan yang dominan. Dia terlihat sangat menguasai suaminya. Saya sering melihat Mbak Maya menghardik suaminya yang berpenampilan culun. Suami Mbak Maya sering berkeluh-kesah dengan saya tentang sikap istrinya. Tetapi kepada orang lain Mbak Maya sangat ramah, termasuk kepada saya. Dia bahkan sangat baik. Mbak Maya sering datang bersama kedua anaknya berkunjung ke rumah orang tuanya -yang artinya rumah saya juga- tanpa suaminya. Kadang-kadang sebagai basa-basi saya bertanya, “Kenapa Mas Wid tidak diajak?” “Ahh malas saya ngajak dia,” jawabnya. Saya tak pernah bertanya lebih jauh.<br />
Seringkali saat Mbak Maya datang dan menginap, pas istri saya sedang tugas luar kota. Istri saya dua minggu sekali keluar kota saat itu. Dia adalah seorang detailer yang gigih dan ambisius. Jika sudah demikian biasanya ibu mertua saya yang menyiapkan kopi buat saya, atau makan pagi dan makan malam. Tapi jika pas ada Mbak Maya, ya si Mbak inilah yang menggantikan tugas ibu mertua. Tak jarang Mbak Maya menemani saya makan.<br />
<br />
Karena seringnya bertemu, maka saya pun mulai dirasuki pikiran kotor. Saya sering membayangkan bisa tidur dengan Mbak Maya. Tapi mustahil. Mbak Maya tidak menunjukkan tipe perempuan yang gampang diajak tidur. Karenanya saya hanya bisa membayangkannya. Apalagi kalau pas hasrat menggejolak sementara istri saya up country. Aduhh, tersiksa sekali rasanya. Dan sore itu, sehabis mandi keramas saya mengeringkan rambut dengan kipas angin di dalam kamar. Saya hanya bercelana dalam ketika Mbak Maya mendadak membuka pintu. “Kopinya Dik Andy.” Saya terkejut, dan Mbak Maya buru-buru menutup pintu ketika melihat sebelah tangan saya berada di dalam celana dalam, sementara satu tangan lain mengibas-ibas rambut di depan kipas angin. Saya malu awalnya. Tetapi kemudian berpikir, apa yang terjadi seandainya Mbak Maya melihat saya bugil ketika penis saya sedang tegang? Pikiran itu terus mengusik saya.<br />
<br />
Peristiwa membuka pintu kamar dengan mendadak bukan hal yang tidak mungkin. Adik-adik dan kakak-kakak istri saya memang terbiasa begitu. Mereka sepertinya tidak menganggap masalah. Seolah kamar kami adalah kamar mereka juga. Adik istri saya yang bungsu (masih kelas II SMU, sebut saja Rosi) bahkan pernah menyerobot masuk begitu saja ketika saya sedang bergumul dengan istri saya. Untung saat itu kami tidak sedang bugil. Tapi dia sendiri yang malu, dan berhari-hari meledek kami. Sejak peristiwa Mbak Maya membuka pintu itu, saya jadi sering memasang diri, tiduran di dalam kamar dengan hanya bercelana dalam sambil coli (onani). Saya hanya ingin menjaga supaya penis saya tegang, dan berharap saat itu Mbak Maya masuk. Saya rebahan sambil membaca majalah. Sialnya, yang saya incar tidak pernah datang. Sekali waktu malah si Rosi yang masuk buat meminjam lipstik istri saya. Ini memang sudah biasa. Buru-buru saya tutupkan CD saya. Tapi rupanya mata Rosi keburu melihat. “Woww, indahnya.” Dia tampak cengengesan sambil memolesi bibirnya dengan gincu. “Mau kemana?” tanya saya. “Nggak. Pengin makai lipstik aja.” Saya meneruskan membaca. “Coli ya Mas?” katanya. Gadis ini memang manja, dan sangat terbuka dengan saya. Ketika saya masih berpacaran dengan istri saya, kemanjaannya bahkan luar biasa. Tak jarang kalau saya datang dia menggelendot di punggung saya. Tentu saya tak punya pikiran apa-apa. Dia kan masih kecil waktu itu. Tapi sekarang. Ahh. Tiba-tiba saya memperhatikannya. Dia sudah dewasa. Sudah seksi. Teteknya 34. Pinggang ramping, kulit bersih. Dia yang paling cantik di antara saudara istri saya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9EYJZUi9VqtFSTmAeRoqXUuB1mYOOIDwyuXBS2bTx8ccFzTI4ZWtxBBy0vikNL_Sdz8cpvMtsW2BKeZtNQ0-3LEv_Yl-nMGhvuCEcawErzna9Jc1BXoNurY6dYdgbjHp4obN2Q5yuIVI/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9EYJZUi9VqtFSTmAeRoqXUuB1mYOOIDwyuXBS2bTx8ccFzTI4ZWtxBBy0vikNL_Sdz8cpvMtsW2BKeZtNQ0-3LEv_Yl-nMGhvuCEcawErzna9Jc1BXoNurY6dYdgbjHp4obN2Q5yuIVI/s320/4.jpg" width="237" /></a></div>
Pikiran saya mulai kotor. Menurut saya, akan lebih mudah sebenarnya menjebak Rosi daripada Mbak Maya. Rosi lebih terbuka, lebih manja. Kalau cuma mencium pipi dan mengecup bibir sedikit, bukan hal yang sulit. Dulu saya sering mengecup pipinya. Tapi sejak dia kelihatan sudah dewasa, saya tak lagi melakukannya. Akhirnya sasaran jebakan saya beralih ke Rosi. Saya mencoba melupakan Mbak Maya. Sore selepas mandi saya rebahan di tempat tidur, dan kembali memasang jebakan untuk Rosi. Saya berbulat hati untuk memancing dia. Ini hari terakhir istri saya up country. Artinya besok di kamar ini sudah ada istri saya. Saya elus perlahan-lahan penis saya hingga berdiri tegak. Saya tidak membaca majalah. Saya seolah sedang onani. Saya pejamkan mata saya. Beberapa menit kemudian saya dengar pintu kamar berderit lembut. Ada yang membuka. Saya diam saja seolah sedang keasyikan onani. Tidak ada tanggapan. Saya melihat pintu dengan sudut mata yang terpicing. Sialan. Tak ada orang sama sekali. Mungkin si Rosi langsung kabur. Saya hampir saja menghentikan onani saya ketika dari mata yang hampir tertutup saya lihat bayangan. Segera saya mengelus-elus penis saya dengan agak cepat dan badan bergerak-gerak kecil. Saya mencoba mengerling di antara picingan mata. Astaga! Kepala Mbak Maya di ambang pintu. Tapi kemudian bayangan itu lenyap. Lalu muncul lagi, hilang lagi, Kini tahulah saya, Mbak Maya sembunyi-sembunyi melihat saya. Beberapa saat kemudian pintu ditutup, dan tak dibuka kembali sampai saya menghentikan onani saya. Tanpa mani keluar.<br />
<br />
Malamnya, di meja makan kami makan bersama-sama. Saya, kedua mertua, Mbak Maya, Rosi dan kakak Rosi, Mayang. Berkali-kali saya merasakan Mbak Maya memperhatikan saya. Saya berdebar-debar membayangkan apa yang ada di pikiran Mbak Maya. Saya sengaja memperlambat makan saya. Dan ternyata Mbak Maya pun demikian. Sehingga sampai semua beranjak dari meja makan, tinggal kami berdua. Selesai makan kami tidak segera berlalu. Piring-piring kotor dan makanan telah dibereskan Mak Jah, pembantu kami. “Dik Andy kesepian ya? Suka begitu kalau kesepian?” Mbak Maya mebuka suara. Saya kaget. Dia duduk persis di kanan saya. Dia memandangi saya. Matanya seakan jatuh kasihan kepada saya. Sialan. “Maksud Mbak May apaan sih?” saya pura-pura tidak tahu. “Tadi Mbak May lihat Dik Andy ngapain di kamar. Sampai Dik Andy nggak liat. Kalau sedang gitu, kunci pintunya. Kalau Rosi atau Ibu lihat gimana?” “Apaan sih?” saya tetap pura-pura tidak mengerti. “Tadi onani kan?” “Ohh.” Saya berpura-pura malu. Perasaan saya senang bercampur gugup, menunggu reaksi Mbak Maya. Saya menghela nafas panjang. Sengaja. “Yahh, Yeni sudah tiga hari keluar kota. Pikiran saya sedang kotor. Jadi..” “Besok lagi kalau Yeni mau keluar kota, kamu minta jatah dulu.” “Ahh Mbak May ini. Susah Mbak nunggu moodnya si Yeni. Kadang pas saya lagi pengin dia sudah kecapekan.” “Tapi itu kan kewajiban dia melayani kamu?” “Saya tidak ingin dia melakukan dengan terpaksa.” Kami sama-sama diam. Saya terus menunggu. Menunggu. Jantung saya berdegup keras.<br />
<br />
“Kamu sering swalayan gitu?” “Yaa sering Mbak. Kalau pengin, terus Yeni nggak mau, ya saya swalayan. Ahh udah aahh. Kok ngomongin gitu?” Saya pura-pura ingin mengalihkan pembicaraan. Tapi Mbak Maya tidak peduli. “Gini lho Dik. Masalahnya, itu tidak sehat untuk perkawinan kalian. Kamu harus berbicara dengan Yeni. Masa sudah punya istri masih swalayan.” Mbak Maya memegang punggung tangan saya. “Maaf Mbak. Nafsu saya besar. Sebaliknya dengan Yeni. Jadi kayaknya saya yang mesti mengikuti kondisi dia.” Kali ini saya bicara jujur. “Saya cukup puas bisa melayani diri sendiri kok.” “Kasihan kamu.” Mbak Maya menyentuh ujung rambut saya, dan disibakkannya ke belakang. Saya memberanikan diri menangkap tangan itu, dan menciumnya selintas. Mbak Maya seperti kaget, dan buru-buru menariknya. “Kapan kalian terakhir kumpul?” “Dua atau tiga minggu lalu,” jawab saya. Bohong besar. Mbak Maya mendesis kaget. “Ya ampuun.” “Mbak. Tapi Mbak jangan bilang apa-apa ke Yeni. Nanti salah pengertian. Dikira saya mengadu soal begituan.” Mbak Maya kembali menggenggam tangan saya. Erat, dan meremasnya. Isi celana saya mulai bergerak-gerak. Kali ini saya yang menarik tangan saya dari genggaman Mbak Maya. Tapi Mbak Maya menahannya. Saya menarik lagi. Bukan apa-apa. Kali ini saya takut nanti dilihat orang lain. “Saya horny kalau Mbak pegang terus.” Mbak Maya tertawa kecil dan melepaskan tangan saya. Dia beranjak sambil mengucek-ucek rambut saya. “Kaciaann ipar Mbak satu ini.” Mbak Maya berlalu, menuju ruang keluarga. “Liat TV aja yuk,” ajaknya. Saya memaki dalam hati. Kurang ajar betul. Dibilang saya horny malah cengengesan, bukannya bilang, “Saya juga nih, Dik.” Setengah jengkel saya mengikutinya. Di ruang keluarga semua kumpul kecuali Rosi. Hanya sebentar. Saya masuk ke kamar.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX2_Kax1hfWWsoHSJJGtirH-7OZXqVar_CPStRymPipv-lZlPSd_3JQDLAFcWtwqG6vfQr_UaLOmC8dcIslx4czsjzfF-EzeYiL2iiLUdpCqMOJhg_e60d5Djg2MwZtjpIyki_KPjHTJ0/s1600/14.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX2_Kax1hfWWsoHSJJGtirH-7OZXqVar_CPStRymPipv-lZlPSd_3JQDLAFcWtwqG6vfQr_UaLOmC8dcIslx4czsjzfF-EzeYiL2iiLUdpCqMOJhg_e60d5Djg2MwZtjpIyki_KPjHTJ0/s320/14.jpg" width="213" /></a></div>
Sekitar pukul 23.00 pintu kamar saya berderit. Saya menoleh. Mbak Maya. Dia menempelkan telunjuknya di bibirnya. “Belum bobo?” tanyanya lirih. Jantung saya berdenyut keras. “Belum.” Jawab saya. “Kita ngobrol di luar yuk?” “Di sini saja Mbak.” Saya seperti mendapat inspirasi. “Ihh. Di teras aja. Udah ngantuk belum?” Mbak Maya segera menghilang. Dengan hanya bersarung telanjang dada dan CD saya mengikuti Mbak Maya ke teras. Saya memang terbiasa tidur bertelanjang dada dan bersarung. Rumah telah senyap. TV telah dimatikan. Keluarga ini memang terbiasa tidur sebelum jam 22.00. Hanya aku yang betah melek.<br />
Mbak Maya mengenakan daster tanpa lengan. Ujung atas hanya berupa seutas tali tipis. Daster kuning yang agak ketat. Saya kini memperhatikan betul lekuk tubuh perempuan yang berjalan di depan saya itu. Pantat menonjol. Singset. Kulitnya paling putih di antara semua sadaranya. Umurnya berselisih tiga tahun dengan Yeni. Mbak Maya duduk di bangku teras yang gelap. Bangku ini dulu sering saya gunakan bercumbu dengan Yeni. Wajah Mbak Maya hanya terlihat samar-samar oleh cahaya lampu TL 10 watt milik tetangga sebelah. Itupun terhalang oleh daun-daun angsana yang rimbun.<br />
<br />
Dia memberi tempat kepada saya. Kami duduk hampir berhimpitan. Saya memang sengaja. Ketika dia mencoba menggeser sedikit menjauh, perlahan-lahan saya mendekakan diri. “Dik Andy” Mbak Maya membuka percakapan. “Nasib kamu itu sebenernya tak jauh beda dengan Mbak.” Saya mengernyitkan dahi. Menunggu Mbak Maya menjelaskan. Tapi perempuan itu diam saja. tangannya memilin-milin ujung rambut. “Maksud Mbak apa sih?” “Tidak bahagia dalam urusan tempat tidur. Ih. Gimana sih.” Mbak Maya mencubit paha saya. Saya mengaduh. Memang sakit, Tapi saya senang. Perlahan-lahan penis saya bergerak. “Kok bisa?” “Nggak tahu tuh. Mas Wib itu loyo abis.” “Impoten?” Saya agak kaget. “Ya enggak sih. Tapi susah diajakin. Banyak nolaknya. Malas saya. Perempuan kok dibegituin,” “Hihihi.. Tadi kok kasih nasihat ke saya?” Saya tersenyum kecil. Mbak Maya mencoba mendaratkan lagi cubitannya. Tapi saya lebih sigap. Saya tangkap tangan itu, dan saya amankan dalam genggaman. Saya mulai berani. Saya remas tangan Mbak Maya. Penis saya terasa menegang. Badan mulai panas dingin. Mungkinkan malam ini saya dan Mbak Maya..<br />
“Terus cara pelampiasan Mbak gimana? Swalayan juga?” Tanya saya. Saya taruh sebelah tangan di atas pahanya. Mbak Maya mencoba menghindar, tapi tak jadi. “Enggak dong. Malu. Risih. Ya ditahan aja.” “Kapan terakhir Mbak Maya tidur sama Mas Wib?” Saya mencium punggung tangan Mbak Maya. Lalu tangan itu saya taruh perlahan-lahan di antara pahaku, sedikit menyentuh penis. “Dua minggu lalu.” “Heh?” Saya menatap matanya. Bener enggak sih. Kok jawabannya sama dengan saya? Ngeledek apa gimana nih. “Bener.” Matanya mengerling ke bawah, melihat sesuatu di dekat tangannya yang kugenggam. “Mbak..” Saya menyusun kekuatan untuk berbicara. Tenggorokan terasa kering. Nafsu saya mulai naik. Perempuan ini bener-bener seperti merpati. Jangan-jangan hanya jinak ketika didekati. Saat dipegang dia kabur.<br />
<br />
“Hm,” Mbak Maya menatap mata saya. “Mbak pengin?” Dia tak menjawab. Wajahnya tertunduk. Saya raih pundaknya. Saya elus rambutnya. Saya sentuh pipinya. Dia diam saja. Sejurus kemudian mulut kami berpagutan. Lama. Ciuman yang bergairah. Saya remas bagian dadanya. Lalu tali sebelah dasternya saya tarik dan terlepas. Mbak Maya merintih ketika jari saya menyentuh belahan dadanya. Secara spontan tangan kirinya yang sejak tadi di pangkuan saya menggapai apa saja. Dan yang tertangkap adalah penis. Dia meremasnya. Saya menggesek-gesekkan jari saya di dadanya. Kami kembali berciuman. “Di kamar aja yuk Mbak?” ajak saya. Lalu kami beranjak. Setengah berjingkat-jingkat menuju kamar Mbak Maya. Kamar ini terletak bersebarangan dengan kamar saya. Di sebelah kamar Mbak Maya adalah kamar mertua saya.<br />
<br />
Malam itu tumpahlah segalanya. Kami bermain dengan hebatnya. Berkali-kali. Ini adalah perselingkuhan saya yang pertama sejak saya kawin. Belakangan saya tahu, itu juga perselingkuhan pertama Mbak Maya. Sebelum itu tak terbetik pikiran untuk selingkuh, apalagi tidur dengan laki-laki lain selain Mas Wib. Bermacam gaya kami lakukan. Termasuk oral, dan sebuah sedotan kuat menjelang saya orgasme. Semprotan mani menerjang tenggorokan Mbak Maya. Itulah pertama kali mani saya diminum perempuan. Yeni pun tidak pernah. Tidak mau. Jijik katanya. Menjelang pagi, saat tulang kami seperti dilolosi, saya kembali ke kamar. Tidur. Saya tidak berani mengulanginya lagi. Perasaan menyesal tumpah-ruah ketika saya bertemu istri saya. Mungkin itu juga yang dirasakan Mbak Maya. Selepas itu dia mencoba menghindari pembicaraan yang menjurus ke tempat tidur. Kami bersikap biasa-biasa, seolah tidak pernah terjadi apa pun. Ketika tidur di samping istri saya, saya berjanji dalam hati Tidak akan selingkuh lagi. Ternyata janji tinggal janji. Nafsu besar lebih mengusik saya. Terutama saat istri saya ke luar kota dan keinginan bersetubuh mendesak-desak dalam diri saya. Rasanya ingin mengulanginya dengan Mbak Maya. Tapi tampaknya mustahil. Mbak Maya benar-benar tidak memberi kesempatan kepada saya. Dia tidak lagi mau masuk kamar saya. Jika ada perlu di menyuruh Rosi, atau berteriak di luar kamar, memanggil saya. Bahkan mulai jarang menginap.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoBOQUOsvciu9BgYgd9B0ZL5UZ4nL8ZPqmvArQy8j8ES4tOJl2BlSomPn_zlKea7oxFetQzZjq-M_CCa6YYnZaF2WKUrLgabZV-h6u-ZNlB8gGNSirjq7JCJ_3YNOQEVdEvXqGj3tV954/s1600/30.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoBOQUOsvciu9BgYgd9B0ZL5UZ4nL8ZPqmvArQy8j8ES4tOJl2BlSomPn_zlKea7oxFetQzZjq-M_CCa6YYnZaF2WKUrLgabZV-h6u-ZNlB8gGNSirjq7JCJ_3YNOQEVdEvXqGj3tV954/s320/30.jpg" width="164" /></a></div>
Akhirnya saya kembali ke sasaran awal saya. Rosi. Mungkinkah saya menyetubuhi adik istri saya? Uhh. Mustahil. Kalau hamil? Beda dengan Mbak Maya. Kepada dia saya tidak ragu untuk mengeluarkan benih saya ke dalam rahimnya. Kalaupun hamil, tak masalah kan. Paling-paling kalau anaknya lahir dan mirip dengan saya yaa banyak cara untuk menepis tuduhan. Lagian masak sih pada curiga? Kehidupan terus berjalan. Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke-4. Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda. Bawaannya malas melulu. Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat. Dia memang pekerja yang ambisius. Berdedikasi, disiplin, dan penuh tanggung jawab. Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani. Kualitas hubungan seks kami makin buruk. Dia seakan benar-benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar-benar sedang relaks. Saya juga tak ingin memaksa. Karenanya saya makin sering beronani diam-diam di kamar mandi. Kadang-kadang saya kasihan terhadap diri sendiri. Kata-kata Mbak Maya sering terngiang-ngiang, terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya. “Kacian adik iparku ini..” Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak suka “jajan”. Maaf, saya agak jijik dengan perempuan lacur.<br />
Tiap kali beronani, yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi, bergantian. Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar-benar matang. Montok, lincah. Cantik penuh gairah, dan terkesan genit. Meskipun masih bersikap manja terhadap saya, tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya. Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya. Ukurannya sangat saya idealkan. Sekitar 34. Punya istri saya sendiri hanya 32. Seringkali, di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu. Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya. Tapi bagaimana? Mengintip? Di mana? Kamar mandi kami sangat rapat. Letak kamar saya dengannya berjauhan. Dia menempati kamar di sebelah gudang. Yang paling ujung kamar Mak Jah, pembantu kami. Setelah kamar Mayang, kakak Rosi, baru kamar saya. Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok. Sehingga tak mugkin buat ngintip. Tapi tunggu! Saya teringat gudang. Ya, kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela. Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman.<br />
<br />
Karena mertua butuh gudang tambahan, maka dibangunlah gudang. Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan. Saya pernah mengamati, dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi. Sejak itulah niat saya kesampaian. Saya sangat sering diam-diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi. Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip. Karenanya diam-diam lubang itu saya perbesar dengan obeng. Saya benar-benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi. Meski sangat jarang, saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu-bulu lembut.<br>Tiap kali mengintip, selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak-bercak sperma saya. Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu. Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya. Tetapi selalu tak saya temukan jalan.<br />
<br />
Sampai akhirnya malam itu. Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik. Ibu khawatir terjadi apa-apa. Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi. Istri saya menyuruh saya membawa mobil. Tapi saya menolak. “Kamu kan harus detailing. Pakai saja. Masa orang hamil mau naik motor?” Padahal yang sebenarnya, saya ingin merapat-rapatkan tubuh dengan Rosi. Kami berangkat sekitar pukul 19.00. Dia membonceng. Kedua tangannya memeluk pinggang saya. Saya rasakan benda kenyal di punggung saya. Jantung saya berdesir-desir. Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak. Akibatnya terjadi sentakan di punggung. Saya pura-pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya. “Mas Andy genit,” katanya. Pada suatu ketika, mungkin karena kesal, Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya. Menekannya. “Kalau mau gini, bilang aja terus terang,” katanya. “Iya iya mau,” sahut saya. Tidak ada tanggapan. Rosi bahkan menggeser duduknya, merenggang. Sialan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHpAum2EbSRlOAcrk-d432zPK0hgMo8QBRORky95F2LmiZB2NQBOfSUJFP_jjPa22gWwTmxaIco8Sag5d-3eaX2GJ3cufvaYL3wVneGR0ASIHaf1c1lGyb5xmu89Pcj1SpRdZSsBh6cRs/s1600/49.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHpAum2EbSRlOAcrk-d432zPK0hgMo8QBRORky95F2LmiZB2NQBOfSUJFP_jjPa22gWwTmxaIco8Sag5d-3eaX2GJ3cufvaYL3wVneGR0ASIHaf1c1lGyb5xmu89Pcj1SpRdZSsBh6cRs/s320/49.jpg" width="216" /></a></div>
Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top, dibalut jaket kulit. Benar-benar seksi ipar saya ini. Di diskotik telah menunggu teman-teman Rosi. Ada sekitar 15-an orang. Saya membiarkan Rosi berabung dengan teman-temannya. Saya memilih duduk di sudut. Malu dong kalau nimbrung. Sudah tua, ihh. Saya hanya mengawasi dari kejauhan, menikmati tubuh-tubuh indah para ABG. Tapi pandangan saya selalu berakhir ke tubuh Rosi. She is the most beautiful girl. Di antara saudara istri saya Rosi memang yang paling cantik. Tercantik kedua ya Mbak Maya, baru Yeni, istri saya. Mayang yang terjelek. Tubuhnya kurus kering sehingga tidak menimbulkan nafsu.<br />
Sesekali Rosi menengok ke arah tempat duduk saya sambil melambai. Saya tersenyum mengangguk. Mereka turun ke arena. Sekitar tiga lagu Rosi menghampiri saya. “Mas Andy udah pesan minum?” tanyanya. Dagu saya menunjuk gelas berisi lemon tea di depan saya. Saya tak berani minum minuman beralkohol, meski hanya bir. Saya pun bukan pecandu. “Kamu kok ke sini, udah sana gabung temen-temen kamu,” kata saya. Janjinya Rosi dkk pulang pukul 22.00. Tadi ibu mertua juga bilang supaya pulangnya jangan larut. “Nggak enak liat Mas Andy mencangkung sendirian,” kata Rosi duduk di sebelah saya. “Sudah nggak pa-pa.” “Bener?” Saya mengangguk, dan Rosi kembali ke grupnya. Habis satu lagu, dia mendatangi saya. Menarik tangan saya. Saya memberontak. “Ayo. Nggak apa-apa, sekalian saya kenalin ama temen-temen. Mereka juga yang minta kok.” Saya menyerah. Saya ikut saja bergoyang-goyang. Asal goyang. Dunia diskotik sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Dulupun saya jarang sekali. Hampir tidak pernah. Saya ke diskotik sekedar supaya tahu saja kayak apa suasananya. Sesekali tangan Rosi memegang tangan saya dan mengayun-ayunkannya. Musik bener-benr hingar-bingar. Lampu berkelap-kelip, dan kaki-kaki menghentak di lantai disko. Sesekali Rosi menuju meja untuk minum.<br />
<br />
Menjelang pukul 22.00 sebagian teman Rosi pulang. Saya segera mengajak Rosi pulang juga. “Bentar dong Mas Andy, please,” kata Rosi. Astaga. Tercium aroma alkohol dari mulutnya. “Heh. Kamu minum apa? Gila kamu. Sudah ayo pulang.” Segera saya gelandang dia. “Yee Mas Andy gitu deh.” Dia merajuk tapi saya tak peduli. Ruangan ini mulai menjemukan saya. “Udah dulu ya bro, sis. Satpam ngajakin pulang neh.” “Satpam-mu itu.” Saya menjitak lembut kepala Rosi. Rosi memang minum alkohol. Tak tahu apa yang diminumnya tadi. Dia pun terlihat sempoyongan. Saya jadi cemas. Takut nanti kena marah mertua. Disuruh jagain kok tidak bisa. Tapi ada senangnya juga sih. Rosi jadi lebih sering memeluk lengan saya supaya tidak sempoyongn.<br />
<br />
Kami menuju tempat parkir untuk mengambil motor. Saya bantu Rosi mengenakan jaket yang kami tinggal di motor. Saya bantu dia mengancing resluitingnya. Berdesir darah saya ketika sedikit tersentuk bukit di dadanya. “Hayoo, nakal lagi,” katanya. “Hus. Nggak sengaja juga.” “Sengaja nggak pa-pa kok Mas.” Omongan Rosi makin ngaco. Dia tarik ke bawah resluitingnya. Dan sebelum saya berkomentar dia sudah berkata, “Masih gerah. Ntar kalau dingin Rosi kancingin deh.” Segera mesin kunyalakan, dan motor melaju meninggalkan diskotik SO.<br />
<br />
Sungguh menyenangkan. Rosi yang setengah mabuk ini seakan merebahkan badannya di punggung saya. Kedua tangannya memeluk erat perut saya. Jangan tanya bagaimana birahi saya. Penis saya menegang sejak tadi. Dagu Rosu disadarkan ke pundak saya. Lembut nafasnya sesekali menyapu telinga saya. Saya perlambat laju motor. Benar-benar saya ingin menikmati. Lalu saya seperti merasa Rosi mencium pipi saya. Saya ingin memastikan dengan menoleh. Ternyata memang dia baru saja mencium pipi saya. Bahkan selanjutnya dia mengecup pipi saya. Saya kira dia benar-benar mabuk.<br />
“Mas Andy, Rosi pengin pacaran dulu,” katanya mengejutkan saya. “Pacaran sama Mas Andy? Gila kamu ya.” Penis saya makin kencang. “Mau enggak?” “Kamu mabuk ya?” Dia tak menjawab. Hanya pelukannya tambah erat. “Mas..” “Hmm” “Mas masih suka coli?” “Hus. Napa sih?” “Pengen tahu aja. Mbak Yeni nggak mau melayani ya?” “Tahu apa kamu ini.” Saya sedikit berteriak. Saya kaget sendiri. Entah kenapa saya tidak suka dia omong begitu, Mungkin reflek saja karena saya dipermalukan. “Sorry. Gitu aja marah.” Rosi kembali mencium pipi saya. Bahkan dia tempelkan terus bibirnya di pipi saya, sedikit di bawah telinga. “Saya horny Ros.” “Kapan? Sekarang? Ahh masak. Belum juga diapa-apain”<br />
<br />
Saya raih tangannya dan saya taruh di penis saya yang menyodok celana saya. Terperanjat dia. Tapi diam saja. Tangannya merasakan sesuatu bergerak-gerak di balik celana saya. “Pacaran ama Rosi mau nggak?” kata Rosi. Aroma alkohol benar-benar menyengat. “Di mana? Lagian udah malam. Nanti Ibu marah kalau kita pulang kemalaman.” “Kalau ama Mas Andy dijamin Ibu gak marah.” “Sok tahu.” “Bener. Ayuk deh. Ke taman aja. Tuh deket SMA I ajak. Asyik lagi. Bentar aja.” Tanpa menunggu perintah, motor saya arahkan ke Taman KB di seberang SMU I. Taman ini memang arena asyik bagi mereka yang seang berpacaran. Meski di sekitarnya lalu lintas ramai, tapi karena gelap, yaa tetap enak buat berpacaran. Kami mencari bangku kosong di taman. Sudah agak sepi jadi agak mudah mencarinya. Biasanya cukup ramai sehingga banyak yang berpacaran di rumputan. Begitu duduk. Langsung saja Rosi merebahkan kepalanya di dada saya. Saya tak mengira anak ini akan begini agresif. Atau karena pengaruh alkohol makin kuat? Entahlah. Kami melepas jaket dan menaruhnya di dekat bangku.<br />
<br />
“Kamu kan belum punya pacar, kok sudah segini berani Ros?” tanya saya. “Enak aja belum punya pacar.” Dia protes. “Habis siapa pacar kamu?” Saya genggam tangannya. Dia mengelus-elus dada saya. “Yaa ini.” Dia membuka kancing kemeja saya. Saya makin yakin dia diracuni alkohol. Tapi apa peduli saya. Inilah saatnya. Saya kecup keningnya. Matanya. Hidung, pipi, lalu bibirnya. Dia tersentak, dan memberikan pipinya. Saya kembali mencari bibirnya. Saya kecup lagi perlahan. Dia diam. Saya kulum. Dia diam saja. Benarkah anak ini belum pernah berciuman bibir dengan cowok? “Kamu belum pernah melakukan ya?” kata saya. Dia tak menjawab. Saya cium lagi bibirnya. Saya julurkan lidah saya. Tangannya meremas pinggang saya. Saya hisap lidahnya, saya kulum. Tangan saya kini menjalar mencari payudara. Dia menggelinjang tetapi membiarkan tangan saya menyusiup di antara celah BH-nya. Ketika saya menemukan bukit kenyal dan meremasnya, dia mengerang panjang. Kedua kakinya terjatuh dari bangku dan menendang-nendang rumputan. Saya buka kancing BH-nya yang terletak di bagian depan. Saya usap-usap lembut, ke kiri, lalu ke kanan. Saya remas, saya kili-kili. Dia mengaduh. Tangannya terus meremasi pinggang dan paha saya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzXBqzT-4z0PrqaHkyPwL2G9GKTdBJz6OWo2iI3N4lDmta7Ehj5somSJRk3o9ZIlEZDRbl1V9-BIgzAB6mj3DzWm29uL_m8TQrHlI7CAlmVIIBY9dgbGMBacNxmC7tJgMNXNVZcLMOwGw/s1600/39.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzXBqzT-4z0PrqaHkyPwL2G9GKTdBJz6OWo2iI3N4lDmta7Ehj5somSJRk3o9ZIlEZDRbl1V9-BIgzAB6mj3DzWm29uL_m8TQrHlI7CAlmVIIBY9dgbGMBacNxmC7tJgMNXNVZcLMOwGw/s320/39.jpg" width="222" /></a></div>
“Mas Andy..” “Hmm” “Please.. Please.” Saya mengangsurkan muka saya menciumi bukit-bukit itu. Dia makin tak terkendali. Lalu, srrt srrt..srrt. Sesuatu keluar dari penis saya. Busyet. Masa saya ejakulasi? Tapi benar, mani saya telah keluar. Anehnya saya masih bernafsu. Tidak seperti ketika bersetubuh dengan Yeni. Begitu mani keluar, tubuh saya lemas, dan nafsu hilang. Saya juga masih merasakan penis saya sanggup menerima rangsangan. Saya masih menciumi payudara itu, menghisap puting, dan tangan saya mengelus paha, menyelinap di antara celap CD. Membelai bulu-bulu lembut. Menyibak, dan merasakan daging basah. Mulut Rosi terus mengaduh-aduh. Saya rasakan kemaluan saya digeggamnya. Diremas dengan kasar, sehingga terasa sakit. Saya perlu menggeser tempat duduk karena sakitnya. Agaknya dia tahu, dan melonggarkan cengkeramannya.<br />
<br />
Lalu dia membuka resluiting celana saya, merogoh isinya. Meremas kuat-kuat. Tapi dia berhenti sebentar. “Kok basah Mas?” tanyanya. Saya diam saja. “Ehh,ini yang disebut mani ya?” Sejenak situasi kacau. Ini anak malah ngajak diskusi sih. Dia cium penis saya tapi tidak sampai menempel. Kayaknya dia mencoba membaui. “Kok gini baunya ya? Emang kayak gini ya? “Heeh,” jawab saya lalu kembali memainkan kelaminnya. “Asin juga ya?” Dia mengocok penis saya dengan tangannya. “Pelan-pelan Ros. Enakan kamu ciumin deh,” kata saya.<br />
<br />
Tanpa perintah lanjutan Rosi mencium dan mengulum penis saya. Uhh, kasarnya minta ampun, Tidak ada enaknya. Jauhh dengan yang dilakukan Mbak Maya. Berkali-kai saya meminta dia untuk lebih pelan. Bahkan sesekali dia menggigit penis saya sampai saya tersentak. Akhirnya saya kembali ejakulasi. Bukan oleh mulutnya tapi karena kocokan tangannya. Setelah itu sunyi. Saya lemas. Saya benahi pakaian saya. Dia juga membenahi pakaiannya. Tampaknya dia telah terbebas dari pengaruh alkohol. Wajahnya yang belepotan mani dibersihkan dengan tissu. “Makasih pelajarannya ya Mas.” Dia mengecup pipi saya. “Tapi kamu janji jaga rahasia kan?” Saya ingin memastikan. “Iyaah. Emang mau cerita ama siapa? Bunuh diri?” “Siapa tahu. Pokoknya just for us! Nobody else may knows.” Dia mengangguk. Kami bersiap-siap pulang. Sepanjang perjalanan dia memeluk erat tubuh saya. Menggelendot manja. Dan pikiran waras saya mulai bekerja. Saya mulai dihinggapi kecemasan.<br />
“Ros..” “Yaa” “Kamu nggak jatuh cinta ama Mas Andy kan? Everyting just for sex kan?” “Tahu deh.” “Please Ros. Kita nggak boleh keterusan. Anggap saja tadi kita sedang mabuk.” Saya menghentikan motor. “Iya deh.” “Bener ya? Ingat, Mas Andy ini suami Mbak Yeni.” Dia mengangguk mengerti. “Makasih Ros.” Saya kembali menjalankan motor. “Apa yang terjadi malam ini, tidak usahlah terulang lagi,” kata saya. Saya benar-benar takut sekarang. Saya sadari, Rosi masih kanak-kanak. Masih labil. Dia amat manja. Bisa saja dia lepas kendali dan tak mengerti apa arti hubungan seks sesaat. Lalu saya dengar dia sesenggukan. Menangis. Untunglah dia menepati janji. Segalanya berjalan seperti yang saya harapkan. Saya tak berani lagi mengulangi, meskipun kesempatan selalu terbuka dan dibuka oleh Rosi. Saya benar-benar takut akibatnya. Saya tidak mau menhancurkan keluarga besar istri saya. Tak mau menghancurkan rumah tangga saya.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://teguhwidodo55.simplesite.com/">http://teguhwidodo55.simplesite.com/</a></i></b></div>
<div>
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-37931071737079219732016-03-16T23:51:00.001+07:002016-03-17T00:28:45.450+07:00Fantasi Seks Istri Selingkuh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9mcdO2dvWZcxLh3sXXSnaCUrtkPL86eBPbsQ1JZ6BvuJa0egpcfbMgAdoisDEW9t5KQkE_w3EaZOW9nmjgLxOOLUNZjKXLKkPZ-d5BnhT3DIvX3YRg3bwa3MhghrFBWrvAd_ZkuMnGb8/s1600/19.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9mcdO2dvWZcxLh3sXXSnaCUrtkPL86eBPbsQ1JZ6BvuJa0egpcfbMgAdoisDEW9t5KQkE_w3EaZOW9nmjgLxOOLUNZjKXLKkPZ-d5BnhT3DIvX3YRg3bwa3MhghrFBWrvAd_ZkuMnGb8/s320/19.jpg" width="213" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2016/03/fantasi-seks-istri-selingkuh.html">fantasi seks istri yang selingkuh</a></b> di pesta ulang tahun, Ceritanya berawal pada suatu peringatan ulang tahun suami kakak saya kurang lebih dua tahun yang lalu, dimana banyak saudara-saudara yang membantu dalam persiapan nya. Ikut pula membantu keponakan saya Martin, anak kakak saya yang lain lagi. Martin berumur 25 tahunan, masih kuliah, berperawakan tegap atletis tinggi kurang lebih 1,7 m. Tampang nya cakep dengan rambut hitam bergelombang. Termasuk seksi juga. Genit juga. Suka mencuri-curi memandangi saya, sepert mau menelan. Kalau bertatap pandang matanya sepertinya tersenyum. Kurang ajar juga pikiran saya, tetapi terus terang saya juga senang. Anaknya simpatik sih. Kadang-kadang ada juga pikiran, enak barangkali kalau mencium Martin atau memeluknya/dipeluk. Kelihatannya ada setrum dan chemistry di antara kami.<br />
<br />
Sore itu kakak meminta saya untuk mengambilkan kue tart, karena tidak ada yang bisa dimintai tolong. Karena tidak ada yang lain juga terpaksa Martin yang mengantarkan dengan mobilnya. Apa yang terjadi adalah ketika secara bersama Martin dan saya memungut dompet saya yang terjatuh di garasi. Martin memegang tangan saya menarik dan mencium pipi saya dengan senyum. Saya tidak bereaksi tetapi juga tidak marah tetapi berusaha memberikan kesan kalau saya juga senang. Sikap saya yang tidak menentang membuatnya kemudian mengulangi ciumannya dalam mobil ketika berhenti di lampu merah. Kali ini ciumannya di mulut sambil menekankan tangannya pada paha. Martin mencium dengan melumat dan memainkan lidahnya. Meski ini bukan pengalaman saya pertama untuk dicium tetapi saya tergetar seluruh tubuh dan merasakan ada rasa menggelitik dan mengalir di kemaluan saya. Selintas terjadi pertempuran antara ya dan tidak, antara pertahanan kejujuran terhadap suami melawan spontanitas keindahan kemunculan gairah, dan nampaknya kejujuran akan terkalahkan. Getaran terus menggebu sampai kesadaran muncul dengan reaksi mendorong sambil menggumam, “Jangan di sini, jangan di sini, dilihat orang.” Terus terang keinginan sangat besar untuk tidak menghentikannya, tetapi memang tempatnya tidak tepat. Babak awal telah terbuka, dan cerita tidak ingin terputus dan babak berikut perlu dipanggungkan secara berkelanjutan.<br />
<br />
Sepanjang proses pengambilan kue tart Martin pada kesempatan yang memungkinkan selalu mencuri untuk mencium dan sesekali membisikkan kata-kata, “You are beautiful,” dan terakhir menjelang sampai kembali ke rumah dia bisikkan, “I want you,” sambil mencium telinga saya. Sekali lagi saya tergetar sampai ke bawah. Melirik ke arah dia sambil senyum. Saya harap Martin bisa menangkap senyum saya dan pandangan mata saya sebagai tanda “OK”. Kami diam. Sesampai di pagar rumah saya bisikkan pada Martin, “Telepon saya besok pagi.” Pesta ulang tahun berjalan dengan lancar. Martin tetap mencuri-curi pandang pada setiap kesempatan. Akhirnya semua pulang, saya pun pulang, bersama suami, dengan berbagai perasaan seperti gadis yang jatuh cinta. Malam hari menjelang tidur pikiran tidak bisa terlepas dari Martin. Gelitik dan kelembaban terasa disela-sela paha. Karena pikiran dipenuhi Martin mata pun tidak bisa terpejam. Mengharap pagi hari lekas datang. Gila kalau dipikir, kok bisa tergoda, hanyut.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHi_KqoEWGpJA1SL-p7Hwr0OMPndpCzDKDofeW_a93cYgqsmiWDq_uD158uhf80DCpso4JjP5yo9xGw1u3go1PLnw2mpmwNR84hNzc0n4KnbwaVREMM6Nzlm3eYIrZMP3m4k0bJDVy9MA/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHi_KqoEWGpJA1SL-p7Hwr0OMPndpCzDKDofeW_a93cYgqsmiWDq_uD158uhf80DCpso4JjP5yo9xGw1u3go1PLnw2mpmwNR84hNzc0n4KnbwaVREMM6Nzlm3eYIrZMP3m4k0bJDVy9MA/s320/1.jpg" width="153" /></a></div>
Keesokan harinya pagi-pagi Martin sudah menelepon. Untung bukan suami yang mengangkat. Singkatnya siang itu Martin dan saya lunch, menikmati keberduaan dan kedekatan yang merangsang. Kami meninggalkan dengan Martin memegang inisiatip yang kemudian berakhir di salah satu motel di timur Jakarta, tanpa ada sikap keberatan atau protes dari saya. Tanpa menunggu pintu kamar motel tertutup rapat, sambil berdiri saya telah berada dipelukan Martin, melumat mulut dengan ciuman yang berapi-api. Tangannya menjelajah keseluruh bagian tubuh saya. Ke bawah rok menekan pantat saya dan menekankan badannya dan burungnya. Saya menyerah, tangan saya pun jadi ikut menjelajah ke burungnya yang telah sangat keras. Meremasnya dari luar dengan keinginan yang makin menggebu untuk membukanya. “Gila nih, gila nih!” terngiang di benak, tetapi tak mampu menyetop gairah yang sudah memuncak ini.<br />
<br />
Setelah memastikan bahwa tidak akan ada gangguan dari room service Martin menggiring saya ke tempat tidur tanpa melepaskan pelukannya. Pelan-pelan dia tidurkan saya dan secara lembut mulai menciumi dari telinga leher mulut, sambil kancing bacu dibuka, dan terus menciumi buah dada saya secara bergantian kanan kiri, BH dilepas, dihisapnya puting dan dijilatnya secara halus. Seluruh badan terasa kena setrum, terangsang. Kewanitaan saya terasa basah karena memang saya mempunyai kekhasan produksi cairan kewanitaan yang banyak. Martin pun memulai membuka satu persatu bajunya, masih tertinggal CD-nya. Secara pelahan Martin membuka bagian bawah rok sambil tak hentinya menciumi seluruh bagian yang terbuka. Perut saya dia ciumi bermesra-mesra. Tangannya menjalar juga keseluruh badan dan mendekap pada kewanitaan saya yang telah membasahi CD, sambil mulut Martin mendesah penuh gairah. Saya sudah tak bisa menahan kenikmatan yang rasanya sudah lama tak saya alami lagi. Tangan Martin mulai dimasukkan ke dalam CD menulusuri kewanitaan saya dengan menggerakkan jarinya. Gila setengah mati rasanya. Mau teriak rasanya. Martin secara halus dan pandai memainkan seluruh badan dan bagian-bagian peka saya. Kewanitaan saya mulai banjir merespon pada rangsangan yang selangit. Gila benar rasanya.<br />
<br />
Martin berlanjut dengan membuka CD dan memulai mengkonsentrasikan perhatiannya pada kewanitaan saya. Diciumnya secara perlahan dengan memainkan lidahnya dari atas ke bawah. Paha saya ditegakkan dan dibukanya lebar-lebar. Diciumnya bibir kemaluan dengan bibirnya secara penuh, dihisapnya secara berkali-kali sambil lidahnya memasuki celah-celah kemaluan saya. Aduh gila rasanya selangit. Ganti dia hisap klitoris secara halus. Dihisapnya, terus. Sampai saya tidak tahan dan sampailah saya pada puncak. Terasa cairan mengalir. Disertai dengan teriakan ringan tangan memeras rambut Martin. Ini menjadikan Martin lebih lagi menggumuli lubang kemaluan saya. Dia benamkan dan usapkan seluruh wajahnya pada kemaluan saya yang basah dengan desahan kepuasan. Saya sudah tidak bisa lagi menguasai diri dan terasa selalu tercapai puncak-puncak yang nikmat. Gila benar. Belum pernah saya dibeginikan. Pintar sekali si Martin ini, sepertinya pengalamannya sudah banyak. Saya hanya bisa menggerakkan kepala ke kanan kiri dengan mata terpajam mulut terbuka, dengan suara mendesah keenakan. Gila benar. Selangit.<br />
<br />
Kini giliran saya. Martin saya tarik ke atas. Kini batang kemaluannya terasa menekan paha saya. Martin saya balikkan dan batang kemaluannya saya genggam. Wah besar juga dan kencang lagi, sudah basah pula. Langsung saya hisap dengan gairah. Lidah saya permainkan di ujung kemaluannya sambil dikeluar-masukkan. Martin mengerang. Setelah kurang lebih sepuluh menit Martin melepaskannya. Dia lebih menghendaki keluar di liang kemaluan saya. Kini dia di atas saya lagi dengan posisi batang kemaluan di depan lubang kemaluan. Dengan ujungnya digerak-gerakkan di bibir kemaluan ke atas ke bawah. Enak sekali. Mabok benar. Kemudian secara perlahan masuklah batang kemaluan ke lubang kemaluan saya dan terus menekan sampai terasa penuh sekali, dan terasa sampai di dasar rahim. Gila rasanya benar-benar selangit. Tidak pernah rasanya seenak seperti ini. Martin menekan terus sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Gila! Enak benar! Terus dia putar-putar sambil keluar masuk. Sampai saya lebih dulu tidak tahan dan sampai di puncak, keluar dengan meledak-ledak terasa melayang kehilangan nafas sampai terasa hampa saking nikmatnya. Kemaluan saya terasa basah sekali. Martin masih terus memompa dan belum mau menyelesaikan cepat-cepat. Batang kemaluannya masih diputar dengan keluar masuk di lubang kemaluan, sehingga saya pun tidak tahan keluar lagi, yang ketiga atau yang keenam dengan yang keluar karena dihisap tadi. Gila benar! Seluruh badan basah rasanya. Sprei sudah basah betul dari cairan kewanitaan saya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8khSL5MgCtYn6tcy65PJJW-nmOw3xo0JJY5biAxiQpv9JZMJOv2123O_ruQM06zIpER0qU2Sl_sXWLbR4RBuO9fGXjdu4a49o1nDPigACB6CTaQKOyWcQCRaKNLVrX5PigxW0_ezKHM/s1600/31.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8khSL5MgCtYn6tcy65PJJW-nmOw3xo0JJY5biAxiQpv9JZMJOv2123O_ruQM06zIpER0qU2Sl_sXWLbR4RBuO9fGXjdu4a49o1nDPigACB6CTaQKOyWcQCRaKNLVrX5PigxW0_ezKHM/s320/31.jpg" width="320" /></a></div>
Martin masih terus menekan, memutar, menggaruk-garuk dan mencium sekali-sekali. Ciumannya di telinga bersamaan dengan tekanan batang kemaluan di dalam lubang kemaluan saya sungguh membuat seluruh badan menggigil nikmat dan membuat saya keluar secara dahsyat. Kemaluan saya terangkat menyongsong tekanan batang kemaluan Martin. Gila benar, sungguh nikmat tiada tandingan. Akhirnya Martin mulai menggerang-ngerang berbisik mau keluar. Dengan tekanan yang mantap keluarlah dia dengan semprotan yang keras ke dalam liang kemaluan saya. Hangat, banyak dan terasa mesra dan memuaskan. Oh Tuhan, sungguh tak ada tandingannya. Dia remas badan saya dengan menekankan bibirnya pada bibir saya. Hampir habis nafas. Kehangatan semprotan Martin menggelitik lagi kemaluan saya sehingga orgasme saya pun keluar lagi yang kedelapan menyusul semprotan Martin. Kami bersama-sama keluar dengan nikmat sekali. Sesaat terasa pingsan kami. Setelah selesai terasa kepuasan yang menyeluruh terasakan di badan. Pikiran terasa terlepas dari semua masalah dan hanya keindahanlah yang ada. Kami masih berpelukan menikmati tanpa kata-kata, sambil memulihkan kembali energi yang telah tercurahkan secara intensif. Kami tertidur sejenak. Siuman setelah sepuluh menit dengan perasaan yang lega, dan puas.<br />
<br />
Meski demikian rasa mengelitik, gatal-gatal kecil masih terasa di kemaluan saya, seolah belum puas dengan kenikmatan yang begitu hebat. Tangan saya mendekap batang kemaluan Martin mengusap-usapnya sayang. Ingin rasanya batang kemaluan Martin memenuhi lagi di lubang kemaluan saya. Bibir tidak bisa menahan, saya tarik batang kemaluan Martin dan mulai meluncur ke bawah dan menghisapnya lagi dengan kasih sayang, diliputi bau campuran antara cairan saya dan mani yang terasa sedap. Kemaluan Martin terasa sangat lunak tidak segagah tadi. Serasa menghisap marshmallow. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena secara perlahan batang kemaluannya mulai membengkak dan menyesaki mulut. Sekali lagi kewanitaan saya tergelitik. Tanpa bertanya saya bangkit jongkok di atas Martin dan memasukkan Martin pelan-pelan. Seluruhnya masuk terasa sampai di ujung perut dan mulai menggelitik G-spot. Ganti saya pompa ambil kadang merunduk memeluk Martin dan menciumnya. Kadang sambil duduk menikmati penuhnya di kemaluan saya. Rasanya enak sekali karena saya yang mencari posisi yang terenak untuk saya. Setelah beberapa waktu merasakan kenikmatan yang masih datar, kenikmatan mulai memuncak lagi dan terus memuncak sampai akhirnya sampai puncak tertinggi. Meledak-ledak lagi orgasme dengan teriakan-teriakan nikmat. Yang ternyata diikuti oleh Martin dengan semprotan kedua. Tangannya memeluk erat-erat dengan gerangan pula. Gila enaknya sungguh sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ini kali rasanya surga dunia. Kalau bisa maunya seharian begini terus rasanya. Gila! Gila benar, sungguh nikmat memuaskan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9LvOOMC0qRgdXB4JQMTWQWnEwvhFlHHkvGJEKh3vOyeZAoAVRt0luFBt77VpRO2H-CTVXF9NBBz6KPEB6CMTmR0PvW7SlRUsNsQjGOI3Qxu4QxB_4IZLQ_w1gQsO53fLcpauCFp3olVY/s1600/37.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9LvOOMC0qRgdXB4JQMTWQWnEwvhFlHHkvGJEKh3vOyeZAoAVRt0luFBt77VpRO2H-CTVXF9NBBz6KPEB6CMTmR0PvW7SlRUsNsQjGOI3Qxu4QxB_4IZLQ_w1gQsO53fLcpauCFp3olVY/s320/37.JPG" width="320" /></a></div>
Tetapi kami harus pulang. Saya kembali ke rumah, ke suami dan keluarga saya. Dengan suatu pengalaman yang tak terlupakan selama hidup. Sepanjang jalan kami diam tetapi tangan saling memegang. Malamnya menjelang tidur, sekali lagi kemaluan saya menggelitik dengan ingatan pengalaman siang tadi tidak bisa hilang. Ini memang pembawaan saya yang orang barangkali mengatakannya sebagai maniak seks, histeris, multi orgasme, kelaparan terus. Sekali terbuka lebar dan dirangsang maunya terus dipenuhi. Sejauh ini dengan suami tidak pernah tercapai apa yang Martin bisa lakukan. Kepuasan dengan suami sama-sama tercapai tetapi kepuasan yang tidak mendalam seperti Martin. Suami yang lekas selesai menjadikan “bakat” saya tidak berkembang. Sekarang yang ada hanya suami di samping saya. Saya merengek minta pada suami dengan tangan meraba burungnya dan memijat-mijatnya halus. Dia tertawa sambil mengejek, “Gatel nih ya.” Dalam hati saya bilang memang gatal. Saya mencoba menikmati penetrasi kemaluannya dengan membayangkan kemaluan Martin. Kewanitaan saya, saya goyangkan mencari spot yang nikmat sambil mendekap. Dia menekan menarik beritme sampai kemudian saya mencapai puncak dulu diikuti dengan semprotan maninya. Selesailah sudah. Kemaluan saya masih ingin sebetulnya, tetapi dia biasanya sudah tidak bisa lagi. Jadinya tanganlah yang bergerak “Self Service”. Memang penyakit saya (atau karunia) ya itu. Sekali sudah diobok-obok tidak bisa berhenti. Saya tidur dengan nyenyak malam itu.<br />
<br />
Seperti yang bisa diduga pertemuan saya dengan Martin berlanjut. Semua fantasi seks dan impian-impian tak ada yang tidak kami wujudkan. Sungguh sangat-sangat nikmat. Teknik kami makin sempurna dan Martin bisa membuat saya orgasme sampai tiga belas kali. Pada kesempatan lain akan saya ceritakan pengalaman-pengalaman kami yang aduhai. Semoga saya tidak jatuh cinta dan menghendaki hubungan yang lebih dalam, dan mengacaukan rumah tangga saya yang sudah ada. Saya hanya mau seksnya. Sama seperti Martin juga. Sehingga dari luar, partner seks saya resmi adalah suami. Dibalik itu Martin lah yang menjadi pemuas seks dan fantasi saya dan ini telah berjalan selama dua tahunan. Dua kali dalam seminggu paling sedikit. Suami tetap dilayani seminggu sekali, kadang sepuluh harian sekali. Saya merasa bahagia dengan pengaturan sedemikian. Keluarga tetap tidak terganggu. Hubungan dengan anak-anak dan suami tetap seperti biasa, bahkan kehidupan seks dengan suami menjadi lebih baik. Ternyata selingkuh ada manfaat dan kebaikannya juga.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://teguhwidodo55.simplesite.com/">http://teguhwidodo55.simplesite.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-55851292419584546452016-01-14T05:06:00.000+07:002016-03-17T00:19:13.634+07:00Antara Ada Dan Tiada<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQpf5AcBhlbAFULslUAiJqSouuBBOxaXwoxXEREeR2-aM4oLrzDViXrCJAzpGZKha2QwvfW6OTyHsh6fQwksVdXLXTGn53C_D_D8VgCsmMsNBXBS7rAjR4K7veKb2LRUBo4fnQdyhvZRY/s1600/1.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQpf5AcBhlbAFULslUAiJqSouuBBOxaXwoxXEREeR2-aM4oLrzDViXrCJAzpGZKha2QwvfW6OTyHsh6fQwksVdXLXTGn53C_D_D8VgCsmMsNBXBS7rAjR4K7veKb2LRUBo4fnQdyhvZRY/s320/1.gif" width="213" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2016/01/antara-ada-dan-tiada.html">Antara Ada Dan Tiada</a></b>, Ray baru saja bangun dari tidurnya. Kepalanya rada pusing, Ray meringis....duh..kebanyakan minum semalam. Ray keluar dari kamarnya, sekilas melirk jam di dinding, hampir jam 10, mamanya seperti biasa pasti ke kantor, kakaknya Dina, tahu banget, kagak jelas dan juga gak terlalu ia pikirkan. Ray ngelihat meja makan, kosong...seperti biasa, cuma ada makanan pada jam segini hanya kalau mama libur kerja. Ray mengambil rokok lalu duduk sambil merokok. Pikirannya mengembara ke mana – mana.<br />
<br />
Ya, remaja itu Ray, 19 tahun, usia tanggung, mencari jati diri, penuh pemberontakan. Lulus SMA, menolak kuliah, dipaksa juga menolak. Kerjanya seharian keluyuran dan berbuat kenakalan. Secara fisik, athletis, tinggi, badannya tegap. Wajahnya juga boleh dibilang ganteng, paling tidak cewek bakal melirik kepadanya, tapi Ray nggak terlalu peduli hal itu. Sebenarnya otaknya juga encer, di SMA, walau sering bolos, sering bikin onar, bahkan sudah dicap biang kerok sekolahan, nilainya tetap bagus, lulus dengan nilai jauh dari lumayan. Kakaknya Dina, 21 tahun, tapi jarang akurnya, cela – celaan melulu, lebih banyak saling cuek, dia kuliah, jurusan seni dan design, sebentar lagi selesai. Ray tak tahu jadwal kuliahnya, tapi Dina sering banget pulang malam, Ray kagak terlalu peduli. Mamanya, Renita, 39 tahun, pekerja kantoran, loyalitas dan kerja kerasnya membuatnya kini menduduki posisi lumayan di kantornya, perusahaan swasta.<br />
<br />
Sosok bapak...? Ray nggak tahu dan tidak peduli. Papanya meninggalkan mereka saat Ray berumur 10 tahun, kawin lagi kabarnya. Bagi Ray, sosok papa cumalah sebagai orang yang membuatnya lahir ke dunia, nggak lebih dari itu. Tak ada kesan ataupun kenangan indah yang Ray rasa pantas untuk diingat. Untung mamanya walau sudah menikah tetap bekerja. Secara status, keluarganya bisa dibilang golongan menengah.<br />
<br />
Ray yang terbiasa sendiri di rumah, tumbuh menjadi sosok pemberontak, nakal. Merokok, minum, berkelahi, sampai malak sudah jadi hal biasa. Ray tumbuh dengan tidak mempercayai nilai sosial, nilai etika, tak ada aturan yang bisa mengekang aku. Hidup adalah bagaimana aku bertahan dan melaluinya. Hubungan sosial dan masalah etika, moral, nggak pernah terpikir atau dipikirkan. Ray adalah antara ada dan tiada, bagi kelompoknya dan keluarganya dia ada, tapi bagi sebagian besar lingkungannya...apa bedanya...ada dan nggak ada juga nggak masalah. Kalaupun ada satu orang yang Ray bisa sayangi dan cintai, itu adalah mamanya. Walau secara sikap Ray suka membantah, memberontak, tapi jauh di dasar hatinya Ray amat menyayanginya.....walau ia tak pernah mengungkapkannya.<br />
<br />
Mamanya masih memberinya uang, seperti jaman sekolah selalu setiap Senin, sekaligus jatah seminggu. Sekarang kalau Ray masih tidur, biasanya ditaruh di meja. Tapi Ray nggak pernah meminta lebih atau tambahan, toh ia bisa mencari sendiri. Sedikit banyak ia seudah sangat terbiasa dengan memalak orang, kalau mau dibilang malak adalah istilah halusnya, lebih mirip nodong seih sebenarnya.<br />
<br />
Ray menyelesaikan rokoknya...mandi pikirnya. Setelah mandi, ia keluar rumah, mengunci pintu dan pagarnya terus jalan. Ray nggak terlalu mempedulikan keadaan sekelilingnya, cuek saja berjalan. Bukan ia tak bergaul di lingkungannya, namun jarang. Cari warung dulu, makan. Ray lalu menuju pinggir jalan, angkot yang biasa ia naiki tiba, Ray segera naik. Tiba di mall biasa ia nongkong, segera menuju kelompoknya biasa ngumpul, di bagian luar mall, di pojok samping. Di tengah mereka Ray merasa hidup dan diterima.<br />
<br />
”Wei...bro, minum....?”<br />
””Makasih, entar aja, masih pagi Jul.”<br />
<br />
Tadi itu Panjul, sohibnya. Masih ada Deden, Black, Oga, dan banyak lagi, juga ada anak sini, semuanya remaja tanggung yang sama – sama mencari pelarian. Hari beranjak siang, seperti biasa mereka asik becanda, warga sini nggak terlalu ambil pusing atau merasa terganggu, yang penting nggak reseh di sini. Ray melirik jam tangannya....<br />
<br />
”Jul, Den, nyari duit yuk....”<br />
”Ayo deh....”<br />
<br />
Yang dimaksud nyari duit di sini, apalagi kalau bukan malak. Malakin anak SMA atau yang lagi sendirian, yang kira – kira rada cengok. Si ray paling ganas, kalau nggak dikasih, habis dia hajar. Mereka malak, tapi nggak pernah pakai senjata tajam. 3 orang nempel satu orang, ya nggak perlu senjata lagi. 3 remaja tanggung ini segera menuju ke depan mall, jalan menuju halte, ngelihat dan menunggu calon mangsanya. Nggak selalu di sini, kadang nyari lokasi agak jauhan. Tapi sekarang nampak calon mangsa, seorang remaja rada kurus,berkaca mata, lagi asik dengan HP nya. Kalau sudah biasa, sedikit banyak naluri pasti terasah, bisa ngebaca mangsa, bisa menilai mana yang cemen,bisa digertak, yang nggak bakalan mau repot melaporkan musibahnya ke petugas, kadang memang ketemu yang kelotokan, ngelawan, tapi 3 lawan 1 jelas yang 3 di atas angin. Panjul nyolek Ray, ngasih kode. Mereka mendekat. Halte agak sepi, tukang rokok di situ sudah hapal ama Ray Cs, belagak nggak lihat, ngeri kalau macam – macam. Ray segera merangkul mangsanya.<br />
<br />
”Hei...lagi ngapain loe...?”<br />
<br />
Si mangsa yang asik SMS-an kaget dan mendongak, wajahnya pucat melihat ada 3 orang remaja mengapitnya. Pasti apes deh feeling si mangsa itu.......<br />
<br />
”Nung...nunggu bis bang.”<br />
”Eh...mulut kita asem nih, bagi duit dong...”<br />
”Ng...nggak ada bang...cuman ongkos doang.”<br />
”Ye...pelit amat loe, kita mau ngerokok nih...”<br />
”Be..benar nih bang.”<br />
<br />
Ray kagak mau banyak ngomong lagi, ditariknya HP anak itu, tinjunya melayang ke muka anak malang itu. Panjul sama Deden segera ikut berpartisipasi, orang – orang belagak nggak melihat. Setelah anak itu ngeringkuk nggak berdaya, Ray merogoh celana anak itu, mengambil dompetnya. Dibukanya dompet itu, haha...banyak duitnya. Diambilnya duit tersebut, selembar gocengan diremas – remas olehnya, lalu ditimpuknya ke muka anak itu.<br />
<br />
”Tuh buat naik bis, nggak tega kalau loe mesti jalan kakim salah loe sendiri kepelitan...yuk cabut.”<br />
<br />
Ketiga jagoan ini buru – buru bergegas, takut ada masalah. Ngambil jalan agak memuter, biar nggak ketara. Sampai di tongkrongan sepi, yang lain juga lagi nyari duit. Ray ketawa – tawa bersama temannya. Lalu Ray menyuruh temannya menunggu, dia masuk Mall, mau jual HP ke toko yang biasa nerima barang betrikan. Temannya nggak masalah, memang nganggap Ray yang mimpin. Setelah sampai, yang punya toko cuma ngasih tanda lewat matanya buat duduk dulu, lagi sibuk melayani pembeli. Sudah hapal dengan tujuan Ray. Setelah kelar, dia mendekat, Ray mengeluarkan barangnya. Tawar menawar sedikit, Ray menerima uangnya. Lumayan, hasil HP sama duit yang di dompet tadi jadi 900 ribu. Ray kembali, memberikan masing – masing 250 ribu ke Panjul dan Deden. Bukannya dia serakah, namun buat pengaturan memang selalu dia yang megang dan dipercaya sama kedua temannya itu. Lagipula kalau mereka bertiga makan, beli rokok, jalan, ya duit lebihnya juga buat bayarin mereka juga. Minum sebentar, Ray mengeluarkan HP nya lalu bilang cabut bentar, nanti balik lagi.<br />
<br />
Ray segera menaiki bis yang ia tunggu. Duduk di belakang, asik merokok, cuek sama ibu – ibu yang sibuk batuk – batuk secara berlebihan. Sama – sama bayar kan naik bisnya pikirnya taj toleransi. Tak lama tiba di kampus XX. Ray nongkrong di warung rokok,tahu orang yang ditunggu akan datang ke sini. Ia keluarkan HP, mengirim SMS memberitahu sudah sampai. Tak lama nampak seorang gadis menghampiri.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGpvLPPKfvNkRhGoQ5nBm2WJbcimsJ3DkVGdwVsHQxlmrGgvut8BjYV6LYYKAuOatUbeQMoWcT-EueXLqbNt8QBtwWzNKWF9y2n9VB9VUge4NhJ3uaVBu6ZGfJhaTJ4xHt3mnNTrBM2bA/s1600/19.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGpvLPPKfvNkRhGoQ5nBm2WJbcimsJ3DkVGdwVsHQxlmrGgvut8BjYV6LYYKAuOatUbeQMoWcT-EueXLqbNt8QBtwWzNKWF9y2n9VB9VUge4NhJ3uaVBu6ZGfJhaTJ4xHt3mnNTrBM2bA/s320/19.jpg" width="240" /></a></div>
Dia Eva, 19 tahun, pacarnya Ray. Sekarang kuliah di awal tingkat 2, jurusan ekonomi. Hubungan yang aneh kata banyak orang. Dulu mereka satu SMA. Jadian saat kelas 2. Mungkin dalam hidup Ray yang hancur, Eva adalah setitik embun penyejuk bagi dirinya. Entah apa yang Eva lihat pada diri Ray, Eva cantik, berkecukupan, pandai, kata banyak orang jelas Eva salah pilih pacar. Bolehlah si Ray ganteng, tapi selebihnya sampah. Tapi bagi Eva, Ray adalah lelaki idamannya. Tadinya Eva berharap Ray mau kuliah, tapi sulit memaksanya. Ray sekarang ini terkadang suka menjemput Eva. Hampir 2 tahun pacaran, belum pernah sekalipun Ray ketemu orangtua Eva, Cuma melihat fotonya, kalau datang selalu siang, saat orangtuanya bekerja. Malam minggu, tipe kayak Ray mana peduli sih buat ngapel ke rumah pacar, ketemu di luaran, anterin pulang nggak merasa perlu masuk rumah.Eva sendiri punya saudari kembar Evi. Saudarinya ini ada di Semarang, diminta opa – omanya menemani sambil sekolah di sana. Ray juga belum pernah bertemu.<br />
<br />
Mereka segera berjalan, menuju parkiran, ke mobilnya Eva.Eva menyerahkan kunci mobil, Ray lalu menyetir mobil itu.<br />
<br />
”Ke mana Va...?”<br />
”Pulang saja ya....lagi malas jalan Ray.”<br />
<br />
Ray segera mengarahkan mobil ke rumah Eva, sampai di sana turun membuka gerbang rumah Eva yang lumayan besar. Cuma ada satu pembantu, mbok Surti, orangnya nggak mau ikut campur urusan majikannya, apa yang dikerjakan majikannya itu hak mereka. Segera saja Ray sudah duduk di sofa yang empuk, sementara Eva mengambilkan minum. Eva memang cantik, wajahnya menarik, dengan alis tebal, bibir seksi, bodinya juga matang untuk usianya, seksi, pantat montok, tetek besar dan penuh. Ray juga yang pertama kali menidurinya sekaligus merawani, sama – sama mau.<br />
<br />
”Nih minum dulu...”<br />
”Iya...duh ngerokok terus...”<br />
”Enak sih. Gimana kuliahnya...?”<br />
”Baik...aku masih berpendapat seharusnya kamu juga kuliah Ray...”<br />
”Va...nggak usah dibahas lagi dong...capek...”<br />
”Iya..tapi...”<br />
”Va...cukup, daripada ngomongin itu mendingan....”<br />
<br />
Ray dengan jahil mulai mremas tetek Eva di balik bajunya. Eva menepis tangan Ray, sambi tesenyum nakal, dia berdiri dan berjalan menuju kamarnya...Ray segera mematikan rokoknya mengikuti. Di belakang mbok Surti masih asik dengan setrikaannya, nggak mau tahu urusan non muda.<br />
<br />
Baru saja Eva menutup pintu kamarnya, Ray sudah memeluknya, tangannya asik meremas tetek di balik kemeja Eva, perlahan dibukanya satu persatu kancing kemeja Eva, lalu celananya. Ray juga melepas bajunya, ia meneguk ludahnya, sudah sering ia melakukan hal ini dengan Eva, namun setiap kali ia melihat tubuh Eva selalu saja ia mengaguminya.Dengan cepat dibukanya BH dan CD mungil itu, juga kolornya sendiri, dibaringkannya Eva ke ranjang. Dengan lembut ia mencium bibir Eva, mereka saling berciuman dengan panasnya, tangan Eva meraih kont01 Ray, membelai dan mengocoknya pelan. Ray mulai meremasi tetek Eva, ukurannya cukup besar, masih sangat kencang, dengan pentil yang kemerahan, pentil tersebut dikelilingi lingkaran coklat. Ray mulai menghisap dan mejilati pentil Eva, membuat Eva kegelian. Perlahan pentil tersebut mekar dan mengacung, Ray suka sekali memainkannya di mulutnya.<br />
<br />
Puas dengan tetek dan pentil Eva, Ray perlahan turun, Eva menggoda Ray dengan menutup m3meknya dengan tangannya, Ray segera menyingkirkan tangan tersebut dan melebarkan kaki Eva, mengangkangkannya selebar mungkun. Ray diam menikmati memandang m3mek Eva yang dihiasi jembut yang agak lebat. Belahan m3meknya nampak rapat. Perlahan Ray menggosokkan jarinya, naik turun ke belahan m3mek Eva, belahan itu perlahan melebar, dengan jarinya dilebarkan belahan tersebut, nampak indah sekali bagian dalam m3mek Eva, kemerahan, Ray mendekatkan mulutnya, tercium aroma wangi yang mengundang, bibirnya menciumi seluruh permukaan m3mek Eva, lalu lidahnya mulai menjilati, sampai basah m3mek tersebut, setelah itu Ray mulai memainkan lidahnya pada it1l Eva yang agak besar, terasa bagai biji kacang pada lidahnya, ke sana – kemari it1l itu bergoyang, Ray lama memainkan lidahnya, sesekali jarinya menyodoki lobang m3mek Eva. Eva mendesah sesekali menggoyangkan pinggulnya, tangannya sesekali menjambak pelan rambut Ray.<br />
<br />
”Auwww.....teruuusss.....”<br />
”Yessss....Ughhhh...Raaaayyyy....”<br />
”Ssshhhh....Ooooohhhh....”<br />
<br />
Ray merasakan Eva menarik agak keras rambutnya, sambil mengejan, dan mendesah agak panjang, Eva mendapatkan orgasmenya. Ray segera menghentikan aksinya. Gantian ia duduk bersandar, membuka kakinya, Eva segera menghampiri. Tangannya menggenggam kont01 Ray yang cukup besar, lidahnya mulai menjilati dengan lembut, memainkan kepala kont01 dan lobang pipis Ray. Ray hanya bisa merem – melek merasakan sensasi tersebut. Batang kont01nya berdenyut saat lidah Eva menggelitik dan menjilati dengan sensual. Akhirnya mulut Eva mulai menelan dan memompa kont01 Ray, dihisap dan diemut dengan kuat, sesekali ia menelan kont01 Ray semaksimal mungkin, lidahnya ikut menjilati. Biji peler Ray juga turut dimanja, diremas – remas dengan tangannya yang halus, sesekali mulutnya menghisap biji tersebut. Terasa keras sekali Ray ngaceng.<br />
<br />
Puas dihisapi, Ray segera memberi tanda. Eva kembali berbaring, melebarkan kakinya, Ray segera mengarahkan kont01nya, nampak lobang kemerahan yang pasrahmenunggu disodok. Blesss, kont01 Ray mulai menerobos, terasa masih sempit dan kuat cengkramannya memel Eva. Ray mulai bergerak memompa kont01nya, naik turun, Eva mengaitkan tangannya ke belakang leher Ray, memeluknya. Ray terus memompakan kont01nya, tidak tergesa – gesa, menikmati kehangatan m3mek Eva. Mulutnya mulai menciumi Eva, dijilatnya leher dan kuping Eva,membuat Eva makin terangsang. Sesekali pinggulnya bergoyang mengikuti pompaan Ray. Teteknya tak luput dari sasaran,tanganRay meremasnya kuat, sesekali jarinya menjepit pentilnya, membuat pentil tersebut makin mengacung. Ray mulai mempercepat pompaannya, Eva makin melebarkan kakinya. Kali ini Ray memompa secepat mungkin, ditekannya sampai maksimal. Eva makin tenggelam dalam rasa nikmat yang diberikan oleh kont01 Ray.<br />
<br />
”Tekeeeennn.....Oooohhhh....Gilaaaaa.....”<br />
”Raaayy....jangan....dipelaaanniinnnn....”<br />
”Ooohhh....Ahhhh...Yessss.....”<br />
<br />
Kembali Eva mengejang, kakinya agak kuat mengait pantat Ray, orgasme kembali. Ray tidak menghentikan pompaannya, malah makin menggila. Ray memandang wajah Eva, ekspresinya sangat menaikkan nafsunya, suara desahan Eva mengimbangi wajahnya yang puas dengan mata yang merem melek menahan enaknya sodokan kont01 Ray. Sungguh, Ray amat terangsang melihatnya. Ray kembali menciumi Eva, tangan Eva terangkat, Ray menjilati bagian keteknya, ketek Eva bersih dan harum. Akhirnya Ray merasakan denyutan enak yang sudah ia kenal, direndahkannya tubuhnya, erat sekali ia peluk Eva, dan seiring ia menekan kont01nya sedalam mungkin, pejunya memancar kuat, membuat Eva sedikit bergetar. Ray lunglai lemas, diam sebentar, lalu ia cabut kont01nya, berbaring di sampng Eva, memandang Eva sambil nyengir puas.<br />
<br />
Setelahnya Ray dan Eva hanya berbaring telanjang, bermalasan sambil mengobrol, memang Ray tidak terlalu memforsir setiap berhubungan dengan Eva, toh setiap saat bisa.<br />
<br />
Sorenya Ray sudah kembali ke tongkrongannya. Asik becanda sambil sesekali godain cewek yang lewat. Sekitar jam 7 kurang Ray memutuskan pulang, sesekali pulang agak siang. Ray pamit, temannya sempat melarang, tapi akhirnya Ray cabut. Biasanya mama sudah pulang, tapi bisa juga belum tergantung kerjaan. Sampai di rumah Ray melihat ada motor di parkir...siapa lagi....paling si Dina sama entah cowoknya yang mana. Ray mengeluarkan kunci dan memasukkan kunci, nggak bisa, ada kunci di sangkutkan di belakangnya. Dengan menggerutu Ray memutar ke samping, membuka pintu samping. Baru juga Ray masuk terdengar suara desahan dan rintihan, penasaran Ray mencari arah suara, dari kamar kakaknya. Dengan hati – hati Ray mendekat, sialan....pintunya nggak ditutup benar lagi. Nggak takut ketahuan apa..? Paling tadi si Dina sudah nelepon mama, nanya kapan mama pulang. Dengan berdebar Ray mengintip melalui celah yang terbuka. Kakaknya berbaring dengan melebarkan kakinya, si lelaki nampak di atas tubuhnya, asik memompa kakaknya. Ray tahu kakaknya memang cantik dan seksi, namun melihatnya telanjang saat ini sungguh membuat Ray terpesona. Tetek kakaknya yang besar nampak mengkilap oleh keringat, bergoyang seiring pompaan si lelaki, belum lagi rintihannya. Agak lama Ray mulai jelas kalau kont01 si lelaki memakai sarung alias kondom. Tanpa diminta kont01 Ray pun mengaceng. Hampir 2 menit Ray melihat adegan itu, akhirnya diiringi lenguhan nikmat si lelaki, merekapun diam lemas tak bergerak. Ray buru – buru menghindar, buka kulkas, ambil botol air, lalu duduk di meja makan. Tak lama nampak kakaknya dan lelaki itu keluar. Si lelaki nampak salah tingkah, kakaknya santai saja.<br />
<br />
”Eh si jelek, udah lama pulang...?”<br />
”Belum...he reseh, lain kali kuncinya jangan disangkutin dong, susah mau masuk.”<br />
”Itu bisa masuk...lewat pintu samping nggak masalah kan.”<br />
<br />
Dina menggandeng tangan teman lelakinya ke depan, membuka pintu, lalu mengobrol sebentar di sana. Ray masih duduk meminum air esnya....kampret...., cuek amat si Dina. Ray lalu menaruh botolnya ke kulkas, masuk ke kamar. Di kamar ia membuka lemari, diambilnya kaleng uang simpanannya, hasil malak. Dibuka dompetnya, dikeluarkan beberapa lembar, dilempar ke kaleng. Sedikit lagi ia bisa membeli motor.Nggak perlu baru....daripada naik angkot sama bis melulu. Setelah menyimpan kembali, ia pun merebahkan diri di kasur, memejamkan mata, terbayang tubuh kakaknya yang merangsang. Entah berapa lama ia terbuai dalam lamunan erotisnya, akhirnya ia tertidur.<br />
<br />
Ray merasakan ada yang menguncang – guncang tubuhnya....siapa sih...nggak tahu orang ngantuk, dengan malas Ray membuka sebelah matanya, masih belum jelas...oh mamanya, perlahan Ray membuka matanya.<br />
<br />
”Hei..., sudah makan belum..? Bangun deh, makan dulu, tadi mama beli di luar. Mama tadi pas mau pulang nelepon Dina, katanya kamu sudah pulang dan lagi tidur.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWGuGq08ROdQJ3ONX_fOV9VJrq0Pwi4Kjy6mjQivyZDMQnLV0B_MP8ZQOGBogKljbeV7-uRLtKYga0PjpxvxRsUsaxuOGk98gJ8RCf5tiHDA_WXRqKocN7vGu-Tur_F9rAieNtYgoFIvw/s1600/22.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWGuGq08ROdQJ3ONX_fOV9VJrq0Pwi4Kjy6mjQivyZDMQnLV0B_MP8ZQOGBogKljbeV7-uRLtKYga0PjpxvxRsUsaxuOGk98gJ8RCf5tiHDA_WXRqKocN7vGu-Tur_F9rAieNtYgoFIvw/s320/22.png" width="213" /></a></div>
Mama lalau meninggalkan kamar, dengan malas aku menggeliat, melirik jam tangan, 10 kurang, ambil HP, SMS Eva sebentar, lalu bangun ke kamar mandi, mandi dulu gerah sama lengket. Setelah kelar dan berpakaian, mama sudah menunggu, tadi sudah duluan. Si Dina lagi nonton TV. Aku segera duduk dan makan, sementara mama menemani sekalian mengajak ngobrol...<br />
<br />
”Ray...kamu nggak bosan...?”<br />
”Bosan kenapa ma...?”<br />
”Ya...kuliah kagak mau, seharian cuma kelayapan, apa nggak ada kegiatan lain...?”<br />
”Paling nggak bener ma...,” si Dina ikut nimbrung. Aku cuek saja.<br />
”Hush...kamu diam saja Din, mama lagi ngomong sama adik kamu. Ray benar kamu nggak mau kuliah...?”<br />
”Duh...ngapain si nanya itu lagi ma...? Jawabannya kan juga sama, mama sudah tahu.”<br />
”Ya, namanya orangtua, tentu mau anaknya maju Ray.”<br />
”Nggak...nggak deh ma, males...titik.”<br />
<br />
Mama Cuma medesah nafas saja, kecewa, juga tahu percuma lagi ngomong. Diam sesaat, lalu melanjutkan...<br />
<br />
”Kalau kamu nggak mau ya sudah. Ngg...kamu mau coba kerja...belajar saja dulu...kalau kamu mau nanti mama coba tanya – tanya teman mama.”<br />
<br />
Belum juga menjawab, si Dina ngoceh lagi. Aku jadi kesal dan membalas...<br />
<br />
”Si jelek ini ? Kerja...? Jangan deh ma, entar malu – maluin mama sama yang masukkin, bisa bangkrut tuh Perusahaan kalau pegawainya kayak si jelek ini.”<br />
”Din...loe bisa diam nggak...? Emangnya loe bener apa...? Bisanya nyela gue doang, reseh.”<br />
<br />
Mama jadi kesal, segera menengahi....<br />
<br />
”Sudah...sudah...kalian berdua, sudah pada besar juga nggak ada akurnya. Sudah, sekarang mama mau tidur, capek. Awas kalau ribut lagi. Kamu, selesaikan makanmu, terus beresin mejanya.”<br />
<br />
Mama segera bangun, menuju kamarnya. Dini mematikan TV, sambil ketawa ngeselin, juga masuk kamar.Aku selesaikan makan, lalu membereskan meja. Setelah memeriksa pintu dan jendela, duduk santai merokok. Ada – ada saja mama. Kerja...? Kayak aku begini, jadi apa...? Nikmati saja hidup yang sekarang, toh uang aku nggak susah. Masih lama Ray duduk, sebelum akhirnya mematikan lampu dan menuju kamar.<br />
<br />
Di kamar aku coba memejamkan mata, sial...sulit sekali...hampir sejam sudah, jam sudah hampir jam 12 lewat. SMS terakhir dari Eva sudah lama sekali. Gelisah banget, ke sini salah, posisi gitu salah, akhirnya aku berbaring saja. Tiba – tiba bayangan Dina kembali bermain di benakku. Sial...kenapa aku ngebayangi kakakku. Makin kucoba melupakan, makin kuat bayangan tubuh Dina yang telanjang dan sedang mendesah saat dient*t sama teman lakinya itu memenuhi pikiranku. Nafsu akhirnya memang dapat meruntuhkan akal sehat. Sebejat – bejatnya Ray, namun tak pernah sebelumnya ia membayangkan untuk menjamah tubuh kakaknya Dina. Sebagai remaja pria tentu saja ia tahu kakaknya cantik dan seksi, walau tak akrab, tapi namanya buat khayalan tetap dong. Sering juga ia membayangkan kakaknya saat bermartubasi dulu, tapi hanya sebatas itu. Ya, sebagai lelaki di rumah itu, mengiringi proses dia besar, mama dan kakaknya sering menjadi bahan khayalan kala bermasturbasi. Namun hari ini melihat kakaknya bersetubuh.....Perlahan Ray bangkit, Ray sebagai penghuni rumah paham, dari tiga kamar di rumah ini, semuanya tak pernah dikunci saat tidur. Pintu kamar di dalam ada kunci selotnya, itu rasanya mat jarang digunakan. Mamanya juga seperti biasa tidur pulas, besok harus berangkat kerja di pagi hari. Ray keluar dari kamar, diam sebentar menganalisa situasi, sunyi dan tenang. Perlahan mendekat, sesaat...hanya sesaat sempat timbul keraguan di hatinya. Namun dengan cepat keraguan itu sirna, rasa penasaran dan nafsu sudah terlalu kuat mencengkramnya. Pelan sekali ia membuka pintu kamar kakaknya. Ditutupnya pintu itu. Kamar kakanya memang tak memiliki kunci, sudah lama hilang. Sebagai gantinya dipasang selot, Ray menyelot pintu kamar perlahan. Nampak Dina sedang tertidur pulas, memakai daster yang agak ketat dan mini. Bagian bawahnya tersingkap, Dina tidur dengan kaki agak melebar, memperlihatkan bagian dalam paha dan selangkangannya. Ray duduk di pinggir ranjang. Matanya nampak buas memandang daerah selangkangan kakaknya. Putih mulus, CD-nya nampak tipis sekali, nampak samar – samar bayangan jembutnya. Lama Ray memandang, kont01nya sudah mengeras sekali. Sekali lagi Ray ragu. Di saat Ray ragu Dina merubah posisi tidurnya, makin tersingkaplah bagian bawah dasternya, dan Ray makin jelas saja melihat CD tersebut, nampak beberapa helai jembut menyembul keluar. Ah....peduli amat, sekalian balasan loe sering nyelain gue.<br />
<br />
Ray mulai bergerak, tangannya mulai mengelus bagian luar CD kakaknya, tebal terasa, satu tangannya perlahan meremas bagian atas daster kakaknya, terasa keras dan empuk tetek Dina. Akhirnya Ray mendekap mulut kakaknya, tidak dangan kuat, tapi cukup meyakinkan Ray, kalau kakaknya bersuara tak akan terdengar, Ray segera menindih Dina, satu tangannya beraksi di bawah sana, di balik CD Dina. Tanpa ragu Ray memainkan jarinya, terasa jembut yang lebat sekali, tadi waktu kakaknya dient*t sama teman lakinya, kurang terlihat jelas. Perlahan jarinya mulai memainkan belahan m3mek Dina. Dina yang tertidur awalnya tidak merasakan apapun, tapi akhirnya merasakan agak sulit bernafas. Lagipula ia merasakan ada yang menindihnya, juga sedang memainkan jarinya di m3meknya, rasanya enak juga...tapi....lho...siapa...? Dengan spontan Dina membuka matanya...astaga...tak salahkah matanya melihat...Tampak wajah Ray yang dipenuhi nafsu. Mata Ray menatap matanya buas. Dina berusaha memberontak, tapi sulit, Ray menindihnya sedemikian rupa, tangannya terjepit, kakinya juga diapit kaki Ray. Ray mendekatkan mulutnya ke kuping Dina, berbisik pelan namun sangat jelas.<br />
<br />
”Loe diam saja Din....nggak usah bersuara. Salah loe sendiri tadi ngent*t pintunya nggak ditutup. Gue jadi nafsu ngelihatnya. Juga balasan loe sering nyelain gue.”<br />
<br />
Dina masih berusaha memberontak, tapi tenaganya kalah sama Ray, tangan Ray masih membekap mulutnya, satu tangan yang lain sedang mengaduk m3meknya. Dina merasakan jari Ray mulai memainkan belahan m3meknya. Menggosok m3meknya dengan kuat dan tergesa, perlahan belahannya mulai mekar, dengan kakinya Ray menggeser sedikit kaki Dina, melebarkan sedikit, terasa jari Ray mulai menyodok m3meknya, rada sakit karena masih kering, tapi lama – lama seiring jari Ray yang keluar masuk, m3mek Dina mulai basah. Lama Ray memainkan jarinya, Dina mulai merasa nyaman, bahkan sesekali pinggulnya ikut bergoyang. Dina mencoba bersuara, nggak terlalu jelas, masih ada tanga Ray di mulutnya. Ray menyadarinya, ia kembali berbisik ke Dina.<br />
<br />
”Gue lepasin, tapi loe jangan teriak.”<br />
<br />
Dina mengambil nafas sejenak. Ray masih memandangnya, bersiap –siap, takut Dina berteriak. Dina mulai bicar agak berbisik.<br />
<br />
”Loe ngapain sih ? Sudah gila ya ? Gue kan kakak loe ?”<br />
”Iya, gue tahu, mau salah apa nggak sebodoh amat. Kalau tadi loe ngeweknya nutup pintu, gue nggak bakalan lihat. Karena gue lihat, makanya gue nafsu, loe musti ngerti juga, gue nafsu gara – gara loe.”<br />
”Tapi gue kakak loe. Nggak bisa dong loe giniin gue. ”<br />
”Iya, mulut loe nolak, tapi m3mek loe nggak, sekarang saja sudah becek.”<br />
”Iyalah, loe mainin ama loe sodokin ama jari loe, terang dong m3mek gue basah...”<br />
<br />
Sebenarnya Dina memang sudah merasa amat terangsang, namun sedikitnya ia masih merasa hal ini salah besar. Ray kembali ngomong.<br />
<br />
”Din, sekali ini saja deh, gue benar – benar kagak tahan, please....”<br />
”Ray, ngaco ah.....”<br />
”Ayolah, please...”<br />
”Sekali ini saja ya, itu juga karena m3mek gue sudah loe mainin, mau nggak mau gue jadi horny deh, huh lain kali kalau gue ngewek, emang musti tutup pintu. Loe gayanya aja BeTe ama gue, nggak tahunya ngaceng juga ngintipin gue main.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTJnKZ90SHVb5EAMEHTN-dpoXcHazHAC9910pUh9D-Jm9k0YtU3LqqiFMNOqQJ4Ju1h7jnrZRkWMLj2zpW0g1P_7rMHJ51dR0QhXN9p5JAdxV0TUJXPBi7aa1Se0Zfm0JaLpV0eeimUIE/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTJnKZ90SHVb5EAMEHTN-dpoXcHazHAC9910pUh9D-Jm9k0YtU3LqqiFMNOqQJ4Ju1h7jnrZRkWMLj2zpW0g1P_7rMHJ51dR0QhXN9p5JAdxV0TUJXPBi7aa1Se0Zfm0JaLpV0eeimUIE/s320/5.jpg" width="213" /></a></div>
Ray nggak menjawab, sebagai jawaban ia mulai meremasi tetek Dina, padat dan besar, terasa penuh di tangan, kurang puas terhalang daster, dibukanya dengan tergesa daster Dina. Dilihatnya ketek kakaknya bersih, terawat. Cuma sedikit bulu halus tumbuh, masih jarang dan belum perlu cibersihkan. Tetek Dina sungguh mempesona, memang beda dengan Eva, Dina lebih besar dan agak sedikit ke bawah, bukan kendor, tapi proposional antara besarnya dan tingginya. Pentilnya kecoklatan, besar dan mengacung saat ini, Ray dengan rakus mulai menghisapi pentil Dina, membuat Dina agak kewalahan. Dirasakannya nikmat yang menjalar saat pentilnya dihisap dan ditarik –tarik lembut oleh mulut Ray. Lama Ray memainkan tetek dan pentilnya, sambil tangannya tetap ngobok m3meknya. Akhirnya Ray menuju selangkangan kakanya. CD- nya masih dipakai, Ray membiarkan, tangannya mulai meremas dan memainkan CD tersebut, memang tebal rasanya m3mek di baliknya. Lalu dengan berdebar, ditariknya CD kakaknya. Ray terpesona melihat jembut Dina yang lebat dan hitam, amat indah serasi menghiasi m3meknya. Ray menaruh jarinya di atas m3mek tersebut, mulai membelai dan meremas jembut Dina. Lalu Ray mendekatkan mulutnya, mulai menciumi m3mek Dina, aroma yang enak tercium dari selangkangan kakaknya. Tapi Dina reseh, kakinya malah masih dirapatkan. Dengan agak kasar, Ray melebarkannya. Ray mulai menciumi m3mek kakaknya, Dina agak risih karenanya, dengan pria lain tak masalah, tapi ini Ray, adiknya yang sedang menciumi m3meknya. Baru juga Ray mulai menjilati it1lnya, tangan Dina menahan kepalanya.<br />
<br />
”Ray kalau loe mau, sudah langsung saja, nggak usah acara jilatinlah, segala dimainin, cepetan deh loe masukin kont01 loe, ingat sekali ini saja.”<br />
”Ngerasain dulu dong, pemanasan....”<br />
”Kalau mau cepat, kalau nggak ya sudah, loe keluar dari kamar gue.”<br />
<br />
Ray akhirnya dengan enggan menghentikan aksinya, bersiap membuka celananya nggak mau Dina berubah pikiran. Bukan apa – apa, pasti nyamannya beda kalau posisinya Ray melakukannya dengan memaksa atau dengan cara kasar. Di satu sisi Dina memang merasa dia terlanjur terangsang saat adiknya memainkan m3meknya, tanggung, kalau dibawa tidur cuma bikin pusing kepala. Di sisi lain dia merasa risih m3meknya dimainin sama mulut Ray. Lagian dia berpikir, saat Ray buka celana dia akan mencela Ray, paling barangnya standart saja, lagian anak kayak gini, nafsu duluan, baru nempel juga kelepek – kelepek, bisa puas dia dapat bahan baru buat nyelain Ray. Ray berdiri, mulai menarik celana pendeknya, kolornya masih terpasang....kelamaan pikir Dina, bukan sekalian tadi pas nurunin celana, matanya memandang tonjolan di balik kolor Ray, agak terdiam melihat besarnya tonjolan itu, namun Dina belum yakin isinya besar. Ray melempar celana pendeknya, tangannya perlahan memelorotkan kolornya, sedikit...sedikit...tuing...kont01nya yang sudah ngaceng terbebas dan kini mengacung dengan bebasnya. Ray masih sibuk menurunkan kolornya, tak melihat ekspresi wajah kakaknya. Gila...pikir Dina, matanya melotot, si tolol ini punya barang segede ini, apa rasanya di m3mek gue. Rini agak bergidik dan juga terangsang melihatnya. Tapi ia tetap merasa harus jual mahal. Ray mendekat sedikit ke arah Dina, mencoba memancing di air keruh.<br />
<br />
”Ituin dong...!”<br />
”Ituin apaan, nggak jelas deh loe.”<br />
”Heheh...isepin.”<br />
”Ogah...loe minta saja sama cewek loe. Kalau loe nggak punya cewek, ya sama pecun kek. Buruan deh loe masukkin, gue sudah ngantuk nih. Ingat sekali in saja ya. Nggak ada besok atau lain kali. Gawat nih, mulai besok gue musti kunci pintu kamar.”<br />
<br />
Ray nggak banyak komentar lagi, segera menindih tubuh telanjang Dina, Dina mau nggak mau melebarkan kakinya, gila kont01 gede dan panjang gitu, bisa rontok kalau nggak gue ngangkang yang lebar. Ray mulai konsentrasi, mengarahkan kont01nya, sedikit meleset dan melenceng keluar, akhirnya...bless, Dina agak mengernyit dan menjerit kecil, belum biasa seperi Eva. Ray menikmati dulu adegan ini, sementara Dina merasakan lobang m3meknya sesak, dipenuhi kont01 Ray. Ray lalu mulai bergerak, pertama agak sulit. Lama – lama seiring pelumas dari m3mek kakaknya,Ray merasakan nikmat sekali, ditariknya kont01nya sejauh mungkin, sampai kepalanya, saat menekan ditekannya sampai dalam, bikin Dina kelojotan. Dina sendiri merasakan nikmat teramat sangat mengaliri m3meknya menjalar ke seluruh tubuhnya, setiap sodokan kont01 dari sang adik terasa menggelitik dan membuat terbang tubuhnya, kakinya makin ia kangkangkan, mulutnya mendesah. Awalnya Dina melengos saat Ray mencari bibirnya, gila apa ciuman bibir sama si jelek ini, tapi desakan nikmat di m3meknya membuat ia terlena sekali, perlahan bibirnya mulai menerima ciuman penuh birahi dari adiknya, ia mulai membalas, saling beradu lidah mereka, Dina mulai menyedot lidah Ray dengan mulutnya, membuat Ray kehilangan kontrol, Makin kuat dan cepat sodokannya.Dina melepas ciumannya, mengambil nafas dan berdesah...<br />
<br />
”Awww....giillaaaa.....Raaayyy...”<br />
”Noooo.....Ooohhh...Awwww.....”<br />
”SSShhhhh....Aghhhh....Ampuuunnnn”<br />
<br />
Tangan Dina mencengkram punggung Ray kuat, kukunya menancap dan mencakar punggung Ray, Dina benar – benar kelojotan, matanya merem melek, pinggulnya bergoyang, tubuhnya mengejang, orgasme pertama kalinya yang hebat yang didapatnya dari Ray. Hal yag tak pernah ia bayangkan, namun kini nyata dan ia menikmatinya. Selalu ada rasa lepas dan lemas ketika orgasme, namun si gila ini malah terus memompa kont01nya, bukannya makin pelan malah makin kencang, Dina benar – benar kelojotan, merasakan hantaman kenikmatan yang bertubi – tubi. Mulutnya mendesah dan mengerang. Tiba – tiba Ray menghentikan pompaannya, kenapa..? Dina sedang enak, mau protes...<br />
<br />
Ray dengan cepat segera mengambil posisi di samping tubuh kakaknya, tangannya mengangkat dan memegang satu kaki Dina, nampak m3mek yang memerah itu, Ray dengan cepat memasukkan kont01nya, menyamping. Dina mengaitkan satu tangannya di belakang leher Ray. Ray terangsang melihat ketek mulus dan sedikit ditumbuji bulu halus Dina, ia segera menciumi dan menjilatinya, Dina kegelian, sementara kont01 Ray masih saja dengan ganasnya menghajar m3mek Dina.Tangannya juga tak mau diam, mlai meremas dengan sangat kuat sekali tetek Dina, terkadang menggoyangkannya. Ampun....sekarang tangan si gila ini malah turun ke selangkangan...mulai memainkan it1l gue pakai jarinya, luar biasa, kenikmatan yang mengalir tanpa jeda, membuat lemas tubuh ini.Dina agak menaikkan kepalanya, melihat kont01 yang besar itu menyodok m3meknya, tak ayal dirinya makin terbakar nafsu, desahannya makin cepat....dan kembali ia orgasme, Dina tak tahu apa yang terjadi, apa memang Ray begitu ahlinya atau juga karena hal yang seharusnya tak boleh dilakukan malah makin membuat rasa dan gairah meningkat atau kombinasi keduanya, peduli amat...yang penting saat ini ia sangat puas dan amat sangat menikmati saat m3meknya disodok, dan it1lnya dimainin sama adiknya. Ray kembali menciumnya, panas dan bergairah, sementara sodokannya tetap dan konstant. Dina melepas ciumannya, mendekatkan mulutnya ke kuping adiknya, dijilatnya lembut, Ray agak bergidik dan makin nafsu, lalu Dina berbisik, apapun yang dibisikkan, dalam situasi seperti ini terdengarnya selalu erotis di kuping Ray...<br />
<br />
”Gila...kont01 loe hebat juga...nggak nyangka gue...loe entar kalau sudah mau keluar, jangan loe cabut, keluarin saja di m3mek gue, nggak kenapa...aman.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgbD5Giibpq4_MgY64v6nhVLc40ifOw23w5pKpBEg9vSkhZsmvPHnsFPNjZbRGTPthLA4i_kcm92WLBKx3BJRt9QqYJ-Cp6la5m2_7aSb7gwkqW4K8gSOOsTkh_SJNz8QzOm_zN2wTOgo/s1600/38.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgbD5Giibpq4_MgY64v6nhVLc40ifOw23w5pKpBEg9vSkhZsmvPHnsFPNjZbRGTPthLA4i_kcm92WLBKx3BJRt9QqYJ-Cp6la5m2_7aSb7gwkqW4K8gSOOsTkh_SJNz8QzOm_zN2wTOgo/s320/38.jpg" width="230" /></a></div>
Ray makin cepat menyodok, kembali asik memainkan pentil Dina dengan satu tangannya, tangan yang lain masih setia menggarap it1l kakaknya. Akhirnya Ray merasakan sudah dekat, dan Dina juga merasakan dia mau keluar.....lagi, tanpa dikomando, keduanya kembali berciuman.....dan Crooottt...croottt....peju Ray membanjiri m3mek Dina. Dina mengejang, Ray diam lemas dan puas. Lama mereka terdiam, keringat membasahi tubuh mereka. Akhirnya Ray mencabut kont01nya, diam berbaring, lemas dan puaaasss banget.<br />
<br />
”Jadi gimana...? Sudah cukup kan penasaran loe...?”<br />
”I...iya Din. Gila loe benar – benar nafsuin...”<br />
”Hei...hei...sopan dikit dong, gue ini masih kakak loe...”<br />
”Tetap saja gue doyan....”<br />
”Nggak bisa...pokoknya tetap satu kali ini saja...itu juga karena gue kasihan loe, bantuin hilangin ngaceng sama penasaran loe...”<br />
”Ya Din....”<br />
”Tuh kan, tadi perjanjiannya kan seperti itu, nggak ada lain kali. Kali ini gue kasih karena loe penasaran........Tapi.......buat lain kali berikutnya gue sukarela, loe boleh kapan saja main sama gue, bener...”<br />
”Serius loe Din...?”<br />
”Loe nggak mau...? Gila....terlarang apa nggak sebodoh amat......, sia – sia banget kalau gue nolak kont01 kayak punya loe...”<br />
”Hahaha...doyan juga loe...dasar.”<br />
<br />
Dan setelah stamina mereka pulih, ya...tentu saja mereka melanjutkannya. Dan Diina juga tak menolak untuk menservis kont01 Ray dengan mulutnya. Sebuah tabir telah terbuka, awal hubungan terlarang sekaligus penuh gairah baru saja dimulai.<br />
<br />
Pagi itu Ray bangun agak pagi, seperti biasa rumah sepi. Ray duduk – duduk, kali ini ia merokok sambil ngopi. Si Dina tahu ke mana, kuliah apa nggak, kagak paham dia. Yang dia paham semalam ia baru saja melakukan gituan sama Dina. Sangat menikmatinya. Tadinya Ray berpikir, sebodoh amat, mau Dina marah atau tidak, yang pasti dia tahu Dina nggak bakalan mengadu ke mamanya. Termyata, malah sebaliknya, si Dina malah doyan juga, malah sekarang memberikan lampu hijau.Mana teteknya gede banget, m3meknya….duh…ngaceng lagi, padahal semalam sudah 3 kali. Juga si Dina akhirnya malah doyan banget isepin kont01 gue. Ray mematikan rokoknya, mandi…sambil main sabun.<br />
<br />
Siang itu seperti biasa Ray sudah asik dengan kelompoknya. Kelompoknya ini sebenarnya bebas, siapa saja yang merasa senasib, silahkan bergabung. Walau banyak yang ngumpul, tapi masing – masing punya CS tersendiri, Ray dengan Panjul dan Deden. Deden sendiri anak golongan menengah, Cuma jarang pulang, ribut melulu sama bapaknya, terlalu banyak memaksakan keinginan. Panjul dari golongan ke bawah, anak paling besar, adiknya banyak, dari SMP sudah mandiri, bahkan sekarang kost, malas pulang, kost dekat mall sini, Ray sering ke sana, tidur – tiduran atau juga nginap. Kostnya si panjul di kawasan padat, orangnya asik semua, dan tak terlalu eduliin urusan orang. Memang mereka sering mabuk, malak, ribut, tapi buat yang namanya serbuk, nggak. Nggak ada aturan atau larangan, tetapi sejauh ini nggak ada yang terlibat nyabu atau mutaw. Dulunya Ray nggak satu sekolah sama mereka, bahkan sering tawuran, terus karena sudah hapal muka masing – masing, kalau ketemu di bis jadi akrab. Iyalah, tawuran kalau lagi rame – rame, kalau ketemu biasa, sendiri – sendiri, nggak bakalan deh tawuran. Mulai deh sering ngobrol, ngerokok bareng, akhirnya mulai akrab, lama – lama ngerasa klop dan akrab. Sekarang Ray dan Deden lagi tidur – tiduran di tempat Panjul, baru kelar nyari duit, agak lumayan, walau tak sebesar kemarin. Hari ini Ray nggak jemput Eva, tadi Eva SMS, ada kegiatan apa gitu di kampusnya, Ray kagak begitu paham. HP- Ray bunyi lagi, Ray ngebaca SMS, dari Sarah. Ray membalas agak malas.<br />
<br />
Sarah itu anak yang suka nongkrong sama mereka. Sama, sudah lulus SMA, apa kuliah atau kerja Ray juga tak paham. Sudah lama Sarah ngejar – ngejar Ray. Tapi Ray nggak terlalu nanggapin. Eva sendiri pernah sekali ngebaca SMS Sarah, cemburu, tapi Ray meyakinkan, dia nggak ada hubungan apapun. Memang terkadang lelaki seperti Ray sulit dipahami, seperti mempunyai magnet bagi kaum hawa. Padahal bandel ya...<br />
<br />
Ray lagi asik mendengar lagu slow rock dari tape abal - abal Panjul. Tiduran sambil merokok, Panjul sama Deden asik ngobrol sambil ngopi. Terdengar pintu diketuk. Panjul membuka pintu, tak lama Sarah masuk...tuh kan, salah gue tadi balas SMS bilang lagi di sini pikir Ray. Ray cuek, masih asik dengan santainya dan juga dengan lagu dari tape. Panjul dan Deden tetap asik ngobrol, agak di pojok, biar tak mengganggu. Sarah duduk di pinggiran kasur, kasur Panjul cuma kasur digelar di atas karpet tipis. Diam, sesekali melirik ke Ray. Pikirannya mengembara, sulit benar membuat lelaki ini tertarik. Padahal nggak sedikit lelaki yang mau jadi pacarku, tapi lelaki ini begitu seenaknya dan nggak peduli sama aku..Sarah membatin. Akhirnya ia membuka suara.<br />
<br />
”Loe sudah makan Ray...?”<br />
”Hah...Apaan...?”<br />
”Sudah makan...?”<br />
”Belum...nanti saja.”<br />
”Bagi rokoknya dong...”<br />
”Ambil saja, tapi loe tahu kan rokok gue bukan rokok putih yang biasa loe hisap.”<br />
”Nggak apa, rokok gue habis...”<br />
“Ya sudah…ambil saja.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ4SYLRiOuqZ9xnXclSLkTHDedmFV3-QWzM1gLh3wrpSUR4D_9DPWfME61Dz6EMou45Gtr3mjTDv2FolKDxTcUjFmcnzNp6LYr6M_pAWhxAKohh_1KKjOlVJJhnwpw3IvZD87rW0wzdAM/s1600/53.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ4SYLRiOuqZ9xnXclSLkTHDedmFV3-QWzM1gLh3wrpSUR4D_9DPWfME61Dz6EMou45Gtr3mjTDv2FolKDxTcUjFmcnzNp6LYr6M_pAWhxAKohh_1KKjOlVJJhnwpw3IvZD87rW0wzdAM/s320/53.jpg" width="216" /></a></div>
Ray mengamati Sarah yang sedang menyalakan rokok. Sebenarnya anak ini manis dan menarik. Ray nggak akan mengomentari kebiasaannya merokok, nggak ada hubungannya. Itu hak masing – masing Perempuan yang merokok bukan berarti karakternya jelek, kadang yang kelihatan alim, malah sebenarnya lebih rusak. Itu masalah pribadi. Ray sendiri nggak begitu paham latar belakang Sarah, tiba – tiba saja gabung di tongkrongan, karena kenal sama salah satu anak sini, dari yang dia dengar dari anak – anak, katanya sih anak pengusaha hebat, cuma karena Sarah nggak gitu akur sama bapaknya karena sesuatu hal makanya ia mencari pelarian. Ya, memang masih misterius sih asal – usul Sarah, tapi bukan urusannya. Ray bukannya munafik, sebagai wanita, Sarah memang cantik dan menarik, sebelas duabelas lah sama Eva. Tapi Ray buat urusan pacaran sama Eva, termasuk tipe setia. Baginya Eva adalah segalanya, dunianya, pelitanya, yang bisa mengerti dan memahaminya. Ray nggak mau memberi harapan kosong pada Sarah. Sarah nampak menghembuskan asap rokok, sadar diperhatikan Ray...<br />
<br />
”Kenapa....ada kotoran di muka gue..?”<br />
”Nggak...ngeliatin saja, takut loe batuk, rokok gue kan berat.”<br />
”Rokok yang mana...? Yang ini apa yang coklat gede...?”<br />
”Ngaco ah loe...”<br />
<br />
Kembali diam, cuma suara musik yang terdengar, Panjul sama Deden masih seru dengan obrolan mereka, biasa paling ngebahas cewek. Ray mematikan rokoknya, meminum kopi jatahnya, lalu duduk. Sarah kembali memandangnya...<br />
<br />
”Ray...temani gue yuk, lapar nih, pleaseee....”<br />
“Hmmm…oke deh, makan apaan..? Traktir ya.”<br />
”Terserah loe deh. Beres.”<br />
”Tuh bocah dua diajak nggak...?”<br />
”Kalau mau, ya ikut saja.”<br />
<br />
Tapi Panjul dan Deden menolak, mungkin nggak mau ganggu, tapi tentu saja nggak nolak kalau dibeliin bungkusan, malah berharap. Akhirnya kami pergi. Ray mau karena dia mulai lapar dan juga memang nggak ada kegiatan. Sarah mentraktir makan Ayam... (sori takut dikira promosi ) di dalam mall. Kini mereka asik menyantap makanan sambil ngobrol.<br />
<br />
”Ray..malam minggu ada kegiatan nggak...? Main ke rumah gue yuk...”<br />
“Wah…sori Sar, gue belum tahu sih…, tapi kayaknya nggak bisa, mau pergi sama Eva.”<br />
“Pacar loe…? Kenalin dong…”<br />
“Eng….maybe next time…”<br />
“Promise…?”<br />
“Nggak lah yauw….”<br />
“Geblek…..”<br />
<br />
Cukup lama kita ngobrol, walaupun sudah kelar makan, rada sepi sih, lagian pegawainya juga sudah pada hapal tampang kita, biasa sering nilepin asbak hehehe. Akhirnya kita bangun, pegawai membersihkan piring sambil melihat apakah asbak masih ada atau tidak. Sarah kembali ke counter beliin paket yang dibungkus buat Panjul sama Deden.<br />
<br />
Tak lama kita sudah balik, diketok nggak dibuka, untung nggak dikunci, 2 bocah itu sedang tidur dengan mesranya. Cepat sekali bangunnya begitu cium bau ayam. Kelar nungguin 2 anak rakus itu makan, akhirnya kita sepakat main billiard, tempat biasa langganan, nggak jauh dari sini, jalan kaki sebentaran doang. Nggak jago – jago amat, just for fun saja.<br />
<br />
Nyari meja yang agak sepi di bagian pojok., cuma kita bertiga yang main, Sarah duduk nungguin, di meja sebelah, ada 4 anak tanggung juga lagi main, anak luar, baru pernah lihat. Rada reseh, 4 orang. Tahu main di daerah orang, gayanya nyebelin, berisik, bacotnya kayak di pasar saja, bahkan mulai godain Sarah. Panjul mulai gerah. Aku menahannya, main saja, biarin cuma godain. Mungkin merasa mereka ber 4, lebih banyak, juga kita diam, makin kurang ajar. Mulai dekat – dekat Sarah, terus nyolek – nyolek, Sarah risih, menepis, kagak jera juga malah makin iseng, temannya satu oang ikutan juga, It’s Showtime…..<br />
<br />
“Cing…loe sopan dikit dong main di wilayah orang…”<br />
<br />
Selesai ngomong, bogem melayang, kejengkang deh tuh anak nggak tahu diri, temannya kaget, menyerbu, Panjul sama Deden, langsung beraksi. Bukan lawan sepadan, sebentar saja ke 4 reseh itu bergeletakan di lantai. Terdengar suara ribut –ribut….anak – anak datang…<br />
<br />
“Kenapa Ray…? Den…?”<br />
“Biasa…lupa tempat, main di rumah orang tapi ngelunjak.”<br />
”Loe pada nggak kenapa...?”<br />
”Sip...bawa keluar deh, enek ngelihatnya...eh tanya dulu tuh sama si Rini, berapa bonnya nih cecunguk, ambil dari dompetnya, bayar, kasihan nanti si Rini nombok.”<br />
<br />
Anak – anak segera mengangkat ke 4 onggokkan yang malang itu, yang kini stress berat, menanyakan pada Rini, yang bertugas di meja billiard mereka, lalu mengambil uang mereka, buat bayar. Tak ada kerusakan. Sekarang terserah anak – anak deh. Panjul sama Deden ikutan, belum puas olah raga. Aku membayar bon dulu, sudah malas mau main.<br />
<br />
”Ray...makasih ya...”<br />
”Nggak usahlah, sudah sepantasnya kok Sar. Loe masih mau di mari, gue mau ke depan nih.”<br />
”Nggak...ikut.”<br />
<br />
Akhirnya setelah selingan olah raga tadi sore, malamnya, kembali kita nongkrong, gitaran, ngobrol, nyawer, biasa ngoplos. Sarah sudah pulang. Jam 11 pulang, agak goyang, tadi nebeng dibonceng Dedi, yang searah. Ray mencari kunci pintu di celananya, masuk dan mengunci pintu. Sudah hilang pengaruh minumannya. Sepi, sudah pada tidur, besok Sabtu, mama libur. Perlahan dia mengendap ke kamar Dina....sial...kosong, nggak pulang tuh anak, nginap apa malah ngamar di hotel...? Sudahlah...tidur saja.<br />
<br />
Besoknya, Ray bangun, asik makan, kalau mama nggak ngantor, pagi baru ada sarapan. Mama nampak asik menonton TV.<br />
<br />
”Pulang jam berapa kamu semalam Ray..?”<br />
”Eng...jam 11an..”<br />
”Nggak bosan setiap hari begitu...keluyuran nggak jelas.”<br />
”Mama juga nggak bosan apa nanya melulu hehehehe. Si Dina mana ma...?”<br />
”Tumben nanyain, biasanya kayak anjing sama kucing. Semalam telepon, nginap di temannya. Kamu siang ini jangan ke mana – mana, tolong anter mama ke rumah tante Retno.”<br />
”Ugh...sendiri saja deh...”<br />
”Nggak...mama minta kamu antar.”<br />
<br />
Paling malas gue ke sono, orangnya reseh, sombong, nyela melulu. Dia itu adik mama, suaminya kaya, makanya sering ngelecehin gue banget. Tante Retnonya maksud gue, bukan Om Gani suaminya, kalau suaminya mah biasa saja. Anaknya satu, si David, baru masuk SMA. Dikirim ke Omnya di Surabaya. Omnya itu adik bapaknya. Katanya sih sekolah di sana bagus, padahal alasan, si David itu bandel, gue tahu banget, nggak keawasin, makanya ditaruh di sana, biar ada yang ngawasin. Akhirnya Ray cuma bisa merengut. SMS Eva dulu, nanyain, takut dia ngajak jalan. Akhirnya mama bangun dari sofa, mematikan TV, mau mandi. Timbul niat burukku. Sejauh ini Ray memang tak pernah mengintip mama atau kakaknya mandi, walau sebenarnya kalau dia mau bisa, Kamar mandinya tutup pintunya yang model beli jadi, seperti alumunium, ada bagian yang renggang dan sangat nyaman untuk mengintip. Ray pernah melihat sekilas, sewaktu ia mandi. Mungkin mama dan kakaknya juga tahu, tapi nggak khawatir, toh tak ada orang lain di rumah ini. Tapi karena selama ini Eva sudah memenuhi semua hasratnya, Ray nggak pernah kepikiran buat mengintip. Tapi kemarin dia tak main, malamnya Dina nggak ada, kont01nya merana. Ide itu melintas begitu saja, menggodanya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXww7hn9ZvIbiRgC0fvx9ABIpqD8wnCnF2byboaXGqtHsleX-ylI75YAiJltCCW5BX28Rps5zbk0dkJ7E52IGeol1O3QVUkxP-qcmLKmKIFsMm1jlnCntJnTcNaDnBfKM2REAPENoxE8A/s1600/50.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXww7hn9ZvIbiRgC0fvx9ABIpqD8wnCnF2byboaXGqtHsleX-ylI75YAiJltCCW5BX28Rps5zbk0dkJ7E52IGeol1O3QVUkxP-qcmLKmKIFsMm1jlnCntJnTcNaDnBfKM2REAPENoxE8A/s320/50.jpg" width="225" /></a></div>
Tak lama mama keluar dari kamar, melenggang, handuk dan sabun semua ada di kamar mandi. Ray pura – pura asik merokok dan melamun di meja makan. Mama menyalakan lampu kamar mandi, lalu menutup pintu kamar mandi, terdengar suara selot dikuncikan...Wussshhhh.....secepat kilat Ray melesat. Dengan hati – hati Ray mengendap, di mana lobangnya...itu dia. Ray mendekatkan matanya, mamanya masih memakai daster, nampak sibuk mengambil sikat gigi, memberi odol, menaruhnya di pinggiran, lalu......tangan mamanya mulai menyentuh dasternya, mengangkatnya.....jantung Ray berdebar dan berdetak lebih cepat....perlahan daster mulai teragkat, nampak CD hitam mamanya, lalu..perlahan ke atas lagi...nampak 2 gunungan besar menggantung indah, nampak oleh mata Ray, ternyata bulu ketek mamanya sangat rimbun. Akhirnya mamanya hanya ber CD saja, mamanya melempar dasternya ke lantai. Tampak tangan mamanya seperti menepiskan sesuatu dari teteknya, mungkin potongan benang, tetek besar itu tampak sedikit bergoyang, Ray terpesona melihat besar dan juga pentilnya yang menantang dihiasi lingkaran coklat yang lebar. Selama ini tak pernah Ray melihat tetek mamanya sebebas ini. Lalu perlahan mamanya menurunkan celana dalamnya, astaga....rimbunan jembut lebat nan hitam menghiasi m3mek mamanya, samapi ke belakang dekat lobang pantatnya, kont01 Ray meronta, minta dibebaskan dari sesaknya kolor. Perlahan Ray menurunkan kolornya, mengelus dan membelai pusaka tersebut. Dan seakan memuaskan matanya, mamanya kini sibuk agak jongkok, membilas dan mencuci dasternya. Nampak bulu keteknya terlihat, juga teteknya yang bergoyang – goyang saat mamanya mengucek dasternya, Ray mulai mengocok kont01nya, perlahan. Akhirnya mamanya kelar mencuci dasternya. Mengambil sikat gigi, teteknya bergoyang saat mama menggosok giginya, membuat kont01 Ray mengeras dan berdenyut. Di kamar mandi ini memang ada bak penampungan air, juga ada shower, nggak mewah, nyambung sama keran air, model muarahan, mama mengambil selang shower, menyalakan air, keteknya terlihat jelas saat mama memegang shower, hitam lebat bulu keteknya, ughhh....ternyata Ray malah suka sekali melihatnya. Ray mulai mempercepat kocokannya. Mama mulai membasahi tubuhnya, kulit mulusnya nampak berkilat. Ditaruhnya shower, mama memencet botol sabun, lalu menyabuni tubuhnya, teteknya bergoyang ke sana kemari, pentilnya nampak berbuih, indah mengkilap, Ray makin cepat mengocok kont01nya sampai agak memerah. Enak banget melihat tetek besar itu bergerak licin saat tangan mama menyabuninya, mama menyabuni bagian tubuhnya yang lain, lalau memencet botol sabun lagi, kali in tangannya mengusap daerah selangkangannya, jembut yang tebal dan hitam itu nampak menggumpal karena air dan sabun, mama lalu menyabuni m3meknya, sedikit kurang jelas, namun belahan m3meknya agak panjang, juga tebal, Ray mengocok terus kont01nya....gawat...bisa belecetan di lantai, Ray segera melepas kaosnya, nanti tinggal duduk bercelana, mama nggak bakalan curiga, bilang mau mandi juga. Ray kembali mengocok kont01nya yang sudah keras sekali, dari lobang dilihatnya tubuh mamanya sangat aduhai, nampak licin dan berbalut busa sabun, sedikit bonus, mamanya agak menungging sewaktu menyabuni kakinya, nampak belahan pantatnya yang montok, dengan jembut yang tumbuh sampai area lobang pantatnya, nggak berkedip mata Ray melihatnya. Kocokannya makin kencang, agak bersuara, namun tersamar suara di kamar mandi. Akhirnya mama membasahi tubuhnya, mengusap teteknya, Ray makin kencang mengocok kont01nya, satu tangannya memegang kaos....aaaahhh....crooot...crooot....nampak pejunya yang kental dan agak putih, dengkul Ray lemas, kont01nya rada kebas, Ray masih memelototin mamanya yang lagi membilas, akhirnya mama mematikan shower dan menaruhnya kembali, sebentar meniriskan air di tubuh indahnya, lalu mengambil handuk, saat itu Ray sudah duduk manis di meja makan, rokoknya tinggal sedikit masih menyala, dihisapnya rada gelisah.<br />
<br />
Gila...tubuh wanita berusia 39 tahun itu masih...masih sangat menawan dan mengagumkan, tak ada lemak berarti di perutnya. Tetek yang besar...belum pentilnya, ampun kalau sekarang saja tetek mama masih sebagus dan semempesona itu, bagaimana waktu ia muda dulu...pasti lebih bikin ngiler..belum lagi m3meknya, jembutnya, keteknya....ah...kenapa dari dulu ngga gue intipin....bego, padahal kesempatan selalu ada....gila, nggak nyangka, masih kayak orang baru 30an saja. Tubuh gue jujur banget...ngaceng gila – gilaan. Ray masih asik mikir jorok, ketika mamanya keluar dan melihatnya duduk tak memakai kaos, hanya bercelana pendek saja, mama menyuruhnya mandi.<br />
<br />
Siangan sedikit mereka berangkat, Ray menyetir mobil, sedan lama yang dibeli mamanya. Dulu mobil kantor. Kondisinya terawat dan mesinnya masih oke. Pas ada peremajaan kendaraan, kendaraan lama banyak yang dijual. Karyawan juga boleh beli. Prioritas utamanya karyawan yang sudah lama bekerja dahulu, harganya boleh dibilang murah banget waktu mama membelinya, jauh di bawah harga pasar, boleh dicicil dari potongan gaji lagi. Mamanya juga tak terlalu sering membawanya ke kantor, kalau lagi mau saja. Ray juga boleh dikatakan sangat jarang membawanya, repot...macetnya, bensinnya. Ray melirik mamanya yang sedang duduk di sampingnya.<br />
<br />
”Ma, memang mau ngapain sih ke sana...?”<br />
”Itu tantemu telepon, katanya dia ada belikan mama baju, sekalian mama mau main ke sana.”<br />
”Lha...yang adik kan dia, mustinya dia kali yang ke rumah.”<br />
”Ah...sudahlah....ngak musti kayak gitu.”<br />
<br />
Memang sih kalau sama mama, Tante Retno baik, ya iyalah,mama itu kakaknya sih. Sering ngasih barang, uang, walau mama tak meminta. Nggak kenapa kak, namanya saudara...begitulah katanya. Tapi kalau sama aku...buset, judes banget. Sama si Dina sih masih mending sikapnya. Akhirnya kita sampai, aku memarkir mobil di depan rumahnya yang mewah. Nggak lama kita masuk. Mama melepas kangen, memeluk dan mencium pipi adiknya, gue mah cuek saja. Tante Retno melirik jutek banget.<br />
<br />
”Mana suamimu Ret...?”<br />
”Biasalah...kalau Sabtu begini paling main golf sama relasinya. Kirain sama si Dina kemarinya kak.”<br />
”Nggak, dia lagi nginap di rumah teman kuliahnya, ada si Ray saja, itu juga musti dipaksa buat nganterin.”<br />
”Huh dasar kamu Ray, kalau orangtuamu minta antar, ya antar dong. Nggak perlu sampai maksa. Keterlaluan sekali kamu.”<br />
”Biasa saja kali, Tan. Mama juga nggak segitu maksanya kok,” sahutku nyolot.<br />
<br />
Mama yang tahu kalau aku sudah mulai BeTe segera mengalihkan suasana, mengaja adiknya memperlihatkan baju yang dibeli. Mereka ke dalam. Aku menunggu di ruang tamu, menyalakan rokok. Sebenarnya Tante Retno itu cantik kalau tak judes. Sebelas duabelaslah sama mama, Cuma lebih pendek sedikit, secara wajah dan bodi nggak beda kok kelasnya sama mama. Terdengar suara tawa mereka di dalam. Eh lagi enak ngerokok, si judes keluar sendirian, tak tahu mau ngambil apaan....<br />
<br />
”Kamu ini, kerja belum tapi sudah merokok. Kalau belum bisa nyari duit jangan merokok.”<br />
”Mama saja nggak melarang.”<br />
”Itulah salah mamamu, terlalu banyak diamnya, sampai – sampai juga karena terlalu banyak diamnya, papamu itu jadi seenaknya...”<br />
<br />
Kraaak....urat sabar si Ray putus jadinya, nggak ada urusannya kok malah bawa – bawa papanya yang kagak jelas, nyalahin mama segala, kesal jadinya, Ray ngebales ngejawab, menjaga agar suaranya setenang mungkin, nggak enak sama mama kalau kedengaran teriak...<br />
<br />
”Tan, apa urusannya sih, daripada ngurusin Ray, mending urus anak sendiri. Nggak usah ngurus anak orang lain. Lagian mau Ray ngerokok, mau Ray nungging kek, nggak nyusahin tante kan. Mama sendiri juga tak sewot kok, nggak problem. Jadi nggak usah terlalu nyampurin hak orang deh. Kalau memang Ray ngeganggu bolehlah tante tegur, tapi kalau nggak mendingan tante diam saja.”<br />
”Ka..kamu ini memang nggak tahu adat, nggak tahu aturan, nggak punya etiket, nggak punya moral. Nggak punya sopan santun, ng,,,nggak punya...”<br />
<br />
Nggak tahu deh dia mau ucapin apa lagi dengan nggaknya yang banyak itu, mama keburu datang. Sudah memakai baju yang baru. Mengajak tante Retno masuk, meminta komentar. Malas deh, nunggu di mobil saja deh.membuka kacanya sedikit. Dua jam kemudian mama menggetok kaca mobil, membangunkan aku yang lagi tidur. Aku mengucek mata sebentar, membukakan pintu mobil. Bengong sebentar, nyatuin jiwa dan raga, setelah sudah fokus, segera menyalakan mobil...<br />
<br />
”Ngapain kamu nunggu di mobil...?”<br />
”Nggak...ngantuk saja, jadi mendingan tidur,”<br />
”Oh gitu, kalau masih ngantuk sini biar mama yang nyetir.”<br />
”Nggak usah ma, sudah puas kok tidurnya.”<br />
<br />
Di jalan HP mama bunyi, si Dina nelepon, nanyain pada ke mana, dia dirumah sekarang. Mama menyuruhku mampir ke restaurant xxxxx, membeli makanan buat makan sore nanti. Sesampainya di rumah, mama membuka bungkusan makanan tadi, menaruhnya di meja makan. Mama lalu masuk ke kamar, mungkin mau istirahat. Aku mendekati Dina yang lagi nonton TV...<br />
<br />
”Jelek, semalam kemana loe...?”<br />
”Ye...tumben loe nanyain, kenapa ? Loe kangen ya...?”<br />
”Ge Er banget sih loe Din...”<br />
”Bilang saja kalau ya, dasar celamitan loe...”<br />
<br />
Aku nggak membalas ocehannya, tapi sebelum masuk kamar dengan agak berbisik aku ngomong ke Dina....<br />
<br />
”Entar malam loe nggak nginap kan...? Entar lagi ya, Din...”<br />
”Nggak bisa. Dasar jelek....”<br />
<br />
Dina hanya mencibirkan bibirnya, nyengir saja. Aku masuk ke kamarku. Di kamar aku kembali SMS si Eva, dari tadi dia nggak SMS lagi. Nggak lama ada jawaban, ya...lagi pergi sama orangtuanya, katanya ke rumah saudaranya....jomblo deh. Aku segera mengganti baju, biasa ke tongkrongan. Saat mau pergi, aku sedikit teriak ke kamar mama ngasih tahu.<br />
<br />
Tak lama aku sudah asik ngobrol dan becanda seru sama anak – anak. Libur dulu malaknya, orang kantoran saja ada liburnya, lagian juga dompet masih tebal. Puas becanda aku mojok sedikit, nyantai, anak – anak sudah paham sama adatku yang suka mojok menyendiri. Bahkan sering meledek, kata mereka mending loe jadi penyair bro, mojok, merenung, bawa kertas sama pulpen, klop deh, tapi awas kebanyakan bengong entar mencret loe. Dasar anak – anak. Deden nyamperin ngasih gelas, duh masih sore sudah dikasih anggur, ya segelas nggak masalah deh. Aku menerimanya, minum setengahnya, menaruhnya di bawah. Lagi bengong, Sarah nyamperin ngajak ngobrol, tumben ngobrol serius.<br />
<br />
”Hai Ray...”<br />
”Hai juga....”<br />
”Bengong saja...”<br />
”Nggak...kebiasaan. Kadang kalau bengong gini bisa bikin tenang hati.”<br />
”Oh...kirain lagi mules heheheh...”<br />
”Dasar...tadi nanya serius, sekarang ngeledek...parah juga loe Sar...”<br />
<br />
Lumayan lama berbasa – basi, Sarah kembali berbicara....<br />
<br />
”Ray...sori nanya agak personal...”<br />
”Tanya saja, kalau memang berkenan, ya gue jawab, kalau nggak, ya gue nggak jawab...”<br />
”Loe nggak kuliah...”<br />
”Tumben nanya kayak gini Sar. Nggak...jangan tanya kenapa, yang pasti memang malas dan nggak mood.”<br />
”Oh gitu...terus loe sendiri senangnya apa...?”<br />
”Maksud loe...”<br />
’Bidang yang loe suka, yang loe hobi juga..”<br />
”Apa ya...oh itu, sebenarnya gue senang kok sama ilmu komputer, sedari SMP. Senang ngotak ngatik. Jelek – jelek gini secara otodidak gue belajar, gue juga paham beberapa bahasa pemograman lho. Cuman gue belakangan malas, kebanyakan main. Lagian bukunya banyak dan lumayan mahal.”<br />
”Oh yah...wah kalau loe mau loe ke rumah gue saja Ray. Abang gue banyak banget buku tentang dunia komputer. Dia juga hobi. Sekarang dia sudah menikah dan tak tinggal di rumah. Bukunya yang di rumah sudah tak ia perlukan. Loe boleh pinjam atau bawa, daripada loe beli sayang..”<br />
<br />
Dan memang aku sangat menyenangi dunia komputer dan segala seluk beluknya.Sebandelnya diri ini, tapi kalau buat yang namanya buku komputer, pasti aku baca, aku sempet – sempetin, Biasanya aku praktekin pakai laptop kerjanya mama. Tentu saja tawaran Sarah bagaikan harta karun. Wajahnya menunjukkan dia tak berbohong. Sarah nampak senang melihat minatku.<br />
<br />
”Boleh juga, loe serius Sar...?”<br />
”Serius...sekarang juga boleh...”<br />
”Entarlah...nggak enak sama anak – anak.”<br />
”Ray....”<br />
”Ya...kenapa Sar...?”<br />
”Sori lagi...? loe nggak jenuh begini terus...? Nggak kuliah...nggak kerja...?”<br />
”Ya dan tidak...tapi masih berat ke tidak. Masih senang kayak begini. Bagi gue, anak – anak ini asik, nggak ada kepalsuan. Semuanya saling solidaritas. Memang kita nakal, suka malak, suka minum, tapi buat kompak, setia kawan, nomor satu. Lagian kayak gue ini mau kerja apa Sar...”<br />
<br />
Sarah nampak diam, Aku mengambil gelas, menegak anggur kembali. Tak lama Sarah berucap lagi..<br />
<br />
”Ray..eh..ka..kalau loe memang mau kerja, gue bisa ngomongin sama bokap gue, biar dia masukkin loe di Perusahaannya...loe mau..?”<br />
”Wah Sar, thanks sebelumnya, tapi sori, seperti kata gue tadi, kayaknya gue nggak minat dulu. Masih menikmati hidup gue. Sori, tapi serius, gue ngehargain tawaran loe. Sudah yuk...nggak enak sama anak – anak.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh23JshziFy1Ld9iviKS2HEeDPWQS70RU0nCGGYRL7lKanIoTrse_fC_RGZ8tmfQF1wD_dM-IwaM7ZFJWN8sK7ujG3XBpXjHhOODxAc3jjDMMWy7RkBfnJSZH_DpNc0XK3R8SulnMPP3To/s1600/74.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh23JshziFy1Ld9iviKS2HEeDPWQS70RU0nCGGYRL7lKanIoTrse_fC_RGZ8tmfQF1wD_dM-IwaM7ZFJWN8sK7ujG3XBpXjHhOODxAc3jjDMMWy7RkBfnJSZH_DpNc0XK3R8SulnMPP3To/s320/74.jpg" width="186" /></a></div>
Dan aku pun kembali larut dengan candaan bersama anak – anak. Sekitar jam 8 Sarah mendekat. Dia mau pulang, katanya mau ikut nggak ngambil buku. Sebenarnya nggak enak ninggalin anak – anak, tapi tawarannya dan buku – buku itu sangat menarik minatku, okedeh. Aku mengangguk, Sarah girang banget, baru kali ini aku mau diajak ke rumahnya, meski niatku murni demi buku – buku itu. Kita pamit, anak – anak nggak masalah. Panjul dengan nyebelin malah cengar – cengir ngelihat aku jalan sama Sarah.<br />
<br />
Kita jalan keluar dari gang, ke samping mall, aku nanya Sarah rumahnya di mana, mau naik bis yang mana. Sarah dengan agak malu, bilang dia bawa mobil, dasar anak orang kaya pikirku. Tapi tak urung merasa geli juga, sedemikian solidernya sama kita orang, sampai – sampai ia nggak mau nunjukkin kalau hari ini ia kemari bawa mobil, Sarah memegang tanganku, aku agak gimana gitu, menarikku ke dalam mall, ke parkiran basement. Gila...saat aku melihat mobilnya....sampai bengong, ini sih benar – benar baru yang namanya mobil. Sedan yang harganya nolnya berderet delapan baris.<br />
<br />
”Mau bawa Ray...?”<br />
”Ngak...nggak deh Sar, gue takut norak bawa nih mobil. Juga minder bawanya...gila nggak level banget model kayak gue bawa boil begini.”<br />
”Ah ada – ada saja loe...ya sudah masuk deh.”<br />
<br />
Ampun...empuk banget joknya, interiornya juga gila banget. Sarah menyalakan mesin,bagian atas bagian tengah membuka....srrrrtttt....sebuah LCD kecil turun, nggak lama video musik mulai tampil...ampun deh. Sarah mulai memasukkan gigi, kita pun jalan meninggalkan mall. Di sepanjang jalan kita mengobrol santai. Tak lama tiba di rumahnya di wilayah elite, Ray serasa memasuki planet lain saja...dan kalau tadi Ray bengong saat melihat mobil ini, maka kini bukannya bengong lagi, sampai nganga mulut ini. Ini rumah apa stadion bola pikirnya, gede banget, rumah tante Retno yang mewah, jadi nggak ada artinya kalau dibandingkan rumah ini. Sarah menurunkan kaca, menyapa penjaga rumahnya yang membukakan gerbang. Tak lama kami sampai. Turun dari mobil, di garasinya masih ada beberapa mobil, asli kagak ada yang murah.... hah....itu kan Ferrari...gila...ini masih di bumi kan pikir Ray norak. Sarah mengajakku masuk. Sampai dalam aku duduk di sofa yang luar biasa nyamannya...speechless. Ray menunggu, mau nggak mau kepokiran, rumah segede begini, punya pembantu berapa banyak ya...? Tiga saja rasanya masih kurang kayaknya....ampun deh....<br />
<br />
Sarah masuk ke dalam, tak lama keluar bersama seorang pria, sangat berkharisma dan berwibawa...dan kayaknya aku pernah ngelihat wajahnya di TV atau di koran. Sarah mulai bicara.<br />
<br />
Ray...ini papaku, panggil saja Pak atau Om Satria, sesukamulah mau Pak atau Om. Nah pa, ini Ray teman Sarah.”<br />
<br />
Ray dengan sopan menjabat tangannya, sangat tegas jabatan tangannya, Ray juga membalas menjabat tangannya dengan mantap, sedikit malu Ray dengan pakaiannya, jeans belel, kaos dan jaket kulit. Sarah melanjutkan bicara.<br />
<br />
”Pa, Ray ini suka sama dunia komputer, makanya Sarah bilang ke dia ambil saja buku Mas Jaka, toh tak ia perlukan lagi, daripada tak terpakai sayang, bolehkan.”<br />
”Silahkan. Papa senang kok kalau anak muda mau belajar. Apalagi kalau serius. Ya, kamu berikan saja. Oh ya, Ray...santai saja jangan tegang seperti itu....santai saja.”<br />
”I...iya Om, maaf merepotkan.”<br />
”Oh..tidak...tidak sama sekali. Untuk anak muda yang mau belajar, Om tak akan merasa direpotkan, justru senang. Nah, Sarah, kamu ajak deh temanmu itu, papa kebetulan mau pergi, ada undangan dari Pak Menteri. Ajak kawanmu makan sekalian. Nah Ray, Om permisi dulu, sering – sering kemari, buku di rumah ini lebih dari cukup untuk memuaskan hasrat dan minat belajar.”<br />
<br />
Om Satria melangkah keluar, ia sekilas menolehkan kepalanya, benaknya berkata pada dirinya....puluhan tahun jadi pengusaha yang sukses, instingnya telah sangat terasah, dan anak muda itu, Ray, sewaktu ia menjabat tangannya, auranya sangat kuat...dengan ketekunan dan bimbingan yang tepat....bakal jadi orang nantinya.<br />
<br />
Sarah mengajak Ray ke perpustakaan di rumah ini, sekilas ia mengatakan mamanya sedang ada acara luar. Ray kembali melongo.....banyak benar bukunya. Masih terkagum – kagum, Sarah menuntun Ray ke bagian buku yang ia maksud. Mata Ray langsung bergairah...gila...ini bagus...ini juga...itu...lalu ini...yang di atas sana...wow itu kan susah banget didapat....akhirnya setumpuk buku sudah tersusun. Ray jadi kagak enak hati. Ia mengambil beberapa saja. Sarah melihatnya.<br />
<br />
”Lho kok cuma yang itu...”<br />
“Enggak ini terlalu banyak Sar…”<br />
”Ray dengar ya....kalau buku yang lain gue tak tahu, mungkin papaku butuh, atau mamaku butuh. Tapi kalau ini 100% tak ada yang butuh, Kagak ada yang paham. Cuma abangku yang baca. Dan dia jelas tak butuh lagi. Di rumahnya juga ada. Makanya bawa saja. Kalau loe tak enak hati ya pinjam...tapi gue sudah bilang tadi ini buat loe.”<br />
<br />
Ray jadi terharu....jarang ia menerima kebaikan setulus ini. Akhirnya setelah dipaksa ia mau. Mereka minum sebentar, pembantunya Sarah sudah menyiapkannya tadi sewaktu mereka di perpustakaan. Mengobrol sebentar. Ray nggak berani menyalakan rokoknya, minder habis dia. Akhirnya Ray pamit. Siap menenteng bukunya..<br />
<br />
”Naik apa...? gue antar.”<br />
”Nggaklah....segini saja loe sudah terlalu baik Sar. Ini sudah jam 9 lewat, loe nanti balik sendirian. Bahaya. Sudah...kalau susah kendaraan, gue bisa naik taksi.”<br />
”Nggak...ini malam minggu, rame jalanan. Atau gue terlalu jelek buat datang ke rumah loe ?”<br />
<br />
Ray nggak bisa berkata lagi. Seumur – umur baru pernah yang namanya cewek datang ke rumahnya. Eva saja yang sudah hampir 2 tahunan dia pacarin, belum pernah. Oh iya jadi ingat...untung si Eva nggak nelepon. Ray duduk diam, sesekali memberitahu arah jalan ke Sarah. Apa nanti kata mama di rumah. Belum lagi si reseh satu itu, Dina. Jam 10 kurang mereka sampai. Pintu rumahnya tertutup. Ialah, nggak biasanya Ray pulang naik mobil. Jadi mamanya juga tak bakalan menyangka kalau mobil yang berhenti di depan rumahnya itu adalah Ray. Paling ia pikir tetangga. Ray menenteng tumpukkan bukunya. Parkirnya agak sanaan dikit dari pagar rumah.<br />
<br />
”Nih rumah gue Sar...jelek ya.”<br />
”Ray...gue nggak suka kalau loe ngomong begitu.”<br />
<br />
Ray nginyem...malu sama omongannya sendiri. Karena dari dalam masih terdengar suara TV, Ray nggak mengambil kunci rumah di kantong celananya, ia memberi kode anggukan kepala ke arah pintu ke arah Sarah, menyuruhnya mengetuk pintu, dia repot membawa buku. Sarah mengetuk pintu, lalu agak minggir ke samping Ray, gordeng agak terbuka, si reseh, Dina Cuma melihat Ray, nggak melihat Sarah. Terdengar suara bawel kakaknya menggerutu sambil membuka pintu...<br />
<br />
”Iya...memang si Jelek tuh ma, punya kunci samping pakai acara ketok pintu depan segala, ganggu orang nonton saja.”<br />
<br />
Dan Dina Cuma bisa melongok melihat si jelek ini sedang berdiri membawa setumpuk buku tebal, dengan perempuan kategori sangat cantik berdiri di samping si jelek. Setelah bisa mengatasi shocknya, Dina berteriak...<br />
<br />
”Ma...., gawat si jelek nyulik anak perempuan orang...”<br />
<br />
Dina segera masuk, sementara mamanya yang tadinya nonton TV penasaran dengan maksud Dina, segera berdiri. Saat melihat Sarah, Ray tahu wajah mamanya itu asli natural banget nggak dibuat – buat, mamanya sangat...sangat terpesona. Anak perempuan yang cantik sekali pikir mamanya. Ray segera mengenalkan Sarah pada mamanya dan dengan terpaksa dan dengan tak ikhlas pada si reseh. Mamanya menyuruh Sarah duduk. Menyuruh Dina membuatkan minuman. Mama nampak segera akrab dengan Sarah. Makin senang waktu tahu ternyata Ray baru dari rumah Sarah mengambil buku – buku pengetahuan. Tak banyak orang yang bisa menggugah motivasi anaknya. Dasar wanita...pikir Ray, kalau sudah klop biar baru kenal, kok bisa akrab banget kayak sudh kenal lama. Mamanya larut dalam percakapan seru sama Sarah. Dina...jadi kambing congek hehehe. Akhirnya setelah jam nyaris menunjukkan jam 11 Ray memotong....<br />
<br />
”Ma...sudah dulu ngobrolnya, kasihan si Sarah, kemalaman....”<br />
”Apa...oh ya...kamu anterin deh Ray...”<br />
”Gimana sih ma,Ray saja ke sini dianterin sama dia, masa sekarang Ray anterin lagi...”<br />
”Iya...tapi dia kan perempuan bahaya...sana kamu ambil kunci mobil...”<br />
”Eh..anu tante nggak apa, memang tadi Sarah yang maksa nganterin Ray. Eh..Sarah bawa mobil sendiri kok...”<br />
”Duh...tante benar – benar nggak tega deh...eh kamu yakin..? Sudah malam lho...kelewatan memang anak tante ini.”<br />
”Nggak kenapa tante, saya permisi ya.”<br />
<br />
Dan sekarang saat pulang dan berpamitan, bahkan mama mencium pipi Sarah. Sebagai tanda sopan mama ikut aku mengantar Sarah ke depan, Dina penasaran ikut....dan Ray mati – matian menahan tawa saat melihat Dina yang bengong melongo melihat mobilnya Sarah......akhirnya Sarah pulang. Setelah masuk segera saja hal yang Ray malas dengar, mulai menghujaninya. Makanya dia nggak mau Sarah mengantarnya. Mamanya dan Dina sibuk menginterogasi dirinya....eh salah deh, kalau si Dina mah cuma ngeledek....Ray menjawab sambil sesekali menghisap rokoknya.<br />
<br />
”Hei jelek...gila loe, kenalin dong dukun pelet loe, gue juga mau, kali aja bisa dapat cowok tajir di kampus gue...”<br />
”Hush...kamu ini Dina. Ray..eh...tadi itu pacarmu...?”<br />
”Ya ampun ma, bukan...hanya teman main. Memangnya kalau cewek ke rumah harus selalu teman.”<br />
”Ya nggak sih...mama suka sama anak itu, cantik sekali, juga....”<br />
”Tajir....hehehehe,” suara sumbang Dina memotong.<br />
”Dina, kamu ini....mama lanjutkan ya, juga sepertinya dia bisa membuat kamu tertarik belajar, baguslah, kalau kamu berteman dengan gadis seperti itu, mama senang.”<br />
”I..iya ma, nggak memang dia kebetulan punya buku komputer yang Ray butuh.”<br />
”Eng...Ray...”<br />
”Iya ma...?”<br />
”Kamu yakin dia itu bukan pacarmu...”<br />
”Ya ampun...teman ma...T E M A N. Pacar Ray ada lagi bukan dia, lebih cantik....”<br />
<br />
Dan percakapan hangat itu diakhiri oleh si Dina yang reseh....<br />
<br />
”Oh dunia sudah terbalik....si Sarah itu saja sudah cantik sekali, si jelek ini malah bilang pacarnya jauh lebih cantik...malangnya perempuan itu dan....butakah perempuan itu....”<br />
<br />
Ray menyambit Dina dengan kardus rokoknya. Sebenarnya mama dan Dina bukannya norak atau berlebihan, tapi yang namanya Ray yang cuek dan semaunya itu sampai bawa teman cewek ke rumah, apalagi yang secantik si Sarah, hal itu ibarat nungguin hujan di gurun sahara. Makanya mereka jelas sangat – sangat suprise sewaktu melihat Sarah tadi. Akhirnya mama masuk ke kamarnya, juga Dina. Ray mengunci semua pintu. Tak lama Ray juga masuk ke kamarnya, mulai membolak – balik buku.<br />
<br />
Renita nampak berbaring bersiap tidur, namun masih asik dengan pikirannya, dia memang terkejut saat anaknya datang membawa teman wanita, hal yang tak pernah terjadi. Dia senang melihat gadis yang bernama Sarah itu...gadis yang baik dan sangat cantik, sopan. Lalu apa kata Ray tadi, Sarah cuma teman, pacarnya sendiri lebih cantik, ah paling anak itu membual karena malu diejek sama si Dina. ...lalu dia mulai memejamkan matanya, tapi masih sempat bergumam pelan, kalau Ray menganggap Sarah cuma teman......ah sungguh bodoh anakku. Diapun tertidur.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Ray masih asik membolak – balik buku – buku itu. Senang tapi pusing jadinya, iyalah....setumpukan begitu semuanya dilihat sekaligus. Ray akhirnya memutuskan akan membacanya satu per satu di saat senggang. Dia agak melemaskan tubuh, pegal, wah hampir jam satu. Segera ia membereskan buku – buku tersebut. Mengambil rokoknya, ngerokok dulu pikirnya. Ia lalu duduk santai. Sumpah, kalau dari apa yang dia dengar dari anak – anak, Ray hanya menyangka kalau Sarah itu paling hanya anak pengusaha yang sekelas suami tante Retno. Ternyata keliru sekali, bapaknya itu mah sudah masuk kelas pengusaha kelas super kakap. Salutnya penampilan Sarah biasa saja, malah dia nggak menggembar gemborkan diri sebagai anak orang tajir. Ray suka itu...bukan suka tajirnya, Ray suka sama Sarah yang sikapnya nggak sombong, mana baik ngasih dia buku. Ya...kenapa malah jadi mikirin Sarah....Ray segera mematikan rokok, meminum air yang tinggal setengah gelas. Nggak bagus kelamaan nganggurin senjata pikirnya.....<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsavq_BYtZwON-dZJqESsz14ufIOugyJuGx-zfdt5b-h-3PgY4qCYUTibRo6a6C75Jq-JbhrjS4vhdhCG7k2zjmpMqg3eeNKi2KHCg2CRLAo8O4UCQh4wr8tUcBfL0A3LGeDXhZrnIZL0/s1600/68.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsavq_BYtZwON-dZJqESsz14ufIOugyJuGx-zfdt5b-h-3PgY4qCYUTibRo6a6C75Jq-JbhrjS4vhdhCG7k2zjmpMqg3eeNKi2KHCg2CRLAo8O4UCQh4wr8tUcBfL0A3LGeDXhZrnIZL0/s320/68.png" width="237" /></a></div>
Ray membuka pintu kamar, melihat ke kamar mamanya, sepi....yakin aman, dia keluar, menutup kamarnya perlahan. Ray segera menuju kamar kakaknya. Dibukanya pintu kamar Dina, perlahan...lha si kupret....kirain sudah tidur. Ray melihat kakaknya lagi asik membaca majalah. Ray nggak pakai acara lama, langsung merebahkan diri di samping kakaknya.<br />
<br />
”Ngapain loe...?”<br />
”Ah loe Din, pakai nanya lagi...”<br />
”Yeh...tadi siang kan gue sudah bilang nggak bisa...”<br />
”Lah loe Din, ayo dong....”<br />
”Gue mau saja, tapi gue lagi dapet nih, jadi nggak bisa.”<br />
<br />
Duh apek benar nasib gue....pikir Ray dalam hati. Tapi tanggung banget sudah di sini. Ray tidak mau rugi, segera melanjutkan rayuan mautnya....<br />
<br />
”Ya sudah deh, pas foto saja deh Din. Pas foto plus....”<br />
”Pas foto...pas foto...loe kira foto studio...”<br />
<br />
Yang dimaksud pas foto sama Ray itu adalah dia main dari wilayah pinggang ke atas, habis bagian bawahnya lagi berhalangan. Plusnya..ya itu di oralin. Karena Dina tetap cuek baca majalah, Ray segera beraksi.. Dia mulai mengganggu Dina, mulai meremas teteknya.<br />
<br />
”Ye jelek, gue lagi baca nih....”<br />
“Loe baca saja, gue lagi cari kesibukan sendiri…”<br />
“reseh loe, mana bias baca kalau begini….”<br />
<br />
Akhirnya Dina pasrah, melempar majalahnya. Ray segera melucuti daster kakaknya. Tangannya mulai meremas tetek besar milik Dina dengan kuat, sambil memainkan pentilnya. Sementara Dina mulai mengelus – ngelus tonjolan di celana Ray. Sekarang Dina sudah nggak menolak lagi buat mainin atau meng-oral kont01 adiknya ini, habis dia sudah tahu dashyatnya kont01nya si Ray sih. Ray mulai menghisap dan mengemut pentil kakaknya dengan kuat, Dina segera saja mulai kelojotan saat pentilnya dihisap dengan kuat. Pentil yang tadinya malu – malu itu kini suah mengacung dan mengeras. Enak banget Ray memainkan dan menggoyangkan dengan lidahnya. Sesekali Dina mendesah nikmat. Tangannya mulai menyusup ke balik celana pendek milik Ray. Menggenggam kont01nya dengan erat. Ray mulai menjilati leher Dina, lalu juga menciumi ketek Dina yang bersih itu. Ray jadi ingat ketek mamanya.<br />
<br />
”Din...ketek loe jangan loe bersihin dong, biarin saja numbuh sampai lebat...”<br />
”Ah jorok loe...”<br />
”Ye...lebih seksi lagi, loe coba saja deh. Terserah loe sih, tapi benar kok menurut gue akan lebih seksi.”<br />
”Au ah...gimana mood gue saja. Sini, turunin celana loe….”<br />
<br />
Ray dengan sangat patuh segera memelorotkan celananya, kolornya juga. Kont01nya yang gede dan sudah sangat ngaceng itu segera menggantung dengan perkasanya di depan wajah Dina. Dina menatapnya dengan sangat antusias. Satu tangannya segera menggenggam kont01 adiknya itu, mulai membelai biji pelernya dengan sangat lembut dan erotis, sementara tangan yang lain, membelai kepala kont01 Ray dan lobang pipisnya. Perlahan Ray mulai merebahkan dirinya agak di pinggir ranjang.. Dina sambil tangannya tetap beraksi segera turun dari tempat tidur, fokusnya tetap pada pangkal selangkangan Ray.<br />
<br />
Tangannya segera mengocok perlahan batang kont01 Ray. Agak lama ia memainkannya. Lalu akhirnya lidahnya mulai menjilati kepala kont01 Ray. Mengitarinya, sesekali memainkannya di lobang pipis Ray...ampuuunnn....Ray membatin keenakan. Lidah itu bergerak perlahan lalu mulai cepat. Kini menjilati batang kont01 Ray, menelusuri titik – titik kenikmatan di batang kont01 itu dengan sangat erotis, membuat si pemiliknya hanya bisa mendesah dan merem melek sesekali. Akhirnya mulut Dina segera menelan kont01 Ray, mulai dari kepala kont01nya, akhirnya amblas sampai batangnya. Dihisap dan dikulumnya dengan telaten, gerakannya berirama, perlahan lalu cepat...perlahan lagi...sangat pas memainkan temponya. Sesekali Dina menghisap kont01 Ray dengan kuat, membuat Ray kelojotan...geli – geli enak rasanya. Dina melepaskan kulumannya, kini lidahnya kembali menjilati biji peler Ray, mengangkatnya dengan tangannya, lalu lidahnya mulai menjilati bagian bawah biji peler adiknya itu, juga tak ketinggalan belahan pantatnya, sampai ke daerah sekitar lobang pantat Ray, gila...enak banget pikir Ray dalam hatinya. Sendinya terasa lepas saja menahan kenikmatan yang dia dapatkan dari jilatan lidah Dina. Puas menjilati, kembali Dina mengulum dan menghisap kont01 Ray, kali ini gerakannya sangat cepat. Batang kont01 Ray merasakan geli saat bersentuhan dengan bibir kakaknya ini. Dina makin ganas saja mengulumnya....Ray merasa sebentar lagi dia mau ngecret....<br />
<br />
Lagi tanggung – tanggungnya, Dina malah menghentikan hisapannya Ray mau protest, tapi nggak jadi karena Dina mulai menggenggam kont01 gede milik Ray itu, dia gesek – gesekkan kont01 itu ke teteknya, ke pentilya yang sudah mengacung itu. Lalu kont01 itu diletakkannya di tengah belahan teteknya. Dina meludahinya sedikit, agar sedikit baah dan memudahkan gerakannya.Tangannya segera mengapit kedua sisi teteknya, mengepresnya dengan kuat, membuat kont01 Ray terjepit dengan kuat pula. Dina mulai memainkan tangannya, membuat teteknya bergerak naik turun, menggoyangkan teteknya yang besar itu. Ray merasakan kont01nya seperti dibelai dan dipijit. Nyaman sekali, teteknya sangat kencang dan kenyal. Sesekali kepala kont01 Ray dihisapnya. Ray sesekali mendesah, berbaring pasrah saja menikmati pijatan tetek yang nyaman ini. Agak lama kemudian ia merasakan denyut kenikmatan yang familiar di kont01nya....tanpa permisi lagi kont01 itu segera memuncratkan pejunya...putih dan kental, membasahi tetek Dina. Dina segera menghentikan gerakannya, membebaskan kont01 Ray dari jepitan teteknya. Tangannya sedikit menaikkan teteknya, lidahnya lalu menjilati peju Ray yang menempel di teteknya....gurih....akhirnya Dina menyeka peju yang tersisa dengan celana Ray. Diapun segera naik ke atas tempat tidur.<br />
<br />
Ray masih berbaring saja, setelah agak lama ia duduk bersandar, Dina juga bersandar. Ray jadi iseng buat nanya – nanya sama kakaknya<br />
<br />
”Din...gue nanya dikit dong...”<br />
”Nanya apaan....tumben loe mau nanya...”<br />
”Loe kalau pulang kuliah emangnya ngelayap ke mana sih, kok kadang pulang malam, kadang malah nggak, nginep melulu...”<br />
”Ah reseh deh loe, loe juga sering pulang malam.”<br />
”Lha...gue sih laki, loe kan perempuan.”<br />
”Itu bukan alasan, lagian itu urusan gue dong.”<br />
”Ya sih, gue suka ngeliat kalau loe pulang yang nganterin loe itu cowok, sering gonta – ganti, asal loe jangan suka sembarangan saja main sama banyak cowok, kayak waktu gue lihat loe lagi ngewek di sini....bisa bahaya.”<br />
<br />
PLAK.....kaget banget Ray, memang sih selama ini dia sama Dina nggak akur, suka nyela – nyelaan, suka cuek, kalau ngomomg suka asal saja, tapi nggak dia sangka kakaknya bakalan menggampar dia. Belum hilang kagetnya Dina sudah nyerocos, tentu saja suaranya pelan, takut mamanya dengar...<br />
<br />
”Heh..., loe pikir gue piala bergilir apa, loe bilang sama banyak cowok. Gue nggak separah itu. Memang gue suka gaul sama banyak orang, teman cowok gue juga banyak. Tapi bukan berarti gue ngewek sama semuanya. Soal begituan emang gue nggak munafik, gue suka ngelakuin, tapi nggak dengan gonta – ganti cowok seenaknya. Dengan loe ngelihat gue waktu itu lagi ngewek di sini, jangan loe berasumsi sembarangan dong. Kalau gue ngelakuin, itu sama pacar gue.”<br />
”Iya Din...gue juga belum kelar ngomong tadi. Loe sudah nabok duluan..Intinya sih, soal loe mutusin mau gituan sama siapa itu urusan loe, cuma gue juga ngingetin loe agar berhati – hati, jangan sampai sembarangan, kebablasan, kalau loe hamil kan bisa bikin mama malu.”<br />
”Tumben loe perhatian...”<br />
”Ya walaupun gue sering nyela loe, suka cuek, loe kan tetap kakak gue, wajar kan kalau gue sesekali peduli.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO4aGORkojfKJCZdfS3X9SMpZinzgZ1DMbxCsN86_Wiqh_szshoATIWu_zrQfh1s6uwMcFXvWxNIYFIXpRM9OEJW9NRta28X2qtrJorYsiLJjCbxMAwtrW1JBCkgU0oKagaIplEBV_IBg/s1600/71.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO4aGORkojfKJCZdfS3X9SMpZinzgZ1DMbxCsN86_Wiqh_szshoATIWu_zrQfh1s6uwMcFXvWxNIYFIXpRM9OEJW9NRta28X2qtrJorYsiLJjCbxMAwtrW1JBCkgU0oKagaIplEBV_IBg/s320/71.jpg" width="213" /></a></div>
Dina menatap Ray, tumben lempeng otaknya bih anak, rada menyesal juga dia sudah nabok Ray. Habis memang si Ray suka ngomong yang nyebelin sih. Lagian tadi cara ngomongnya si Ray itu juga salah, memang seperti mengasumsikan dia suka sembarangan ngewek sama banyak cowok. Tapi paling tidak dia sudah nunjukkin perhatian, sesuatu yang jarang dia lakukan pikir Dini. Lagian memang sih selama ini juga Dina nggak terlalu terus terang tentang kegiatannya.<br />
<br />
”Ray, memang gue untuk urusan seks termasuk bebas, tapi kalau gue melakukan, itu pasti dengan cowok gue, cowok yang gue suka. Buat amannya juga gue double pelindungnya. Gue minum pil KB. Cowoknya juga harus pakai kondom. Kalau nggak pakai kondom, gue nggak mau.”<br />
”Lha...kok gue kagak pakai Din...?”<br />
”Loe mah terlanjur, waktu pertama kan loe maksa, lagian kagak ada persiapan. Beda kalau gue mau main sama cowok gue, sudah sedia kondom. Kalau loe sih memang reseh sih, sudah kebablasan nggak pakai kondom. Nggak kenapa deh, Cuma loe saja yang gue kasih ngewek sama gue nggak pakai kondom.”<br />
”Memang enakkan polos sih Din.”<br />
”Dasar. Terus memang gue kalau pulang suka dianterin sama banyak teman gue yang cowok. Tapi gue nggak gampangan, nganterin bukan berarti tuh cowok pada ngewek sama gue .Loe ingat itu.”<br />
”Iya...iya...gue minta maaf sudah salah ngomong. Terus kenapa loe sering pulang malam atau malah nginap...?”<br />
”Gue kasih tahu, tapi loe jangan bilang mama. Gue biar negini – begini juga nyambilan, ikut teman gue yang cewek. Dia punya usaha. Gue sering bantuin kalau dia lagi ada job lumayan banyak. Lumayan buat nambahin duit jajan, juga bisa buat belajar cari pengalaman.”<br />
”Oh gitu...nggak nyangka...reseh – reseh gini otak loe boleh juga...”<br />
”Loe memang suka banget nyelain orang ya. Sudah sana deh, kan sudah ngecret, balik ke kamar loe. Gue mau lanjutin baca majalah, ganggu saja.”<br />
”Oke...thanks ya....nanti kalau sudah selesai, harap anda berkenan melapor, biar aku bisa mengabsen m3mek anda, sekian dan terimakasih...”<br />
”Itu mah memang mau loe, jelek....”<br />
<br />
Ray kemudian memakai celananya, dan....suatu hal yang jarang ia lakukan, ia mengecup pipi Dina sebelum keluar dari kamarnya. Sebelum keluar, ia melihat situasi...aman...dia pun segera menuju kamarnya, kembali membaca buku...lebih konsentrasi setelah barusan sudah ngecret....<br />
<br />
Sementara Ray yang sudah lega dan kini konsentrasi membaca, Sarah sedang berbaring di kamarnya, tak bisa tidur, hatinya terlalu senang hari ini. Biarpun Ray datang ke rumahnya karena tertarik meminjam buku, tapi paling tidak bagi Sarah itu sudah suatu kemajuan besar. Sebagai bonus, ia bahkan bisa berkunjung ke rumah Ray, dan mengenal mama dan kakanya yang baik dan ramah. Sarah lalu mengingat kembali saat ia masih kelas 2 SMA dulu. Ia sekolah di SMA negeri favourite di Jakarta ini. Banyak anak orang kayanya di sana. Tapi Sarah sedikit malas bergaul sama mereka, terlalu lebay menurutnya. Bertemannya diukur dengan status, sering membandingkan atau membicarakan hal – hal yang tinggi saja. Juga Sarah di masa itu sedang tidak akur sama papanya. Papanya terlalu mengatur, semuanya sudah ditetapkan, harus begini, harus begitu, ikut les ini, ikut les itu, bahkan kuliahnya nantipun sudah ditetapkan musti kemana dan jurusan apa. Sarah tentu saja berontak, mulai sering membantah, sering berdebat sama papanya. Dia mulai serig jalan sama temannya, kebanyakan anak – anak golongan menengah ke bawah, hal mana yang membuat Sarah nyaman. Suatu hari temannya yang cewek mengajak Sarah ke pacarnya, yang juga sering nongkrong di tempat Ray. Sarah mau saja ikut. Saat itu dan beberapa kali sesudahnya, Sarah belum ketemu Ray. Sarah merasa enjoy, kayaknya asik banget ngumpul sama mereka. Dan setelah mulai akrab an lumayann banyak kenal, Sarah bahkan memberanikan diri datang sendiri tanpa temannya. Sarah sebisa mungkin tidak menampakkan dan menonjolkan identitasnya. Kalaupun ia membawa mobil, ia tak akan ngomong, parkir di basement mall. Itupun jarang, ia lebih sering naik bus. Dan akhirnya suatu hari ia melihat sosok remaja pria yang belum pernah ia lihat.<br />
<br />
Dan Sarah masih ingat sekali, saat ia melihat sosok itu, hatinya bergetar, penasaran, sosok itu berbeda dengan sosok teman – temanya selama ini. Gayanya sangat cool, nggak banyak omong, memancarkan pesona juga kharisma tersendiri. Wajahnya pun tampan, tapi si pemiliknya sepertinya tak terlalu memperdulikan hal itu. Ya..., sosok itu adalah Ray. Sarah sangat terpesona. Dan tanpa ia sangkal, ia merasakan dirinya jatuh hati pada Ray. Sayangnya hanya satu arah. Ternyata setelah Sarah sudah mulai mengenal Ray, ia mendapatkan fakta bahwa Ray sudah memiliki pacar. Dan itu hanya membuat Sarah makin penasaran. Banyak pria akan berlomba mengejarnya setiap kali ia menebarkan pesonanya, tapi tidak pada lelaki ini. Terlalu cuek, angkuh dan seenaknya. Itu malah makin membuat Sarah penasaran. Makanya hari ini ia sangat berbahagia, karena bisa membuat topik pembicaraan yang akhirnya bisa membuka diri Ray.<br />
<br />
Soal hubungannya yang tak akur dengan papanya...? Akhirnya memang papanya setelah melihat anak putri satu – satunya, anak bungsunya mulai sering berdebat, sering pulang malam, juga mengabaikan semua kegiatan les yang ia perintahkan, papanya mulai intropeksi, mulai menyadari kekeliruannya. Sedikit demi sedikit ia mengalah pada Sarah. Dan kini Sarah sudah kuliah di sebuah universitas swasta elite, jurusan bisnis, sekarang awal tingkat 2. Biasanya kuliahnya pagi samapi siang hari. Sebenarnya papanya mau mengirimnya kuliah di luar negeri. Mana Sarah mau, pria idaman dan pujaannya ada di sini. Dia harus berjuang menaklukkan keangkuhan pria yang bernama Ray itu. Sarah pun akhirnya tertidur dengan seutas senyum di bibirnya, memimpikan pangerannya.<br />
<br />
Keesokan harinya, Minggu, Ray memutuskan tak keluar rumah,terlalu asik tenggelam dalam buku – buku komputernya, ia bahkan meminjam laptop kerja mamanya, untuk praktek. Mamanya tentu saja senang, semoga saja anak ini benar – benar tergugah motivasinya.<br />
<br />
Dua bulan berlalu setalah itu. Tak ada yang terlalu spesial. Kini tabungannya sudah cukup, Ray sedang serius memutuskan mencari motor. Selain itu paling Ray agak sedikit BeTe, belakangan Eva jarang sekali ketemu dengannya. Kuliahnya mulai sibuk. Buku –bukunya walau lumayan banyak dan tebal – tebal, sudah hampir rampung ia baca. Memang kalau sejalan dan juga suka, dibacanya juga enak. Dengan Sarah juga tetap seperti biasa, Ray masih menganggapnya teman saja. Walau sudah tahu betapa sangat kayanya Sarah, tapi Ray tak silau. Kalaupun ada yang baru, di tongkrongannya ada anak baru, Ray nggak tahu siapa atau bagaimana ceritanya anak ini bisa sering ikut ngumpul. Juga siapa yang bawa, yang pasti itu anak mulai sering nongkrong. Dipanggilnya Si Bronk, sekitar 21 atau 22an, tapi wajahnya nggak menunjukkan umur. Wajahnya jauh lebih boros dari umurnya. Dan ini yang Ray nggak suka, kabarnya ini makhluk adalah pengedar sekaligus pemakai. Entah benar atau tidak, Ray tak tahu. Anak ini rada kerempeng. Sekitar badannya penuh tato...gila banget tatonya......ada tato donal bebek, miki mouse,gufi, pluto, mungkin si Bronx ini penggemar berat Disney . Yang hebat tatonya di pundak sebelah kanan...tatonya berupa....bayam seikat. Kabarnya waktu lagi teler berat, si Bronk ke tukang tato. Tukang tatonya sangar dan gempal badannya. Si Bronk minta dibikinin tato popeye. Dia segera membuka baju buat ditato. Nggak sampai 3 menit kelar, tapi kok tatonya malah bayam seikat...? Rupanya tukang tatonya kagak tahan sama bau badan si Bronk, daripada kelamaan bikin tato popeye, ganti saja sama tato bayam seikat, sama saja, popeye kan makan bayam. Si Bronk amau protest juga takut ngelihat tukang tatonya sangar. Tapi terlepas dari masalah tato, Ray mengingatkan Panjul dan Deden agar jangan terlalu akrab, apalagi sampai make bubuk.<br />
<br />
Kebiasaannya mengintip mamanya mandi juga sudah rutin ia lakukan, setiap saat memungkinkan. Bahkan ia mengakui, sedikit banyak ia mulai sering berkhayal dan mulai terobsesi sama tubuh mamanya. Dan hubungannya dengan Dina, makin seru dan lancar. Memang Dina nggak setiap waktu pulang, tapi setiap kali ada di rumah dan tak sedang halangan, bisa dipastikan malam hari akan selalu menjadi malam yang panas dan penuh gairah bagi mereka berdua, seperti malam ini....<br />
<br />
”Aww....terus Ray...tekeeennn....”<br />
”Sampeeeee....pooollll....Ooohhh....”<br />
<br />
Tubuh telanjang Dina bergoyang dengan kuat, sementara Ray masih asik saja menyodok m3meknya. Baru saja mereka memulai. Ray memompakan kont01nya dengan santai, sambil mengamati tetek kakaknya yang bergoyang pelan. Pentilnya yang mengacung dan kecoklatan itu amat mengundang, segera saja ia sedikit menunduk, mulai menghisap pentil tersebut, menjilatinya, lalu menghisapnya kembali dengan kuat. Dina menggeliat, pentilnya sangat sensitif terhadap hisapan yang agak kuat. Pantatnya bergoyang menahan kenikmatan yang sedang menjalar. Ray mulai mempercepat sodokannya, kini mulutnya berganti sasaran, sedang menciumi ketek Dina. Dina seperti permintaannya mulai membiarkan keteknya tumbuh, sekarang masih halus dan jarang. Ray asik mencium dan menjilatinya, membuat Dina agak terkikik geli. Kont01nya masih dengan nyamannya keluar masuk, terasa nyaman dalam balutan cairan yang licin dan hangat. Ray terus saja menyodok dengan sangat berkonsentrasi. Sesekali ia aga menggoyangkan pantatnya. Dina sendiri mengangkat kakinya, melebarkannya. Membuat terobosan kont01nya makin mulus. Ray mulai mencari bibir hangat kakaknya, dengan tak sabar ia menciumnya, lidah mereka bertautan dan saling sedot menyedot, sensasinya sampai menambah nafsu, Ray menyodok dengan kuat dan cepat, membuat Dina kewalahan dan mulai mendesah agak terengah – engah, matanya merem melek, karena sodokan yang tiba – tiba saja dipercepat oleh Ray. Ray bukannya memperlambat, melihat ekspresi wajah Dina yang nampak sangat mesum itu ia menyodok semakin gila....Dina sampai sulit bernafas, m3meknya seperti diserang serangkaian kenikmatan yang tanpa henti, tangan Dina menggapai, memeluk pundak Ray kuat, pantatnya sedikit terangkat, erangannya agak kuat, lalu dengan mengejangkan tubuhnya, Dina menyemburkan cairan orgasmenya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh9ZD62vfAhetizXvecHa44Zip8YcR59JmMKFArefvrFTvmA37wxfrLDn5nnnwbkUHQrTmRusn1xGCPMSZ4VK48fwBHZoANf4NFrGiFhkwnl1IKkLu0Mmf2C8dT-QQqpNv_Vbp9242Sdc/s1600/27.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh9ZD62vfAhetizXvecHa44Zip8YcR59JmMKFArefvrFTvmA37wxfrLDn5nnnwbkUHQrTmRusn1xGCPMSZ4VK48fwBHZoANf4NFrGiFhkwnl1IKkLu0Mmf2C8dT-QQqpNv_Vbp9242Sdc/s320/27.jpg" width="212" /></a></div>
Renita terjaga dari tidurnya, dilihatnya jam...jam 1 lewat, lumayan lama ia sudah tidur. Ia tadi tidur jam 9an, karena tadi di kantor ia sangat sibuk, sehingga lelah sekali saat pulang. Di rumah, setelah mandi dan makan sedikit ia langsung tidur. Ia melirik meja kecil di sampingnya mau mengambil minuman...oh tadi sebelum tidur ia minum tiga perempatnya, kini sisa sedikit, ia meminumnya, masih merasa haus, ia diam sejenak menunggu samapai agak fokus, akhirnya ia turun, segelas air es...lalu tidur kembali pikirnya. Dibukanya pintu kamanya. Ia menuju kulkas dan menuang air es ke gelasnya, diminumnya perlahan...segar pikirnya. Setelah habis ia isi kembali untuk di kamarnya nanti. Ah...perutnya agak lapar, memang tadi cuma sekedarnya saja ia makan. Ia menuju meja makan, ya...nggak ada apa – apa. Akhirnya ia duduk sebentar di meja makan. Ditaruhnya gelasnya. Pandangannya menyapu ke sekitar, lho kenapa kamar si Ray tidak tertutup rapat. Dia pun segera berdiri, mau merapatkan kamar anaknya. Sekalian ia melihat ke dalam, mengecek apakah Ray sudah tidur atau belum...lho kok kosong. Renita mengingat sebentar, tadi waktu aku pulang, anak itu ada sedang menonton TV. Kalau jam segitu ia sudah di rumah, berarti ia tak keluar lagi...kemana anak itu sekarang ? Apa tadi sewaktu dia tidur, anak itu pergi keluar lagi...dasar keluyuran terus. Renita agak heran, segera menutup kamar Ray. Baru saja ia melangkah, mau mengambil gelas dan kembali ke kamarnya, telinganya menangkap suara erangan agak tertahan. Suara apa itu pikirnya, sepertinya dari kamar Dina. Curiga ia membatalkan mengambil gelas, perlahan menuju pintu kamar Dina. Ketika sudah agak dekat, telinganya menangkap suara – suara, meski pelan tapi terdengar, seperti suara tempat tidur yang agak berbunyi, lalu suara seperti....seperti...dia tentu saja sudah tahu arti suara seperti ini...suara desahan, suara orang yang berhubungan seks. Astaga...apakah Dina membawa pacarnya atau teman prianya. Tak bisa dibiarkan pikirnya kesal. Ia lalu agak berjongkok di depan pintu kamar Dina, matanya mulai mengintip lobang kunci yang tak memiliki anak kunci itu. Pertama matanya belum terbiasa dan fokus, lalu matanya mulai melihat pasangan yang sedang bersetubuh. Sang pria nampak sedang menindih tubuh perempuan di bawahnya, wajahnya tak terlihat, terhalang tubuhnya, sementara wanitanya jelas sekali itu Dina. Penasaran Renita terus mengintip, menyaksikan saat si pria menyodok m3mek Dina. Mata Renita terpaku pada bagian selangkangan kedua pasangan itu, walau tak terlalu detail, namun cukup jelas saat kont01 pria itu yang sepertinya agak besar sedang bergerak keluar masuk memompa m3mek Dina yang sementara itu mengangkat dan melebarkan kakinya. Makin lama melihat Renita mulai merasakan gairahnya terbakar, bahkan ia merasakan secara pasti m3meknya mulai basah. Tanpa sadar kini tangannya malah mulai mengelus dan membelai permukaan CD-nya, dari perlahan lalu semakin cepat. Jarinya mulai mengelus dan memainkan belahan m3meknya di balik CD-nya, lalu tangannya mulai menyusup ke balik CD-nya, gerakannya masih sama hanya mengelus dan membelai belahan m3meknya, yang mulai mekar dan basah. Sementara matanya terus mengintip, makin lama pasangan yang diintipnya semakin panas saja gerakannya. Renita pun makin bergairah, dengan cepat akhirnya CD itu pun sudah lepas, kini jarinya mulai membelai dan mengusap daerah sekitar lobang m3meknya, sementara tangan satunya mulai memegang dan meremas sendiri teteknya yang besar itu. Akhirnya jarinya mulai menyodok lobang m3meknya, ia memakai jari tengahnya menyodok – nyodok m3meknya. Jari dari tangan yang lain dipekerjakan untuk mengurus it1lnya. Nafasnya mulai memburu, agak menggigit bibirnya, menahan agar desahannya tak terdengar. Tak puas dengan hanya jari tengah, kinijari telunjuknya ikut bergabung, m3meknya kini ia sodok dengan memakai dua jari, baru ia merasa lebih kena dan lebih nyaman.<br />
<br />
Sementara pasangan yang di dalam, yang masih asik itu juga makin seru dan panas. Setelah Dina mengalami orgasme, Dina segera kembali mengangkat kakinya dan melebarkannya, badannya bersandar samapi pojok ranjang, sementara Ray bertumpu dengan kedua tangannya, kembali terus menyodoknya dengan cepat. Inilah yang Dina suka dari Ray, kalau sudah menyodok nggak setengah – setengah, makin Dina terengah – engah, makin nafsu si Ray memompakan kont01nya, membuat Dina benar – benar kelojotan. Ray memainkan kont01nya secepat dan seakurat mungkin, menariknya samapai batasnya, kembali menerobos sampai dalam sekali, ditarik lagi, benar – benar membuat Dina kegelian dan keenakan, setiap kali menyodok masuk, maka kont01 itu menerobos bibir m3meknya, meninggalkan rasa geli dan nikmat yang sangat luar biasa...<br />
<br />
”Aaaaahhh....sinnntiiiing loeee...Raayyyy...”<br />
”Sssshhhh.....janggaaaaannn....ginnniiiiii... .”<br />
”Gueeee...nggaaaaakkk....taahhaaaaaannnnn.... ..”<br />
<br />
Ahhh...ampun deh belum lama gue keluar, sekarang sudah keluar lagi, benar – benar nih anak, pikir Dina. Dina pun bertekad membalas. Sembari menerima sodokan Ray, kakinya ia sempitkan, membuat kont01 Ray agak terjepit kuat, Dina mulai menggoyangkan pantatnya dengan liar, bibir Dina juga melumat habis bibir adiknya itu, menghisap dan menyedot lidah Ray, membuat Ray yang sekarang kelojotan. Sementara lidahnya disedot –sedot, kont01nya juga agak dicengkram, kini saat kakaknya menggoyangkan pantatnya dengan liar, rasanya kayak diaduk – aduk. Linu dan enak. Ray hanya bisa meremas tetek Dina kuat – kuat. Ketika goyangan pantat Dina melemah, Ray kembali bergerak, mulai memompa dengan kuat dan secepat mungkin, menyodok sampai dalam sekali, membuat Dina serasa sesak. Kini gantian Ray mulai menjilati leher dan telinga Dina, membuat Dina geli dan menggelepar. Ray bukannya berhenti, malah makin jahil menjilati leher kakaknya, setengah mati Dina berusaha menahan gelinya, sementara sodokan Ray juga semakin menjadi ditambah kini Dina yang kegelian itu badan dan pantatnya bergoyang kuat ke sana ke mari, kont01 Ray benar benar kayak dipilin saja. Kedua kakak beradik ini sama – sama saling memberikan rasa nikmat, dan Ray juga sudah merasa maksimal, sementara Dina juga merasakan bakal jebol lagi, akhirnya sambil saling berpelukan kuat...keduanya sama – sama memuntahkan kenikmatannya, lalu terkulai puas dan bahagia, saling berciuman hangat.<br />
<br />
Sementara mata yang mengintip itu menyaksikan pergumulan pasangan yang di dalam. Gila si Dina...pikir Renita...yang lakinya juga sama,keduanya saling memuaskan, Renita jadi terengah melihat panasnya adegan yang berlangsung itu, jarinya makin cepat dan kuat menyodok lobang m3meknya, sementara jari tangan satunya asik memilin dan mengelus – elus it1lnya yang besar dan menonjol itu. Gelombang nyaman dan nikmat yang sangat memuaskan....m3meknya sudah sangat...sangat basah....nampak lantai agak lengket dengan cecerannya. Bahkan ketika tadi dia akhirnya bisa dengan fokus melihat besarnya kont01 saat lelaki menyodok naik turun di m3mek Dina., Renita merasakan gairahnya seperti meledak. Desahannya agak ia tahan, pantatnya sedikit terangkat, dan dia mengejang.....terasa semburan hangat membasahi kedua jarinya. Orgasme...barang langka yang selalu harus ia lakukan sendiri. Ia lalu terdiam...lemas. matanya masih mengintip, penasaran untuk melihat kegiatan Dina di dalam kamarnya, juga mau melihat siapa pasangannya.<br />
<br />
Ray menyudahi ciumannya di bibir hangat kakaknya, agak meringis geli saat ia mencabut kont01nya, diam sejenak ia segera bergerak memutar tubuhnya, merebahkan diri di samping tubuh telanjang Dina. Selalu....setiap ngewek sama Dina energinya akan terkuras, karena Dina tak pernah membiarkan dirinya bergerak bebas, Dina selalu saja memberikan perlawanan yang alot.<br />
<br />
Mata Renita kini semakin berkonsentrasi, sedari tadi memang ia tak bisa melihat siapa lelaki itu. Dina posisinya sangat mojok di kepala tempat tidur, kakinya terangkat mengapit pantat lelaki itu. Sementara lelaki itu menindihnya, seperti menelan tubuh Dina. Yang terlihat jelas adalah m3mek dan kont01 mereka yang saling memompa. Lelaki itu hanya terlihat pantat dan punggungnya, wajahnya terhalang. Suara desahan Dinapun agak samar, karena Dina sepertinya mendesah di dekat kuping lelaki itu. Kini lelaki itu baru mencabut kont01nya, dia diam sejenak, nah kini ia berbalik....<br />
<br />
Renita yang lemas karena orgasmenya, kini merasakan tubuhnya semakin lemas....matanya yang sedang mengintip semakin terbelalak tak percaya...astaga...astaga....ia tak mampu berkata....tak mampu mengeluarkan suara, kepalanya mendadak sangat pusing. Tak tahu harus bereaksi bagaimana, dengan sangat lemas ia bangkit, tak memperdulikan lantai yang sedikit basah, bahkan saat ia berjalan ke kamarnya, CD-nya tak ia benarkan kembali, ia terlalu terkejut, lupa dengan gelasnya. Ia buka pintu kamarnya perlahan, menutupya pelan, dengan lunglai ia menuju tempat tidurnya, ia merebahan diri dengan sejuta pikiran berkecamuk.<br />
<br />
Lelaki itu adalah Ray, anakku, adiknya Dina. Mereka...mereka...bahkan dalam pikirannya sekalipun ia tak sanggup mengatakan hal itu. Ya ampun....ada apa ini, bagaimana ini...? Mengapa..mengapa mereka...mereka berdua bisa....melakukan hal itu. Tak perlu menjadi seorang jenius untuk mengatakan bahwa mereka berdua melakukannya dengan saling menikmati. Saat mengintip tadi, Renita dengan jelas bahwa mereka berdua melakukannya dengan enjoy, tak ada perasaan terpaksa. Mereka kakak dan adik. Di bawah satu atap ini. Bagaimana...bagaimana mungkin ? Sudah berapa lama ? Kalau melihat adegan tadi, jelas ini bukan yang pertama kalinya. Bagaimana mungkin aku sebagai mama mereka bisa tak tahu. Apa yang kedua anak itu pikirkan...? dan yang lebih penting lagi, apa yang harus ia lakukan dan perbuat terhadap kedua buah hatinya ini...?<br />
<br />
Renita benar – benar bingung, ia mendesah..menghembuskan nafasnya, matanya terpejam...lama ia memejamkan matanya, menenangkan diri. Dan dia...memang di satu sisi ia tadinya tak tahu siapa lelaki itu, tapi dia tahu dari awal wanitanya jelasa Dina, dan dia, Renita jelas – jelas terangsang saat mengintip tadi, jelas – jelas malah mengagumi dan juga berfantasi saat melihat betapa mengagumkannya kont01 lelaki tadi. Renita agak bergidik. Kali ini ia mulai teringat masalahnya sendiri. Dia sekarang di awal usia 39 tahun, lelaki tak bertanggung jawab itu Toni, namanya, suaminya atau tepatnya bekas suaminya....10 tahun lalu saat usianya bersiap memasuki usia 30 tahun, begitu saja pergi meninggalkan keluarganya, dia dan kedua anak mereka Dina dan Ray. Untuk kawin lagi. Renita sendiri akhirnya memilih mengurus perceraiannya sendiri. Baginya dan mungkin kedua anaknya, lelaki tak bertanggung jawab itu sudah tiada, sudah dianggap mati dan lebih baik dianggap sebagai sampah saja. Suatu keuntungan karena sedari awal perkawinan mereka, dia memilih tetap bekerja, sehingga walau ditinggal begitu saja dengan 2 anak yang masih boleh dibilang kecil, ia masih bisa mengurus dan membiayainya. Berat di awalnya, namun akhirnya mereka bertiga mampu melewatinya bersama. Sebagai janda denga 2 anak, dan umur yang masih memungkinkan, Renita tidak menutup diri, setelah 2 tahun menjanda dia mulai menjalin hubungan, beberapa kali. Beberapa berakhir dengan hubungan seks yang menyenangkan di beberapa kamar hotel, tapi tidak berakhir ke jenjang perkawinan. Ketika ia memasuki usia 34 tahunan, karirnya mulai stabil dan meningkat, seiring kesibukannya, ia juga tidak menjalin hubungan lagi dengan pria, tidak berpikir untuk menikah lagi. Awalnya kesibukannya di jenjang karirnya yang baru itu mampu menyibukkannya dan meredam hasrat dan gairah seksnya yang masih aktif. Tapi seiring ia terbiasa dengan jabatan dan kesibukannya,semuanya bisa terjadwal dan ia mulai busa rileks. Sekaligus menjadi masalah. Kelelahan yang tadinya mampu meredam hasratnya, kini mulai hilang. Hasrat dan gairahnya kembali dominant. Ia mulai sering bemartubasi sekedar memuaskan dahaganya. Lalu saat dia sedang mendapat tugas mengunjungi klien di slah satu kota besar, ia yang karena merasa malu, memakai topi dan kaca mata hitam memasuki sebuah toko yang biasa menjual obat dan alat bantu seks. Ia membeli vibrator. Ia sendiri merasa tak berani membelinya di Jakarta, selalu khawatir akan ada yang mengenali. Sedikit banyak kont01 mainan itu bisa membantu menurunkan gairahnya, tapi tetap di saat hasratnya muncul, ia merindukan sesuatu yang asli, yang nyata, yang bernyawa dan memiliki emosi dan meninggalkan kesan, bukan barang imitasi dari plastik dan baterai.<br />
<br />
Dan tubuhnya secara jujur amat bergetar dan haus sekaligus terangsang saat melihat kont01 tadi menerobos dengan nikmatnya menyodok m3mek Dina tadi. Tak lepas matanya menatap dengan sangat dahaga melihat kont01 tadi. Seluruh tubuhnya bergelora dan menjerit ingin merasakan kembali kenikmatan kont01 asli. Renita kembali mendesah, menghembuskan nafasnya. Tapi ternyata lelaki pemilik kont01 itu ternyata anaknya sendiri, Ray. Ray dan Dina.....apa yang telah kalian lakukan...? Ia memejamkan matanya....tak sanggup lagi berpikir. Ia memilih sebaiknya ia tidur saja dulu saat ini, menenangkan pikirannya. Ia pun melemaskan tubuhnya, memejamkan mata, nampakair mata mengalir membasahi pipinya.....<br />
<br />
Baru 2 jam kemudian Ray keluar dari kamar Dina. Saat di ambang pintu, kakinya sedikit menginjak sisa cairan yang sudah agak mengering namun masih sedikit lengket, ia tak menaruh curiga apapun. Tepatnya tak akan curiga apapun, terlalu lelah dan penuh rasa puas. Di meja bahkan ia juga tak berpikir lagi, saat ada gelas berisi air yag sudah tak dingin lagi, ia segera saja meminumnya. Ia lalu membuka pintu kamarnya, menutupnya lalu tidur, tanpa pernah menyadari, bahwa saat tadi ia keluar ia tak memperhatikan benar bahwa ia tak menutup pintu kamarnya dengan rapat.<br />
<br />
Esoknya Renita bangun pagi sekali, kedua anaknya yang semalam ia pergoki telah saling mereguk kenikmatan masih terlelap di kamarnya masing – masing, terbuai rasa puas, tapa pernah menyadari bahwa mamanya telah mengetahui perbuatan mereka. Renita merasa letih dan tak berminat ke kantor. Nanti saja aku telepon. Ia lalu keluar kamarnya, mandi, setelah mandi mungkin aku akan merasa lebih baik dan segar, juga lebih jernih untuk berpikir. Setelah mandi, ia berpakaian, keluar rumah sebentar, membeli biskuit dan makanan kecil. Ia kembali, dan memulai sarapannya. Setelah selesai, ia masuk ke kamarnya. Sekitar jam 7 kurang ia mendengar suara kegiatan. Dia memasang telinganya, sepertinya Dina saat ia mendengar suara anaknya sedang berdehem. Dia diam saja. Sekitar jam delapan kurang suara pintu depan dibua lalu dikunci, Dina pergi kuliah. Ia pasti mengira aku sudah jalan kerja. Renita memencet tombol di HP-nya, menelepon kantor, mengabarkan ia tak masuk, sakit. Selesai ia mematikan HP. Renita kembali diam, tenang, dan berpikir. Memikirkan sesuatu yang sebenarnya ia dan tubuhnya sudah tahu jawabannya.....jiwanya mungkin saja masih ragu dan menolak, tapi tubuhnya sudah jelas tidak akan menolak.<br />
<br />
Jam sembilan kurang Ray bangun. Seperti biasa merokok dahulu, iseng, ia bikin kopi. Lapar, ia bangun, kayaknya semalam matanya melihat ada makanan kecil dekat meja di kamar Dina. Mudah – mudahan si bawel itu belum memakan atau menghabiskannya. Ia segera menuju ke sana dan menemkan toples kecil yang berisi camilan, membawanya keluar, lalu memakannya sambil menikmati kopi dan rokoknya. Setelah selesai dan menaruh kembai toples tadi yang kini hanya toples saja tanpa isi, ia segera mandi, karena hatinya sedang senang, bolehlah sesekali bernyanyi walau suara agak serak – serak memukau hehehe. Tak berapa lama ia sudah selesai mandi dan berpakaian, mau pergi. Ray agak terkejut saat keluar kamar, mamanya sedang dudu di meja makan.<br />
<br />
”Lho ma, kirain ke kantor, habis dari Ray bangun sepi banget...”<br />
”Nggak, agak nggak enak badan...”<br />
”Mau ke dokter ? Kalau mau dianterin, sini Ray antar.”<br />
”Nggak usah. Ray coba sini, kamu jangan pergi dulu. Ada yang mama mau bicarakan. Penting. Mama tunggu di kamar mama.”<br />
”Penting banget nggak ma. Kalau nggak Ray mau bikin mie dulu, sebentar saja, lapar.”<br />
”Ya, sudah, nanti sesudahnya amu ke kamar mama.”<br />
<br />
Mamanya segera bangun dari kursi, menuju kamarnya. Ray agak heran sambil berpikir ada apa lagi nih ? Kayaknya penting banget. Tapi berhubung lapar berat, ia segera konsentrasi menunggu mienya matang. Untuk kemudian memakannya dengan sangat rakus.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq_fZKCP8ItiP0E7OblPikHL-Cvh417qFTAARHLxSN-4sChFikDEtKQPa_4VyiwkzZi3s1B7OvrXSFkzCMXBTRR5VuFJ6NkQQfFpGPbfOTNzC4imadEb6dQ185mQKFkAyzzpvFiQ1WwUs/s1600/67.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq_fZKCP8ItiP0E7OblPikHL-Cvh417qFTAARHLxSN-4sChFikDEtKQPa_4VyiwkzZi3s1B7OvrXSFkzCMXBTRR5VuFJ6NkQQfFpGPbfOTNzC4imadEb6dQ185mQKFkAyzzpvFiQ1WwUs/s320/67.jpg" width="213" /></a></div>
Renita nampak duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia sudah mantap memutuskan. Kedua anaknya itu jelas salah dilihat dari sudut apapun. Ia seharusnya marah dan menegur. Tapi sesuatu ....bahasa tubuh mereka saat ia melihatnya, sedikit banyak telah menggambarkan bahwa keduanya saling menikmati dan jelas tak terpaksa dalam melakukannya. Renita tahu seharusnya ia marah atau menegur, tapi itu tak akan menyelesaikan masalah. Kalau yang namanya kont01 sudah rutin memasuki m3mek, dibilangin, diomelin seperti apapun juga percuma. Ia tahu pasti hal itu. Dilarangpun tak ada manfaat. Dia juga tak akan bisa mengontrol mereka 1 x 24 jam setiap harinya. Dia juga berkesimpulan, sampai point yang dilihatnya semalam, dia interogasi atau tanya alasan kenapa mereka melakukannya juga sudah tak ada arti. Tak akan mengembalikan atau merubah atau menghentikan mereka. Dan sebagai dua anak yang sudah berumur lumayan agak dewasa, Renita berkesimpulan keduanya juga pasti sudah tahu resikonya dan telah paham untuk melakukannya dengan memakai pencegahan. Bagi Renita, tak ada pembenaran ataupun menyalahkan. Sudah terjadi, tak ada yang bisa disalahkan. Pantas atau tidak, bukanlah tajuk utamanya dalam hal ini. Mereka berdua merasa pantas dan melakukannya dengan tanpa keterpaksaan. Kalaupun mau menilik kerugian, termasuk kepada dirinya...sebenarnya kerugian apa yang mereka timbulkan...? Hanya statusnya saja sebagai merek, tapi dengan alasan yang tadi ia pikirkan dan ungkapkan di atas, semuanya akan kembali menjadi argumentasi pembenaran masing – masing pihak. Untuk hal ini keputusannya sudah bulat, sudah sangat terlambat untuk menanyakan, menegur dan melarang. Kalau sudah saling merasakan nikmat, apa bisa dilarang lagi ? jujurnya....tidak.<br />
<br />
Lagipula saat melihat kont01 anaknya, jujur saja, tubuhnya yang lama sekali tak dimasuki benar – benar menjerit mendambakan agar m3meknya kembali merasakan nikmatnya dimasuki kont01 pria...kont01 asli. Hasrat dan jiwanya seperti diaduk – aduk dan terangkat sampai pada puncaknya yang tertinggi. Kont01 anaknya itu jelas melebihi standart SNI...hehehe bisa saja Renita ini, memangnya ada standart SNI nya buat masalah ini...dasar.<br />
<br />
Kalau berlaku untuk Dina, maka juga untuk Ray. Pagi ini ia tak akan sekalipun menyinggung atau menanyakan tentang apa yang dilihatnya semalam. Juga tak mau membuat Ray grogi atau salah tingkah bila ditanya. Ada hal yang jauh lebih penting untuk dibicarakan dan diurus. Gagang pintu nampak bergerk...biasa, khas si Ray, suka nyelonong tanpa mengetuk pintu. Ray masuk sambil nyengir. Tanpa disuruh duduk santai di pinggir tempat tidur, dekat mamanya. Ray duduk melihat mamanya sekilas, walau hanya berdaster biasa, tetap saja seksi, apalagi setelah Ray sudah sering mengintip mamanya mandi. Menetralkan hati dan pikiran Ray memulai percakapan...<br />
<br />
”Mau ngomong apaan sih ma, kayaknya penting sekali...”<br />
”Sudah, kamu diam saja dengarkan, nggak usah nanya dulu, dengar saja.”<br />
”Ya sudah...ngomong deh, Ray dengarkan....”<br />
”Nah kamu tahu kan sidah hampir 10 tahu mama cerai sama eh.....papamu”<br />
”Ya...kalau mau ngomongin lelaki tak bertanggung jawab itu, mending nggak usah deh, Ray malas.”<br />
<br />
Ray mulai BeTe, paling malas kalau topiknya tentang papanya yang tolol. Renita nggak berkomentar, kebali meneruskan omongannya.<br />
<br />
”Nah, setelah bercerai, mama tetap bekerja dan membiayai kalian. Setelah 2 atau 3 tahun, setelah mama mulai bisa menata hati mama embali, mama mulai membuka diri, menjalin hubungan kembali, sambil berharap mungkin saja bisa membentuk rumah tangga yang baru. Dan mama terus terang saja ke kamu, namanya mama yang sudah dewasa dan punya 2 anak tentunya dalam menjalin hubungan, pacarannya beda sama anak remaja. Jujurnya beberapa di antaranya berakhir dengan hubungan ehh...seks.”<br />
”Sebenarnya sih Ray risih mendengarnya ma, dan juga sebenarnya mama nggak perlu terus terang, itu hak mama sepenuhnya. Dilarang pun, Ray ngak bakalan tahu kalau mama melakukannya. Tapi secara garis besarnya sih terserah mama, itu hak mama kok.”<br />
”Ya...terimakasih kalau sudut pandangmu seperti itu. Nah singkatnya, beberapa hubungan yang mama jalin akhirnya kandas. Mama jadi mulai malas menjalin hubungan dan selain itu mulai sibuk sama kerja dan karir, akhirnya malah tak berusaha menjalin hubungan lagi atau berpikiran untuk menikah lagi...sampai sekarang.”<br />
”Maksud dan arah omongan mama apa sih ? Mama mau bilang kalau sekarang akhirnya punya pacar dan mau ngenalin atau malah mau kawin ? Terserah sih, tapi Ray lihat dulu orangnya...”<br />
”Bukan..bukan ke situ arahnya.”<br />
<br />
Renita menatap anaknya sejenak, raut wajahnya menggambarkan ia sedang berpikir menimbang sesuatu sebelum mengucapkan...<br />
<br />
”Nah, jadi kalau dihitung hampir 6 atau 7 tahun mama benar – benar sendiri. Di usia mama ini, hal itu sangat – sangat tidak mudah dan menyiksa...”<br />
”Oh..maksud mama, mama mau ngomongin agar Ray bantu mama. Kerja juga...begitu ya ma ?”<br />
”Bukan...suah kamu dengar dulu, nanti kamu baru ngomong kalau mama sudah kelar atau kalau mama tanya.”<br />
”ya sudah kalau begitu.”<br />
<br />
Jadi agak sebal Renita, habis anaknya ini komentar melulu, salah pula. Ia mengambil nafas sejenak, lalu kembali berbicara.<br />
<br />
”Maksud mama dalam hal...eh...a..anu itu...seks. Seumuran mama gini yang namanya seks jelas masih aktif. Bahkan gairah dan hasrat atau eh...libido yang ada boleh dikata makin menjadi – jadi. Kamu nggak usah komentar, tapi mama bilang ke kamu, mama mencoba mengatasinya dngan bekerja keras, tapi tak terlalu ada efeknya. Akhirnya bermartubasi...eng pakai jari, juga...ehm...alat bantu....ya kamu nggak usah melongo gitu...ini hal yang wajar bagi wanita seperti mama yang diserang libido yang datang dan meningkat. Kalau nggak disalurkan atau sedikitnya diredam...wah bisa stress dan gila. Dan memang itu hanya bisa meredakan sedikit, bukan memuaskan secara tuntas. Nah sekarang kamu boleh komentar.”<br />
”Duh...gimana ya, Ray nggak nyaman dengarnya, seharusnya mama kalau curhat kayak gini sama teman perempuan mama saja atau sama tante Retno.”<br />
<br />
Mama hanya nyengir mendengar jawaban Ray yanga agak kikuk itu. Lalu mulai kembali berbicara yang sedikit banyaknya akan mulai jantung Ray berdetak jauh....jauh lebih cepat dari detakan yang seharusnya....<br />
<br />
”Betul sih...tapi paling mereka hanya bisa membantu saran atau pendapat. Beda sama kamu, kalau kamu selain saran juga bisa membantu, jauh lebih baik dari mereka...”<br />
”Maksudnya apaan sih ma...Memangnya Ray bisa ngasih saran lebih baik dari mereka ?”<br />
”Bukan mereka bisa saran...tapi beda sama kamu...kamu bisa membantu mama dengan eh...kont01mu.”<br />
”HAH...APAAN MA ?”<br />
<br />
Ray merasa kupingnya salah dengar Apa benar mamanya barusan bilang membantu dengan kont01mu. Dia memandang mamanya....bingung, heran, kaget, juga berharap ia tak salah dengar.”<br />
<br />
”Ya...kamu dengar kan, dengan kont01mu. Kamu jangan berpikir mama gimana gitu. Sederhana saja, mama mempunyai masalah. Tak ada penyaluran yang benar untuk masalah libido mama. Mama juga tak bisa atau tak mungkin sembarangan nyaripria buat eh ngewek sama mama, NO WAY. Awalnya mama ragu, tapi satu – satunya solusi di mana mama bisa memuaskan hasrat mama yang tak tersalurkan, juga prianya mama kenal dan akan nyaman, ya cuma kamu. Itu juga mungkin lho...kalau...kalau kamu eh...nggak sungkan atau keberatan...”<br />
”Duh ma, kok jadi gini sih,,,,jelaslah Ray sungkan...nggak mungkinlah, apa kata dunia...ini mama lho...mama Ray, mana mungkin.”<br />
<br />
Renita menatap wajah Ray, sesaat saja, lalu mati – matian ia menjaga suara dan mimik wajahya agar tak tertawa. Bukan kenapa, saat dia melihat wajah anaknya, kelihatan banget kalau si Ray Cuma belagak Jaim, sok alim dan sok bersih.<br />
<br />
”Ya...sudah, mungkin mama salah ngebahas hal ini sama kamu. Karena kamu juga sungkan, tak apa. Harap kamu simpan omongan ini ya. Ya sudah, kalau kamu ma pergi, silahkan. Oh ya kunci pintunya, mama mau tidur.”<br />
<br />
Ray jelas BeTe, maksudnya mau ngerendahin diri ninggiin image, jelas salah total, malah sekarang mamanya sudah menutup peluang sangat – sangat emas ini. Yang jelas akan sulit terulang lagi tawaran semenarik ini. Ia segera berkata....<br />
<br />
”Eng...ma, setelah Ray pikir – pikir, memang berat penderitaan mama menahan hasrat, rasanya pasti seperti mau bikin gila saja, jadi Ray pikir – pikir....mungkin Ray bisa membantu....”<br />
”Hahahaha...memang banyak gaya kamu Ray, sini....”<br />
<br />
Ray mendekat, masih ragu dan sulit mempercayai semua ini. Renita memeluk anaknya, mendekapnya erat di dadanya, sesekali ia mengelus rambutnya...<br />
<br />
”Bantu mama ya Ray, sudah terlalu lama mama nggak merasakan....jangan sungkan, mama yang memintamu, lakukan semaumu. Sepuasmu....kamu juga nggak usah memikirkan apapun, semuanya sudah mama pikirkan, segala macam resiko atau segala halnya tak akan menjadi masalah. Cuma kita berdua yang menjalaninya, tak akan ada yang tahu....”<br />
”I...iya ma...iya.”<br />
”Kalau nanti kamu selesai dan mau keluar, keluarin saja sepuasmu di dalam, tak akan ada masalah.”<br />
<br />
Ray masih menyenderkan kepalanya di dada mamanya. Merasakan nyaman dan besarnya tetek mamanya yang sangat ia bayangkan belakangan ini setelah mulai rajin mengintip. Paham Ray masih ragu, Renita segera memulai inisiatif. Dia melepaskan pelukannya. Dia berdiri, mulai menanggalkan dasternya. Ray hanya diam, mulutnya sampai menganga saking terpesonanya dia melihat tubuh telanjang mamanya dalam jarak sangat dekat. Hanya menyisakan CD putih saja. Sangat indah, tetek besarnya menggantung dengan sangat mempesona., perutnya juga rata, tebalnya CD mamanya...Ray meneguk ludahnya. Dalam diamnya, otaknya bahkan berani bilang kalau tubuh mamanya jaug lebih merangsang dari tubuh Dina maupun Eva. Ada pesona tersendiri, pesona wanita dewasa yang sudah sangat matang....sangat menggairahkan. Kont01nya sangat – sangat keras sekali ia rasakan. Mamanya kembali berucap.<br />
<br />
”Kamu siap....ayo...”<br />
<br />
Ray segera berdiri, membuka bajunya, menurunkan celananya, sama seperti mamanya, ia hanya menyisakan kolornya saja. Perlahan ia mendekat ke mamanya, mendudukan mamanya di tempat tidur, tangannya dengan sangat gemetar mulai menyenuh tetek yang besar itu, mulai meresapi nyamannya, kenyal dan kencang. Perlahan mulailah ia meremasnya lembut, merasakan pentilnya yang perlahan membesar dan mengeras di telapak tangannya, memainkan pentilnya dengan sangat gema, pentil mamanya sangat besar melebihi besarnya pentil Dina, dengan gemas ia mendekatkan mulutnya, mulai menjilati dan mengulumnya perlahan, merasakan betapa besar dan enaknya pentil itu bermain dan bergerak di mulutnya. Mamanya mulai agak mendesah perlahan, merasakan tubuhnya seperti tersengat gairah yang besar. Keberanian Ray makin tinggi, satu tangannya segera mengarah ke CD putih mamanya, mulai mengelus dan meraba CD tebal itu. Terasa nyaman,, juga terasa tebalnya jembut di balik CD itu. Ia mulai menggosok – gosok mengelus permukaan CD itu.<br />
<br />
Renita mulai merasakan gairahnya terbakar, tangannya segera menjulur meremas – remas tonjolan besar di balik kolor anaknya itu, meremas dan memainkannya. Ketika Ray mulai menyentuh CD-nya, tubuhnya bergetar, tangannya dengan tak sabar menyusup ke balik kolor Ray, menggenggam dan merasakan benda besar tersebut....tubuhnya seperti disiram dengan air yang segar...sudah lama ia tak menrasakan menggenggam kont01 pria...apalagi yang sebesar ini. Ray merasakan kont01nya digenggam tangan halus mamanya, namun ia belum merasa puas bermain dan merasakan nyamannya tetek besar milik mamanya ini<br />
<br />
Ray segera berhenti sebentar, menidurkan mamanya dengan posisi tubuh miring, ia pun segera berbaring dengan posisi serupa, hanya terbalik, kepalanya kini berada tepat di atas selangkangan mamanya, mulutnya mulai menciumi CD mamanya, terasa harum, Renita juga kini berhadapan dengan selangkangan anaknya itu, melakukan hal yang sama dengan Ray, dan nyaris bbersamaan, keduanya dengan cepat telah melucuti CD pasangannya. Kini Ray diam sejenak, memandang terpesona, m3mek mamanya sangat menggoda dengan hiasan jembut lebat sekali dan hitam, sampai ke belahan pantatnya. Menutupi sedikit belahan m3meknya yang agak panjang. Dengan sangat pelahan mulutnya mulai menciumi dan menjilati rimbunan jembut yang menghiasi m3mek tersebut, sampai sedikit basah, lalu mulutnya segera menelusuri ke atas dan ke bawah belahan m3mek mamanya, yang masih rapat, karena geli dan nyaman dibelai dengan mulutnya, belahan m3mek itu perlahan mekar dan juga mulai basah. Dalamnya sangat merangsang Ray, Ray sampai merasakan kont01nya berdenyut menyaksikan lobang m3mek mamanya yang kemerahan. Bibirnya mulai menyapu dan menjilati permukaannya, menjilatinya dengan rakus, sesekali ia menusukkan lidahnya. Tak lama perhatiannya terarah ke it1l mamanya yang agak besar dan menonjol, segera saja lidahnya beraksi, menggoyangkan dan memainkan it1l tersebut, membuat mamanya semakin bergairah, tubuhnya mulai bergerak keenakkan.<br />
<br />
Sementara itu Renita segera saja terdiam sesaat, matanya memandang dengan penuh gairah kont01 yang besar itu, yang kin berada tepat di depan wajahnya. Tangannya mulai mengelus dan meremas biji peler anaknya, mengurutnya lembut dan penuh erotisme, membuat Ray agak mengangkat pantatnya. Perlahan tangannya mengelus kepala kont01 Ray, memainkannya,sesekali tangannya juga mengocok lembut kont01 Ray. Setelah puas menggenggam dan memainkannya sebentar, Renita mulai membimbing kont01 itu, diarahkannya ke mulutnya, lidahnya menjulur keluar, mulai menari – nari menjilati kepala kont01 tadi, lalu turun menjilati batangnya. Dahagany yang sangat tinggi membuatnya mulai menjilati kont01 itu dengan ganas, menelusuri dan membelai semua titik kenikmatan pada batang kont01 itu, membuat Ray agak mendesah di tengah kesibukannya menjilati it1lnya. Akhirnya mulutnya mulai menelan kont01 itu, sampai maksimal, mengocoknya pelan, mengemut dan menghisapnya dengan lembut sesekali juga dengan kuat, tangannya asik memainkan dan memijit biji peler anaknya. Hisapannya makin kuat ketika ia merasakan it1lnya yang kegelian enak saat dijilati Ray. Kont01 Ray pun tanpa ampun, ia hiap dan jilati dengan cepat, mengulumnya dengan cepat pula, sementara ia renggangkan kakinya selebar mungkin. Lama – lama Renita merasakan kenikmatan yang didapati di selangkangannya sangat tinggi, ia mulai sering mendesah, melupakan hisapannya pada kont01 Ray, bahkan akhirnya ia hanya berbaring pasrah, menikmati dnmeresapi permainan lidah anaknya....<br />
<br />
Ray kini tak hanya menjilati it1l tersebut, ketika dilihatnya lobang m3mek yang kemerhan dan sangat menggoda itu, jari tengahnya segera beraksi menyodoknya. Menyodokkan dan memompakan jari tengahnya secepat mungkin, lidahnya juga makin cepat menjilati it1l mamanya yang sudah membesar dan mengeras, pas dan nyaman di lidah. Kaki Renitapun makin melebar saja.<br />
<br />
”Ooohhh.......Terrrusssss....Yangggg....”<br />
”Aaahhhh.....gillaaaa........enaaaaaakkkkk... ..”<br />
”Sssshhh.......Awwww......Awwwww......”<br />
<br />
Pantatnya terangkat, tubuhnya bergetar sesaat, akhirnya memuntahkan kenikmatan yang sangat terasa mengalir pada tubuhnya. Permainan lidah anaknya telah memberikan kenikmatan yang besar pada dirinya. Renita terkulai lemas, sementara Ray yang menyadari mamanya baru saja orgasme, segera menghentikan kegiatannya.<br />
<br />
Ia mulai bersiap, mulai menindih tunuh telanjang mamanya, mamanya juga sudah bersiap dengan mengangkangkan kakinya, m3meknya sudah basah sekali, Ray bersiap...siap...meleset....lagi...dan blessss...kont01nya perlahan menerobos dinding – dinding m3mek mamanya. Terasa masih sempit dan hangat juga nyaman.Ray membenamkan kont01nya, diam merasakan sensasi pertama kali ini. Renita sendiri merasakan m3meknya seperti dicabik, bukan dalam art sakit, tetapi dalam arti nikmat saat kont01 anaknya menerobos dan menydok masuk. Tubuhnya sampai bergetar. Ray mulai bergerak, memompa perlahan, merasakan kenikmatan m3mek tersebut, nyaman sekali. Lama – lama sodokannya makin cepat. Renita mendesah, sangat – sangat merasakan kenikmatan...kalau m3meknya ibarat sawah, maka sawah yang sangat kering dan lama tak dipakai....kini pintu irigasinya dibuka dan mulai mengairi. Kont01 Ray yang sedang bergerak memompanya seakan – akan menggedor seluruh gairahnya, menariknya sampai batas maksimal. Mulutnya mulai mendesah, teteknya yang besar bergoyang, tangannya terangkat ke atas, matanya merem melek menikmati setiap hentakan dan sodokan yang ia rasakan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUlvE1xhe5fetuf30jbVdtflNsR7znuT1TK8Y1YKAOYjPW1Zr1H8qUYnRlrNd_tQR3gD-FDujo8An716v0cxasm9wz0Zhu2omaa7FsVXQhq8vufEHy7a-XiIa1YO4FqGSyFEcaFwFdKAU/s1600/16.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUlvE1xhe5fetuf30jbVdtflNsR7znuT1TK8Y1YKAOYjPW1Zr1H8qUYnRlrNd_tQR3gD-FDujo8An716v0cxasm9wz0Zhu2omaa7FsVXQhq8vufEHy7a-XiIa1YO4FqGSyFEcaFwFdKAU/s320/16.jpg" width="242" /></a></div>
Ray sambil tetap menyodok, memperhatikan saat tetek besar itu bergoyang, memperhatikan wajah mamanya yang mendesah sangat erotis, ketika mamanya mengangkat lengannya, nampak rimbunan lebat pada keteknya, nafsu Ray semakin menjadi, tangannya segera mengelus dan memainkan bulu ketek tersebut, kini mulutnya asik menciumi ketek lebat mamanya...aomanya sangat harum dan memberikan sensasi dan rangsangan sensual tersendiri, lidahnya asik menjilatinya, sodokannya makin kuat saja. Puas dengan ketek mamanya, mulutnya segera mebghisap pentil mamanya sekuat mungkin, membuat Renita mengerang makin terangsang...dan tanpa bisa dia cegah kembali mengalami orgasme. Ali ini jauh lebih dashyat, karena dialami saat menerima sodokan kont01 anaknya, bukan saat dijilati dngan lidah. Renita terkulai lemas, namun merasakan kenikmatan yang besar makin menjalar di tubuhnya. Ray yang tahu hal itu makin mempercepat saja sodokannya.<br />
<br />
Ray merasakan kont01nya sangat nyaman, seakan dijepit erat dan dibelai lembut. Sungguh saat ini ia tak terlalu memikirkan untuk berganti posisi, terlalu menikmati moment yang sangat tak terduga ini. Kembali mulutnya bergerak, kali ini mencari bibir mamanya, bibir mereka bertautan, saling memainkan lidh masing – masing, tangan Ray meremas kuat – kuat tetek mamanya, pantatnya makin cepat brgerak, memompa kont01nya sedalam munkin, dia tak melepaskan ciumannya, terlalu enak....sodokannya makin liar, sulit baginya mengontrol birahinya saat pertama kali ini Ia masih sangat terangsang dengan kemolekan tunuh seksi mamanya. Pompaannya makin cepat menyodok setiap bagian dalam lobang m3mek mamanya, kaki mamanya sudah amat mengangkang....akgirnya ia merasakan siap mencapai klimaks, maka sambil tetap berciuman, ia memeluk erat tubuh mamanya, menghujamkan sedalam mungkin kont01nya....crooot...crooot...pejunya muncrat tanpa tertahan, menghanta kuat lobang m3mek mamanya.. Mamanya nampak bergetar merasakan sensasi yang sudah lama tak ia rasakan. Keduanya diam masih asik berciuman, akhirnya Ray mencabut kont01nya, berbaring lemas....ternyata hampir tak ada bedanya sama Dina, sama –sama menguras energi. Mamanya masih diam, menikmati seluruh sensasi yang lama ia dambakan. Nampak peju Ray mengalir keluar dari lobang m3meknya.....tak lama mamanya mulai berbicara...<br />
<br />
”Duh...agak terpuaskan gairah mama...”<br />
”Agak...?”<br />
”Iya dong....kalau baru sekali mana berasa sih....masih baru permukaannya saja dong.”<br />
”hahaha...terserah mama saja deh.”<br />
”Tapi ingat ya...setelah ini, pasti hal ini akan berlanjut, mama hanya berharap kamu menjaga rahasia ini, jangan sampai orang lain tahu, apalagi kakakmu, mengerti...?”<br />
”I...iya ma.”<br />
”Nah, sudah belum istirahatnya....sungguh mama merasa keputusan yang mama ambil sudah tepat. Daripada mama mencari kepuasan dengan lelaki yang asing, mendingan sama kamu saja. Kamu juga suka kan...? Ray...ayo kita mulai lagi....”<br />
<br />
Dan sepanjang hari itu Renita benar – benar menyalurkan semua hasrat dan gairahnya yang terpendam. Membebaskan semuanya, menyiramnya dan mengairinya dengan hantaman kenikmatan. Ray, anaknya sangat memuaskannya, sangat mampu menghapus dahaganya. Tak heran kalau Dina nampak sangat menikmati bermain dengan Ray, saat ia mengintipnya semalam.<br />
<br />
Dan Ray sendiri, dengan amat senang hati dan tak keberatan membatalkan acaranya pergi. Ini jauh lebih penting. Dia tak terlalu memusingkan alasan mamanya atau segala macam tetek bengek lainnya. Dia memang mendambakan dan terpesona sama tubuh seksi mamanya. Kini..., bukan hanya melihat, ia bahkan bisa melakukan apapun semaunya dia....tak pernah terbayangkan.<br />
<br />
Hari itu Ray telah melangkah dan mendobrak, melewati semua dinding batas yang terakhir. Juga Dina dan mamanya. Dinding hubungan yang telah dilanggar. Dalam kehidupan nyata di depan orang lain, maka semua akan nampak normal, namun saat terlindung di balik dinding kamar, maka batas itu menjadi tak ada. Ya...semuanya seperti antara ada dan tiada......<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : </i></b><b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://teguhwidodo55.simplesite.com/">http://teguhwidodo55.simplesite.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-38083952119302230342015-12-20T02:59:00.001+07:002016-01-14T04:45:46.427+07:00Janda Penjual Kopi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-EkosoBjJ970/VnW1rE8DguI/AAAAAAAAWXM/etq2BwUazz4/s1600/kopi.jpg://2.bp.blogspot.com/-EkosoBjJ970/VnW1rE8DguI/AAAAAAAAWXM/etq2BwUazz4/s320/kopi.jpg" width="257"></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAs9twxoo2SWOQs_H2lx4VbP3JrvC0j_zxsoaZf0LEHmpE9FX912CrR4iNtV_DbDSLaLVWfBSaGxSFPcXw1GLQixPwN__U7PSJZ5drx_NmWTtrdXeKH2jMb4_U95MfXqS38Wn-KhEoIdo/s1600/kopi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAs9twxoo2SWOQs_H2lx4VbP3JrvC0j_zxsoaZf0LEHmpE9FX912CrR4iNtV_DbDSLaLVWfBSaGxSFPcXw1GLQixPwN__U7PSJZ5drx_NmWTtrdXeKH2jMb4_U95MfXqS38Wn-KhEoIdo/s320/kopi.jpg" width="257" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/12/janda-penjual-kopi.html">Janda Penjual Kopi</a></b> – Ini merupakan pengalaman saya pada saat libur akhir pekan, saat hari mulai sore aku pulang kantor, saat itu aku sedah menyelesaikan pekerjaan kantorku yang banyak. Dengan kecapeanku, dalam pikiran pengenya hanya liburan saja. Aku bergegas pulang kantor dengan menaikki mobilku terus beranjak pulang sampai dirumah hanya pengen mandi dan istirahan sebenter. Karena hari pekan aku mau bermai saja ke mall sambil jalan-jalan lihat gadis dan cewek yang memiliki tubuh seksi dan payudara montok he…tu pikiranku.<br />
Tiba-tiba saja HP ku berdering….aah….rupanya bosku. Terus aku angkat…..oh….rupanya suruh ke bogor ada tugas…..ziittt…gak bisa liburan. Langsung saja aku bergegas ke bogor untuk menyeleseaikan tugasku. Aku naik mobilku langsung saja ke bogor.<br />
Dalam perjalanku sangat lelah kupikir untuk cari kopi dulu kuparkir mobilku operasional didepan warung kopi yg baru saja dibuka oleh pemiliknya sebut saja namanya cici seorang janda muda yang baru 2 tahun ditinggal kabur suaminya usianya kutaksir sekitar 30tahunan,tanpa sepengetahuannya kuperhatikan dia dari dalam mobilku yg berkaca riben 80%,wajahnya yang manis ditunjang tubuhnya yang proporsional ditambah ukuran toketnya kira-kira 36b dan pinggulnya yang sedang membuat mata ini yg tadinya ngantuk jadi segar kembali,lalu kuberanikan diri untuk turun dari mobil dan berkenalan dengannya sebagai alasan aku membeli kopi mix.<br />
“teh,,kopinya hiji..??”pesanku<br />
“kopi susu apa kopi hideung a..??”sambung cici<br />
“kopi susu tapi susunya dipisahin ya teh..??”candaku<br />
“dipisah,,,??maksudnya gimana a..saya tidak mengerti..??<br />
“ya dipisah kopinya digelas,tapi susunya yang digantung..hihihihihi…”<br />
“iihh..aa jadi malu saya lagian aa ngeliat aja klo saya lagi ga pake bh..”sambil tersenyum kecil..<br />
”tadi saya abis netekin anak saya mau mandi tapi buka warung dulu pikir saya..”jawabnya lugas<br />
“..Oooohhhhh..anaknya laki apa cewek,umur berapa teh…???”tanyaku penasaran<br />
“cewek umur 2 tahun..”jawabnya.<br />
kemudian anaknya menyusul kewarung digendong oleh seorang lelaki muda yg ternyata adiknya cici,ditaruhnya anak itu dipangkuan ibunya kemudian lelaki itu pergi.<br />
“siapa itu teh…??”tanyaku sambil menunjuk kearah lelaki tadi<br />
“..Oooh..itu adik saya..”<br />
“..ehm,,saya kira suami teteh…ngomong-ngomong suami kemana teh,,kerja..???”<br />
“..jangan diomongin lagi ahh..saya benci banget ama lelaki itu,banci,mau enaknya aj ga mau tanggung jawab dia kabur sama perempuan lain waktu saya lagi ngelahirin si kecil..”agk sedikit emosi kelihatannya cici brcerita<br />
“kurang ajar betul lelaki itu ya teh..mau enak ga mau anak..”ikut-ikutan emosi saya<br />
“udah berapa lama ditinggal teh ama suaminya..??”tanyaku<br />
“ya..dari anak ini lahir ampe sekarang udah 2 tahunan lah ditinggal..”jawabnya<br />
“waduh..itu klo ibarat sawah alang-alangnya udah tinggi-tinggi secara ga pernah dicangkul..hehehe..”candaku mencairkan suasana<br />
“..hahaha..aa bisa aj dh,,diminum kopinya entar dingin ga enak saya mau netekin dulu ya..”sambil menarik kaosnya dan mulai netekin anaknya yg terlihat haus.<br />
kulirik kearah toketnya sambil sesekali kuajak ngobrol yg sedikit mengarah porno diapun menanggapinya dengan santai tanpa mempedulikan aku yg dari tadi tak berkedip melihat toketnya yg sedang dikenyot oleh anaknya,tak lama kemudian hpku berbunyi yg ternyata panggilan dari kantor menginstruksikan bahwasanya aku tidak boleh lama-lama istirahat karena mobil kami dilengkapi gps jadi para karyawan selalu dipantau didalam operasionalnya dari kantor pusat,sebelum pergi kubayar kopiku dan kuminta no hp nya cici<br />
“boleh khan klo saya telpon kamu ntar malam..”sambil mnaruh hpku kekantong safariku<br />
“boleh aja tapi tunggu sikecil tidur dulu ya..”sambil tersenyum genitTeman-temanku yg sedari tadi memantau kegiatanku hanya bisa tertaw sambil mengejekku dengan sebutan*PPm=pria pencari memek*akupun hanya senyum-senyum aja tak menanggapi ejekan mereka kuhanya sedang mencari cara gimana supaya bisa ngentot ama cici,terbayang toketnya yg besar saat netekin anaknya tadi.<br />
“wew..bengong aja lo udh nyampe klien nih masuk sana..”hardiknya<br />
“ngagetin aja lo..gue lg mikirin nih caranya bisa ngentot ama cici..”jawabku<br />
“hahaha..klo lo emang playboy sejati lo kasih fotonya kegue lo lg ngentot ama dia gue kasih lo 300rb,ga mungkin dia mau ngentot ama lo,lo aja baru banget kenal ama dia..”terus menyurutkan semangatku<br />
“..ok…lo liat minggu depan gue kasih liat potonya ke lo..”akupun menerima tantangannya<br />
Singkat cerita akupun sudah tiba dirumah pukul 19.30wib lalu mandi dan berpakaian setelah itu kuambil hpku lalu kutlpon cici<br />
“lagi pa teh..??”sapaku<br />
“..ehh..lg netekin sikecil nih..”<br />
“..yahh..ganggu dong..??”“..ngga..biasa aj..memangnya kenapa..??”<br />
“..boleh dong ikut netek yg sebelah..”<br />
“kesini aj klo emang mau..hihihi..”<br />
“..ntar aj deh klo libur bener ya boleh netek..”<br />
“..boleh knp ngga…”“…sabtu besok gmn bisa ga kluar klo g bs jg ga papa..??”pancingku kutahu klo perempuan itu memang sangat haus seks terlihat pada waktu bicara tempo hari diwarungnya omongannya selalu mengarah porno<br />
“..boleh tp siangan ya trus saya ajak anak soalnya ga ada yg jagain…adik saya sekolah..!!”<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjulXx_VwTrfxKv1dy-_ITj7Lh82E5qpBzWyO5xfdDKeM0dT5uGd1hHEY1s035jHVMlJOp47V90gp5CbQ9l7VXSwIQ0regImgtzlG7TGrY2L6ID9OAS-QholZJGConxnMMDW5BCZp3ZoOo/s1600/20.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjulXx_VwTrfxKv1dy-_ITj7Lh82E5qpBzWyO5xfdDKeM0dT5uGd1hHEY1s035jHVMlJOp47V90gp5CbQ9l7VXSwIQ0regImgtzlG7TGrY2L6ID9OAS-QholZJGConxnMMDW5BCZp3ZoOo/s320/20.jpg" width="203" /></a></div>
“ok..gapapa sampai ketemu hari sabtu ya teh…”ucapk sambil menutup telepon<br />
Sabtu pagi setelah mandi dan sarapan aku berangkat kebogor,kupacu suzuki swiftku dijalan tol jagorawi yg masih agak sepi,30 mnt kutelah memasuki gerbang tol bogor kemudian berbelok kesalah satu mall yg ada disisi jalan pajajaran,kuparkirkan mobilku kemudian masuk kedalam mall menuju salah satu restoran fast food y terkenal itu,kupesan makanan lalu duduk dibangku yg dekat kaca agar dapat melihat situasi diluar kuambil hp dari tas kecilku kemudian kuhubungi cici<br />
“hallo aku sudah di bogor kamu datang aj kesini di restoran *c*..”<br />
“ya udah tungguin sebentar saya lagi pake baju dulu..”<br />
“pake bh ama cd warna hitam ya biar seksi..”<br />
“iihh..kamu koq tahu sih klo itu warna pakaian dalam kesukaan saya..”<br />
“hahaha..ya udah buruan udah kangen nih..”<br />
‘ok..”15 menit kemudian cici datang sambil menggendong anaknya,<br />
kusuruh pesan makanan dan duduk didepanku terlihat wajahnya yg semakin cantik karena sapuan make up yg tidak terlalu tebal namun terlihat anggun.<br />
“..ci..kamu terlihat anggun hari ini aku sampai tidak ngenalin kamu tadi..”godaku<br />
“..alahh..laki-laki ntar juga paling ngajakin begituan pake acara ngerayu pula,,ayo ngaku iya khan..saya kasih tau ya saya bukan cewe gampangan yg bisa diajakin ngewe sama setiap laki-laki,saya masih punya harga diri dan saya trauma sama laki-laki yg cuma mau ngewe tp klo kejadian ga mau bertanggung jawab..”jawabnya ketus<br />
“maaf..ci aku ga bermaksud membuat kamu jadi begini aku hanya ingin melihat kamu senang bisa jalan ama aku sama anak kamu itu aja koq dan satu hal kamu memang ga butuh itu..”jawabku menenangkan hatinya<br />
“..perempuan mana sih yg ga butuh itu,semua pasti butuh cuma aku takut kejadian itu terulang lagi aku hamil dan kamu pergi ninggalin aku jujur aku mulai suka sama kamu terlebih perhatian kamu ke aku dan anakku begitu dalam..”seraya merapatkan tubuh anaknya kepelukannya<br />
“..aku juga merasakan hal itu ci..”sejam sudah kami ngobrol didalam restoran itu kutatap matanya cici dan kulihat pancaran kasih sayang begitu dalam seolah-olah menelanjangi aku dalam sebuah kemunafikan yg baru saja kuucapkansetelah makan siang kulanjutkan dengan mengajak cici dan anaknya jalan2 berputar-putar kota bogor menggunakan mobilku,memang kota bogor nyaman sekali bila kendaraan angkot tidak membuat macet,cape juga kupikir bila harus macet2an dijalan,kuingin beristirahat sejenak sambil menikmati cuaca kota bogor yg saat itu sedang gerimis kecil,kuutarakan maksudku kepada cici yg langsung mengiyakan maksudku ditambah anaknya yg tertidur karena kekenyangan<br />
“teh..kita istirahat dulu yuk dimotel itu lagian kasian dede tidur ga nyaman gitu..?”kataku<br />
“..terserah kamu,,iya jg sih dede ga nyaman banget tidurnya..”jawabnya<br />
Kemudian mobil kubelokkan kesalah satu motel yg terletak didaerah tajur,bogor,kuparkirkan agak tersembunyi karena memang motel masih agak sepi,kemudian kugendong anaknya cici lalu kami berjalan menuju front office<br />
“..mas ada kamar..??”kusapa ffront office<br />
“..ada pak..yg type apa..??”jawab petugas motel<br />
“..yg 2 tempat tidur..?<br />
“..ini pak kuncinya sekalian pinjam ktpnya bapak..oh..iya anaknya dibawa aja dulu ke dalam kasian nyenyak sekali tidurnya..”<br />
“..trima kasih mas..”sambil kuserahkan dede kecici yg langsung berjalan mengikuti petugas motel menuju kamarnya<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtvKrMx2-nFsSdMAVgYIRSpA4c30CKW-dLO6GhHLjc3dumxL5OKtAwcojuJu7nZ9ZtcCj8Tb71sTjLUwtBe2i6QZKwtq-vsy63yiz1fUuxc0xZdbRLSQCMR3cypwI_w8qNWC6HYsDLcPk/s1600/17.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtvKrMx2-nFsSdMAVgYIRSpA4c30CKW-dLO6GhHLjc3dumxL5OKtAwcojuJu7nZ9ZtcCj8Tb71sTjLUwtBe2i6QZKwtq-vsy63yiz1fUuxc0xZdbRLSQCMR3cypwI_w8qNWC6HYsDLcPk/s320/17.jpg" width="213" /></a></div>
Sesampai didalam kamar kurebahkan tubuhku yg lelah keatas ranjang kulihat cici sedang mendampingi anaknya yg tertidur sambil sesekali memberikan asi kepada anaknya,akupun memejamkan mata sebentar mengistirahatkan persendian ditubuhku,namun baru saja akan terlelap kulihat dicermin yg mengarah kekamar mandi cici sedang membuka bajunya,kemudian jeansnya tinggal bra dan cd hitam yg dikenakan ssuai permintaan aku tadi pagi,<br />
setelah itu ia mengambil handuk kemudian dililtkan ditubuhnya lalu ia keluar dari kamar mandi dan menghampiriku yg masih tiduran diatas ranjang lalu aku pura2 memejamkan mataku dia mendekatiku kemudian mencium bibirku,mungkin dia pikir aku akan terbangun mendapat ciuman dibibir padahal kontolku sudah tegak waktu kulihat dia sedang membuka baju tadi,kurasakan dia menjauh dari wajahku kubuka mataku akupun tersentak ketika dia sedang mencoba membuka ikat pinggangku lalu kubangun dari ranjangku yg membuat cici pun tersentak<br />
“apa yg kamu lakukan teh..??”tanyaku<br />
“..aku ga bisa menahan libidoku waktu kamu tidur tadi,,aku ingin ngewe samaa kamu..”jawabnya<br />
“..teh..memang kamu sudah kepengen banget ngewe,jujur tadi aku jg sempet ngintip kamu lagi ganti baju cuma koq pintunya ga ditutup aku pikir kamu mau mandi makanya aku diam aj..”<br />
“..sengaja memang aku ga tutup pintu kamar mandi supaya kamu ngeliat dan menyusulku kekamar mandi tapi lama kutunggu kamu malah tidur ya sudah aku cium bibir kamu tidak ada reaksi kemudian kuberanikan diri untuk membuka ikat pinggang kamu eehh..kamu malah terbangun..!!”<br />
“..ya sdh klo emang teteh mau ngewe sama aku sebentar aku mau mandi dulu klo teteh mau mandi bareng2 aja ga papa koq..”<br />
“..duluan nanti aku nyusul aku liat anak aku dulu..”Lalu aku beranjak dari ranjangku kemudian berjalan kearah kamar mandi,<br />
lumayan agak besar kamar mandinya ditambah bathtub dan air hangat,kuputar kran dibathtub, ingin sekali berendam air hangat pikirku biar rileks,kubuka baju dan jeansku kemudian terakhir cdku,kuremas kntolku yg tegang kukocok pelan,sambil menunggu air yg mengisi bathtub setelah bathtub terisi kumasukkan tubuhku kedalam bathtub yg telah terisi air hangat<br />
“..hufftt..nyman sekali berendam dibathtub ini..”gumamkutak lama cici masuk kekamar mandi tanpa sehelai benang ditubuhnya dan langsung masuk kedalam bathtub<br />
“..teh,,anaknya udah dijagain bantal belum nanti klo jatuh gmn..??”<br />
“..sudah..kamu tenang aja,aku ga tahan mau ngewe sama kamu..”kemudian cici menyuruhku untuk duduk dipinggiran bathtub lalu menghisap kontolku yg panjang sekitar 18cm,tak ada kesalahan dalam menghisap kontolku semua dilakukan dengan lihainya,akupun mendesah penuh kenikmatan<br />
“..oohh..eehmm..enak teh..trus teh..trus teh..trusss…aahh..”desahkusumpah nikmat sekali kulumannya tak ada setiap inchi dari kontolku yg terlewat,kontolku seperti diaduk-aduk oleh lidahnya tanpa ada rasa nyeri ataupun terkena gigi<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjdB9mNDiqBFl7f1M5_9nAkAK5t8o-4QJ3xUM7VqDzVqy5rR4QSD-i6xGpkHbwV7CQhF_IXJxPE-Z2pTKKLo0xoHf_LZ6nBDJVaWiKVRjQ-uWpFTCqjFw0_SL930HZSp-8eZhwh2cjdgA/s1600/63.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjdB9mNDiqBFl7f1M5_9nAkAK5t8o-4QJ3xUM7VqDzVqy5rR4QSD-i6xGpkHbwV7CQhF_IXJxPE-Z2pTKKLo0xoHf_LZ6nBDJVaWiKVRjQ-uWpFTCqjFw0_SL930HZSp-8eZhwh2cjdgA/s320/63.jpg" width="320" /></a></div>
“..sudah dulu teh,,gantian sini aku jilatin nonok teteh..”dia pun duduk dipinggiran bathtub kemudian melebarkan kakinya,terlihaat memeknya yg ditumbuhi bulu yg sangat lebat,<br />
kusibakkan jembutnya kemudian kujilati itilnya yg membesar tak kupedulikan reaksi wajahnya yg mulai terangsang dengan menggigit bibirnya,kusodok liang nonoknya dgn lidahku,kugigit klentitnya,kuhisap nonoknya beberapa saat kemudian pantatnya dinaikkan membenamkan wajahku kedalam nonoknya sesekali menggeliat dan mendesah dengan nafasnya yg tidak beraturan<br />
“..uuhhh..oohh…aku keluaaaaarrrrrr..”pekiknya sambil merapatkan pahanya dan menekan nonoknya kewajahku kujilati cairan nonoknya kusapu dengan lidahku,sungguh nonok yg indah sudah nikmat wangi pula sepertinya dia rajin merawat nonoknyamasih dalam keadaan bugil kubimbing dia keranjang kusuruh dia menghisap kembali kontolku yg masih berdiri tegak dari taditak lama cici memberi isyarat untuk meminta nonoknya dimasuki oleh kontolku,dia berdiri menaiki ranjang ku kemudian mengarahkan nonoknya kekontolku dengan posisi w o t dituntunnya kontolku kenonoknya kemudian<br />
“blleeesss..”kontolku telah masuk penuh kedalam nonoknya,digoyangkan pantatnya,lalu menarik tanganku untuk meremas-remas toketnya yg besar kupilin2 pentilnya yg sdh mengeras,kemudian aku bangkit namun kontolku masih tertanam didalam nonoknya cici,kuhisap toketnya lalu kugigit pentilnya<br />
“..oohhh..oohh..eehmm..enak aa jgn dilepas aa..hisap trus aa..aahhh..uuhh..ngewe enak banget…oohhh…aahhh…uuhhh..”cici pun meracau keenakan<br />
“..oohhh..aahhh…teh,,nonoknya enak tehh..peret banget…ahh..”kami terus ngewe sesekali merubah posisi kadang doggy style,aku diatas hingga posisi 69 entah sdh beberapa kali cici orgasme,<br />
aku masih bertahan karena sebelumnya aku mengusapkan beberapa tetes minyak gambir kekontolku yg berkhasiat membuat lama ngewe namun terasa panas disekitar kepala kontolku,rasa panas itu tak kuhiraukan kalah oleh panasnya permainan aku dan cici,menjelang akhir kucepatkan tempo penetrasiku<br />
“..ahhh..oohhh..aku mau keluar teh,,dibuang dimana nih..??”sambil kusodok kontolku dengan cepat dan dalam posisi doggy style pula<br />
“..buang dinonokku aja..aku jg mau keluar lagi..”<br />
“..kita kluarin bareng aj teh..aahh..uuhh..”<br />
“..crooottzz…crrroottttzzz…crrootsss..crottttz z..”nikmatnya eehhmm..”diraihnya kontolku kemudian dijilati oleh cici sampai bersih dari pejuku yg bercampur cairan nonoknya cici dan belepotan disekitar kontolku,<br />
kemudian kami saling membersihkan diri dikamar mandi,sambil menunggu anaknya yg masih tertidur akupun berfoto-foto msh dengan keadaan telanjang memperlihatkan alat kelaminnya masing2,yg nantinya foto akan kuperlihatkan ketemanku sebagai bukti taruhan,namun kubilang ke cici akan kujadikan koleksi pribadi dan cici pun menyetujuinya.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-25483274498388128692015-12-03T00:40:00.001+07:002015-12-03T00:40:41.243+07:00Desahan Nikmat Janda Sombong<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj600XQu3tCHB1Woa-bzrq3MWU_nFn1vRPiFmcN7-0lsBaAwOzHGh02aJzFl8b6b6wraASmYDvUVOsFtrhpeOI3_WUR1rRUNpKxowfKMDGo0NO89yURauGqwHg_HEOO2TOua0zxImo6Kjs/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj600XQu3tCHB1Woa-bzrq3MWU_nFn1vRPiFmcN7-0lsBaAwOzHGh02aJzFl8b6b6wraASmYDvUVOsFtrhpeOI3_WUR1rRUNpKxowfKMDGo0NO89yURauGqwHg_HEOO2TOua0zxImo6Kjs/s320/1.jpg" width="212" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/12/desahan-nikmat-janda-sombong.html">Desahan Nikmat Janda Sombong</a></b>, Udara pagi ini trasa sejuk skali, seakan mnyambut baik datangnya hari Minggu ini. Secerah wajah tante Lastri yg tengah brcengkrama dengan bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh, namun kcantikan wajahnya tak dapat disembunyikan. Aku baru saja selesai mandi dan berniat ngeteh diteras rumah sambil mnghirup udara pagi yang segar. Akan tetapi mataku melihat tante Lastri tengah asyik menikmati keindahhan bunga ditaman depan rumah. Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Lastri nampak serius memperhatikan tanaman itu. ”Pagi tan” sapaku. ”Hmm…” balasnya tanpa berpaling dari rumpunan bunga. ”Mau aku buatin minum nda tan?” tanyaku lagi setengah menawarkan jasa. ”Nda usah!!” jawabnya juga seraya membelakangiku. Aku tak melihat tante Rita, Hendri ataupun Nita pagi ini ”Ach, pada lari pagi kali?” fikirku dalam hati.<br />
<br />
Aku kembali memperhatikan tante Lastri yang membelakangiku. Mulai dari betisnya yang putih mulus meskipun nampak kurus, pahanya yang lebih mulus dari betisnya, bokongnya meskipun terbalut celana pendek, namun terlihat jelas lekukannya. ”Coba dia bisa aku tiduri seperti tante Rita ya?” gumamku dalam hati. Belum habis lamunanku, tiba tiba kulihat tubuh tante Lastri terhuyung lemah ingin tersungkur. Dengan cepat aku meloncat dan memegangi tubuhnya yang nyaris tersungkur itu, meninggalkan sisa lamunan cabulku. Kurangkul tubuhnya yang mulus dan terlihat lemas sekali. “Ga papa kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir, seraya memapah tubuh tante Lastri. “Kepalaku trasa pusing Fad” jawab tante Lastri lemah. “Ya udah, istirahat aja didalam” saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. “Akhirnya aku bisa merangkulmu Lastri” ucapku dalam hati. Ada sejuta kebahagian dihatiku karena mampu merangkul tubuh si angkuh tersebut. Setelah berada didalam rumah, dengan perlahan kududukan tante Lastri disofa ruang tamu. Dengan menarik nafas tante Lastri duduk dan bersandar pada sandaran sofa. Setelah itu aku melangkah meninggalkannya sendiri.<br />
<br />
Tak brapa lama aku kembali dengan segelas air hangat dan menghampiri tante Lastri yang tengah bersandar disandaran sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil menyerahkan gelas berisi air hangat yang kubawa. Tante Lastri pun meminum air hangat yang kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil meletakkan gelas di meja yang ada didepannya. “Kepalanya masih pusing gak tan!?” tanyaku. Tante Lastri hanya menganggukan kepalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku lagi. “E, em” jawab tante Lastri perlahan seakan tengah menahan sakit. Aku pun segera memijat mulai dari kepalanya dengan perlahan lahan, kemudian dahinya yang dia bilang merupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, kenapa tante Fad!?” tanya Nita yang baru saja pulang. “Tadi si tante hampir jatuh, kepalanya pusing Nit!” jawabku. ”Trlalu capek kali!?” ujar Nita sambil melangkah ke dapur. “Dah agak mendingan Fad” jelas tante Lastri dengan mata terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku.<br />
<br />
Terasa hangat dahinya bersamaan dngn rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante Lastri trasa mnusuk kedua lobang hidungku. Membuat aku ingin lebih lama lagi memijat dan dekat dngnnya. “Masuk angin kali tan, dahinya aga anget ne!? ” jelasku, brupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali? “ujarnya pula, seakan mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani lebih jauh. “Mau dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya. “Memang kamu bisa!?” tante Lastri balik brtanya. Membuat hatiku trasa brdebar tak karuan. “Ya bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Lastri brubah fikiran lagi. “Ya udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta tante Lastri. Mmbuat hatiku brdebar makin cepat.<br />
<br />
Dengan perlahanku papah dia mlangkah mnuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku. Setelah brada didalam kamar, kusarankan agar dia istrahat diranjangnya. Tante Lastri pun mrebahkan tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah ada beban berat yg dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan coin untuk mengerik tubuh tante Lastri. Stelah kudapati smua yg kubutuhkan, aku kembali mnghampiri tante Lastri yg tengah menanti.<br />
<br />
Dengan membranikan diri aku memintamya agar dia mlepaskan pakaian yg dipakainya. Dia pun prlahan melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya. Shingga tante Lastri kini hanya mngenakan bra yg brwarna pink dan clana pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat menyaksikan tante Lastri mmbuka bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan hawa nafsuku. Yang memang telah mngendap dibenakku sejak awal, ketika memprhatikan dia ditaman. Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap … ..usap punggung mulus yg mmblakangiku, dngn hati hati sekali. “Tali branya dibuka aja ya tan??” pintaku pnuh haraf sambil trus mngusap dan mengerik punggung bagus dihadapanku. “Iya… ” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya, entah sakit atau geli aku tak tau. Yang pasti tanganku sgera melepaskan kait tali branya, sehingga mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara milik gadis kebanyakan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipfhiG7Np7Htne5O0OvEOxYANqEz3_9Ckx8I4JWZwvHoJUBIwP-fRQR9GD9IwT9wbb7nnscwnXQfHJ_vYfLMNDb4CwDaYUUOz1zL8MjyKrFkMZ8KA-GNuYcCRveP3W8L1_-rwGiOcdPJ0/s1600/61.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipfhiG7Np7Htne5O0OvEOxYANqEz3_9Ckx8I4JWZwvHoJUBIwP-fRQR9GD9IwT9wbb7nnscwnXQfHJ_vYfLMNDb4CwDaYUUOz1zL8MjyKrFkMZ8KA-GNuYcCRveP3W8L1_-rwGiOcdPJ0/s320/61.jpg" width="320" /></a></div>
Setelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari mmbentuk garis dipunggung tante Lastri. Sambil sekali kali mataku melirik kearah payudaranya yg brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak tangannya. Tapi hal trsebut mmbuatku smakin terangsang didorong rasa pnasaran yg tramat. Smentara tante Lastri hanya trdiam sraya mmejamkan matanya yg bulat dan indah. ” Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn mata yg trpejam. Tiba tiba pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita tengah brdiri dimuka pintu. “Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar Nita brpamitan sraya matanya mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante Lastri tanpa brpaling kearahnya.<br />
<br />
Kemudian scara prlahan Nita mnutup pintu kembali dan brlalu pergi. Jari tanganku mulai nakal trhadap tugasnya, jariku trkadang nyelinap dibawah ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat dan padat brisi yg ditutupinya. Tapi tangan tante Lastri terkadang brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan pangkal lengannya. “Jari kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Lastri stengah berbisik seraya mlirik ke arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat sich, tan…” jawabku jujur. Tapi tante Lastri malah melepaskan branya shingga kini payudaranya nampak polos tanpa plindung lagi. Dan langsung menjadi santapan kedua mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku brdebar debar mnyaksikan pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu plototin sampe puas dech!!” ujar tante Lastri tak lagi mnutupit buah dadanya dngn kedua tlapak tangannya lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak dan mmbuat lemas sluruh prsendianku. Kontolku perlahan tapi pasti mulai berdiri tegak mngikuti dorongan hasratku. “Memang dah selesai ngeriknya Fad!?” tegur tante Lastri mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan prkerjaanku yg trtunda sesaat. Hampir seluruh bagian belakang tubuh tante Lastri telah kukerik dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian bokongnya yg luput dari kerikanku karna terhalang dngn clana pendek serta CD yg dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.<br />
<br />
Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku memijati pundaknya. Tante Lastri mnundukan kpalanya, sekali sekali trdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, agar aku mnyudahi pijatanku. Dengan prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku dan sgera mmbrsihkan sisa sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ” Cuci tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Lastri skaligus printah. Akupun branjak pergi kekamar mandi yg memang ada didalam kamar trsebut. Stelah usai mncuci sluruh tanganku hingga bnar bnar bersih. Akupun kembali menghampiri tante Lastri yg tengah telentang diatas ranjang masih dngn keadaan sparuh bugil. Sperti saat aku tinggalkan kekamar mandi. Hingga payudaranya yg bulat dan brisi nampak mmbusung besar didadanya, dngn puting yg brwarna coklat susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin ini kan!?”. “Aku juga mau kok!?” ucap tante Lastri sambil mremas salah satu payudaranya hingga putingnya mnonjol kearahku.<br />
<br />
Akupun mndekat mnghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat kontolku kian brdiri dan mngeras kencang dibalik clanaku. Akupun tak menunggu lebih lama, sgeraku remasi payudaranya yg mnantang. Tante Lastri brgelinjang saat tlapak tanganku mndarat dan meremas kedua payudaranya. ” Achh.., iya Fad trussss ” rintihnya prlahan. Jari jemariku kian liar mremasi sluruh daging bulat yg padat brisi. Jariku juga memainkan putingnya yg mulai mngeras. ” Iya,.., ayo diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Lastri dngn nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati dan mengisapi puting payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Lastri sraya mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg kenyal sperti urat dan mnggemaskan. Smentara tante Lastri smakin mndesah tak karuan. Tangan kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk diantara clana dan CD tante Lastri. Hingga jari jariku trasa mnyentuh rumput halus yg cukup lebat didalamnya.<br />
<br />
Tante Lastri membuka pahanya tak kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg ada ditengah bulu bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Lastri saat tlunjukku brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan tubuhnya penuh gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras hendak kluar dari bahan yg mnutupinya. Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk didalam memek tante Lastri, hingga lobang itu mulai trasa basah dan lembab. Sampai akhirnya tangan tante Lastri menahan gerakan tanganku dan mminta mnyudahinya. “Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Lastri. Akupun menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan putingnya dari mulutku. “Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Lastri sraya bangkit dan mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil dan nampak rumput hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok obok. Akupun mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya. Dengan senyum manis kearahku, tante Lastri mendekat dan brjongkok tepat didepan slangkanganku. “Aouw, gede banget..!!” seru tante Lastri sraya tlapak tangannya mraih kontolku yg telah brdiri dan keras.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcheXjOm-mq5sEazsQH4NnXph9EkckDO5ZbDu_BTOolTA8x5CJRi7UR9xnosF6GEo4PV7yA0UMK7YadlX1y_KeLEdOk_BYEMU9dqzaIWrQBCj7vYvNE8bMyagMFiQmmCdmUJ_42okecjQ/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcheXjOm-mq5sEazsQH4NnXph9EkckDO5ZbDu_BTOolTA8x5CJRi7UR9xnosF6GEo4PV7yA0UMK7YadlX1y_KeLEdOk_BYEMU9dqzaIWrQBCj7vYvNE8bMyagMFiQmmCdmUJ_42okecjQ/s320/11.jpg" width="320" /></a></div>
Dengan tangan kanan dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya. Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat memegangi kpala tante Lastri, mremas serta mngusap usap rambutnya yg ikal sebahu. Smentara tante Lastri smakin liar, sbentar mngulum dan mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku.<br />
<br />
Ternyata dia lebih buas dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat. Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu. Entah brapa lama tante Lastri mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku brgetar dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Lastri mandi dngn air maniku. Tante Lastri sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya.<br />
<br />
Kedua kaki tante Lastri trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang memek yg brwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai mnjelajahi dan mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh” desah tante Lastri saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya. “Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh, aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku. Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk lebih dalam lagi. “Aaaaghh,.., gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Lastri tak karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, kini brpindah pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku. “Aughh…..” suara tante Lastri sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit leherku, ketika ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap tante Lastri lirih. ” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Lastri sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku. Akupun mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Lastri dan bangkit brdiri dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante Lastri agar bangkit dari duduknya.<br />
<br />
Kini aku yg menggantikan posisinya duduk dikursi. Tante Lastri naik keatas pahaku dan tubuhnya menghadap kearahku, hingga tubuh kami saling berhimpitan. Kemudian tante Lastri membimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ” Aagghhsss.. ” rintih kecil tante Lastri ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ” Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Lastri tak karuan jika tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya. ” Aauwww, aku ga tahan ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Lastri sraya mnggerakan bokongnya dngn cepat.<br />
<br />
Akupun membalas reaksinya, dengan melumat lagi payudaranya .”Aaaaaawhhh……..”erang tante Lastri sambil mnekan bokongnya lebih rapat dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan tekanan bokong tante Lastri. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat beberapa saat dngn brcampur peluh masing masing. Stelah cukup lama kami brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg ada. Stelah itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg basah dngn peluh syurga. Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan keangkuhanmu Lastri Gienarsih.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-25256452187693509502015-11-30T04:54:00.001+07:002015-11-30T04:54:40.891+07:00Affair Dengan Iparku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3LC8ZirPc-DqvL1Hlk9iYU0N1Y3gfUUJA7DcopdOTIVodA_BIklHJtMCSWcLsLppgqk0JRKFtspvqP4THg72lJ4Hs1CPwzECUU71MbxJ5VHPJEsyH2aVuojmaxzXet3c50cBnLTXEA0E/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3LC8ZirPc-DqvL1Hlk9iYU0N1Y3gfUUJA7DcopdOTIVodA_BIklHJtMCSWcLsLppgqk0JRKFtspvqP4THg72lJ4Hs1CPwzECUU71MbxJ5VHPJEsyH2aVuojmaxzXet3c50cBnLTXEA0E/s320/2.jpg" width="230" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/11/affair-dengan-iparku.html">Affair Dengan Iparku</a></b>, ini cerita perselingkuhan. Aku biasa dipanggil Adi dan usiaku sekarang 32 tahun. Aku sudah beristri dengan 1 anak usia 2 tahun. Kami bertiga hidup bahagia dalam arti-an kami bertiga saling menyayangi dan mencintai. Namun sebenarnya aku menyimpan rahasia terbesar dalam hidup berumahtangga, terutama rahasia terhadap istriku. Bermula pada saat beberapa tahun yang lalu, ketika aku masih berpacaran dengan istriku. Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu). Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku. Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.<br />
<br />
Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali. Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private. Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara. Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima tidak ikut berbelanja. Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus. “Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan, “Tauk nih..lagi males aja gue..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan, “Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya, “Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).<br />
<br />
Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas; “Di..Adi..”, “Yaa..” sahutku, “Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima. “Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan. “Rese luh..sini temenin gue ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting gue ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya. Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal. “Kebayangkan gue kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini. “Kan gue sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya “Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak. “Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku, “Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.<br />
<br />
Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku. Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.”Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya, “hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7gmJzBQz20bO6SbHi1bjrgNz2LG9UvC6y3DLQZ7em3lXTUMrljgrk9C64FvXk2phYGqulrB-Yth81x0gU3kUmRc5G6EJ-ccW3jrPWiseJF_FQj0SxYbyPCEmF83OwyOFZtAo3xGYrcVk/s1600/58.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7gmJzBQz20bO6SbHi1bjrgNz2LG9UvC6y3DLQZ7em3lXTUMrljgrk9C64FvXk2phYGqulrB-Yth81x0gU3kUmRc5G6EJ-ccW3jrPWiseJF_FQj0SxYbyPCEmF83OwyOFZtAo3xGYrcVk/s320/58.jpg" width="266" /></a></div>
Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya. Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya. “Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya. “Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. “Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.<br />
<br />
Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya. Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya. Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang. Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang. Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.<br />
<br />
Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah. Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan “Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..” rintih dan desahannya berkali-kali. Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai, sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.<br />
<br />
Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut. “Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya. Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping “malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku. Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.<br />
<br />
Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya, “Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya “Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya. “Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.<br />
<br />
Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat. “Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi.. suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ima mengejang-ngejang “Aahh..aahh..dhhii..oohh..eena k adhii..aahh..Anto nggak pernah mau begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya “Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa ampun “Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDJ5c85b3kRMXoZFvPvjQ0nWWdTfB4olaQS58RrfVOgNXIunTWZ2xboSFQ-Wavvq9bV1gTn4SmuWQePGr6k_6TmktTJnIyedSxUmXWonRaOx8r29rBTgZlbY-dOMBa8-5WMAoqWANTNsE/s1600/64.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="243" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDJ5c85b3kRMXoZFvPvjQ0nWWdTfB4olaQS58RrfVOgNXIunTWZ2xboSFQ-Wavvq9bV1gTn4SmuWQePGr6k_6TmktTJnIyedSxUmXWonRaOx8r29rBTgZlbY-dOMBa8-5WMAoqWANTNsE/s320/64.jpg" width="320" /></a></div>
Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya. Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah “Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouu hh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan menghisap “Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima berteriak-teriak mencapai klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali “serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat “Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya, “Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.<br />
<br />
Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku “Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya, “Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku, “Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal, “Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus “Sshh.. aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. “Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.<br />
<br />
Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam mulutnya. Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus .. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali, aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”. Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku, “Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku, dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan. “Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit gue oral kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut gue.” katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.<br />
<br />
Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan. Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu. Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku, “Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras “Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya “Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab, “Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.<br />
<br />
Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down “Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya “Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak. Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku. “Slepp..” baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak “Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks “Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali berteriak “Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk. Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama “Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMGAclmHd5Iz8wq815STh3-WZVNMc7wBov1RXKB9JfUiqPM48tx7CoOH8J5YebwKfduHlqMEWR1h9T23MtFxDyJvGJvwOb3YSWbf_YmlhEV2FfsI7_did92CYaHcmDZxhdNdN7AoMu6AE/s1600/17.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMGAclmHd5Iz8wq815STh3-WZVNMc7wBov1RXKB9JfUiqPM48tx7CoOH8J5YebwKfduHlqMEWR1h9T23MtFxDyJvGJvwOb3YSWbf_YmlhEV2FfsI7_did92CYaHcmDZxhdNdN7AoMu6AE/s320/17.jpg" width="320" /></a></div>
Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku. Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya “Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku. Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua, “Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar, “Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan “Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.<br />
<br />
Kami terdiam sesaat, kemudian “Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku, “Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya “Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa. Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat. Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.<br />
<br />
Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran nggak sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”. Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya. “Hemhh..sshh..aahh..enghh. .” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya. Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku. “Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah. Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang “Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal “Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas “Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya “Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh..” “Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama, “Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..” “Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.<br />
<br />
Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat. Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan klimaksnya. “Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum “Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur. Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..” tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu. “Sleepp..” “Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.<br />
<br />
Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh “Aahh…. oohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?” tanyaku “He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya “Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.<br />
<br />
Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap “Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas. Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh. “Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Ima menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Q8dzwRrrKCPtISO_jLEYlk7aamS3QkAiUGivv-JpO37VLl4NnJIBYxlzIAnF8OFn9-SlThug_vcJOLZ8EVWZJcwJeFycJE5wij24h9awGK4wdpw45VH07VoJySNrsv3TI6i6Ha7g7RM/s1600/18.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Q8dzwRrrKCPtISO_jLEYlk7aamS3QkAiUGivv-JpO37VLl4NnJIBYxlzIAnF8OFn9-SlThug_vcJOLZ8EVWZJcwJeFycJE5wij24h9awGK4wdpw45VH07VoJySNrsv3TI6i6Ha7g7RM/s320/18.jpg" width="320" /></a></div>
Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya. Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..” “Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima. “Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya “Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan, “Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam liang vagina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.<br />
<br />
Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.<br />
<br />
Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya. “Adi.. kamu hebat banget, gue sampai puas banget sore ini, klimaks yang gue rasakan beberapa kali belum pernah gue alamin sebelumnya, hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri. Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra. Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku “Adi..kalo gue telpon, kamu mau dateng untuk temenin gue ya sayang..” “Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua bersama Ima.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/">http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-15461988451642703032015-11-24T01:01:00.001+07:002015-11-24T01:03:16.888+07:00Nurlela PRT Bahenol<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3DYeatwEP9ZomwzOdGw57BsHJdJ2HSqDRwt7iC2iG7FCfUhj8DImspHLd96YrED7_lXJA4nRJrfaYR9vcuBRFQCfmwcFn_0JNjlnwGkZfsWBf9CxAhIhAKnq0QVS8izMd7LPWGHvfw3g/s1600/79.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3DYeatwEP9ZomwzOdGw57BsHJdJ2HSqDRwt7iC2iG7FCfUhj8DImspHLd96YrED7_lXJA4nRJrfaYR9vcuBRFQCfmwcFn_0JNjlnwGkZfsWBf9CxAhIhAKnq0QVS8izMd7LPWGHvfw3g/s320/79.jpg" width="192" /></a></div>
<b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/11/nurlela-prt-bahenol.html">Nurlela PRT Bahenol</a></b> – Aku tinggal di sebuah perumahan di kawasan Serpong. Awalnya sih berdua dengan PRT yang aku bawa dari rumah orang tuaku, namun belakangan ibuku minta supaya PRT itu kembali ke rumahnya karena PRT yang lama mendadak mudik dan tak pernah kembali lagi. Sebagai anak, aku sih ikhlas aja, walaupun cukup repot mengurus rumah tanpa pembantu.<br />
<br />
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari PRT, dan dari seorang tukang jamu keliling, aku dikenalkan dengan seorang tukang jamu gendong yang ingin pensiun jualan jamu karena capek katanya dan memilih menjadi PRT, asal digaji minimal 750 ribu.<br />
<br />
Pada hari Sabtu datanglah calon PRT itu, namanya Nurlela, umurnya sekitar 30 tahun, kabarnya dia janda dengan 1 anak. Wanita itu datang sendiri saja, mengenakan kaos dan celana panjang yang cukup ketat sehingga menonjolkan bagian tubuhnya, terutama bagian dada dan pantatnya. Wajahnya sih biasa saja, tipe orang Jawa yang kalem dan pemalu.<br />
Sekilas aku sih oke saja, yang penting ada orang yang bisa bantu-bantu di rumah. Singkat cerita, Nurlela mulai bekerja di rumahku.<br />
<br />
Seminggu berlalu, aku mulai memperhatikan dan tertarik dengan bentuk tubuh Nurlela yang aduhay itu. Apalagi saat dia mengepel lantai, belahan dadanya yang besar begitu menggoda dan lenggokan pantatnya yang bahenol seakan menantangku untuk menjamahnya. Maka dengan sengaja suatu waktu aku menyempatkan diri melihat jemuran underwear Nurlela sekedar untuk tahu bahwa ukuran branya adalah 36C, wuihhh… bikin ngiler aja.<br />
Gairahku pada Nurlela semakin menjadi tatkala pada suatu sore ketika aku pulang kerja dia sedang mandi dan mungkin karena biasanya aku tidak pernah pulang sore, maka dia tidak menutup pintu kamar mandi. Nurlela sama sekali tak menyadari bahwa aku sudah pulang karena mobilku memang aku tinggal di kantor.<br />
<br />
Jantungku berdetak kencang menyadari bahwa aku punya peluang melihat tubuh Nurlela bugil, dan memang, tatkala aku melewati pintu kamar mandi, dengan jelas kulihat tubuh bugil Nurlela yang membuat kejantananku berkobar. Bodynya benar-benar bahenol dan padat. Payudaranya yang besar tampak masih sangat kencang dan demikian pula dengan pantatnya yang besar. Ingin rasanya aku melabrak masuk ke kamar mandi dan menerkam tubuh bahenol itu, namun aku cukup bersabar. Aku takut dia teriak dan malah jadi berabe.<br />
<br />
Malam harinya, aku memanggilnya untuk mengobrol.<br />
“Mbak Nur, katanya punya anak ya? Umur berapa”, tanyaku.<br />
“Iya Mas, baru umur 3 tahun, tingga di kampung sama neneknya”, jawabnya.<br />
“Wah, masih kecil ya, pasti masih butuh susu”, celotehku nakal sambil melirik buah dadanya yang super itu.<br />
“Iya Mas, makanya saya kerja di sini, semua buat anak saya”, jawab Nurlela lugu tanpa sadar mataku dengan nakal memandangi buah melonnya penuh nafsu.<br />
“Kamu kan saya gaji 750 ribu, mau enggak saya tambahin 250 ribu untuk uang susu anak kamu?”, sebuah pertanyaan yang mengundang tanda tanya.<br />
“Wahh… kalau memang boleh sih, tentu mau Mas”, wajah kemayu Nurlela semeringah.<br />
Dia tak sadar bahwa tawaranku pasti “ada udang di balik kutang”.<br />
“Saya siap, ini uangnya”, kataku sambil menunjukkan uang 100 ribuan sebanyak sepuluh lembar.<br />
“Besok kamu kan gajian, saya bisa kasih 1 juta, hanya ada syaratnya”, aku mulai tak kuasa menahan diri.<br />
“Syarat apa Mas?”, tanya Nurlela yang mulai agak sadar pada maksudku.<br />
“Hmmm… saya kasih uang susu buat anak Mbak, tapi saya minta susu dari Mbak”, aku langsung menembak.<br />
“Ihhh… Mas nakal sih”, Nurlela tampak malu, wajahnya menunduk. Kesempatanku meraba tubuhnya.<br />
“Ihhh… jangan Mas…”, ia tampak sangat jengah dan berusahan menolak tanganku.<br />
Tapi aku sudah sangat paham bahasa tubuh wanita yang benar2x menolak dengan tolakan yang basa-basi. Jelas tolakan Nurlela adalah basai-basi. Mana mungkin dia menolak diriku, seorang pria mapan yang usianya lebih muda darinya, dan menjanjikan tambahan uang baginya. Sementara dia adalah seorang janda yang tentu saja haus belaian dan butuh uang.<br />
“Ini uangnya, simpan sana”, kataku seraya menyerahkan uang satu juta pada Nurlela,”Tapi kembali lagi ke sini ya, saya mau minum susu”.<br />
“Ihh…. Mas…”, Nurlela masih malu, namun uang itu segera disambarnya dan dengan muka masih tersenyum wanita bahenol itu masuk ke kamarnya.<br />
Aku tak perlu menunggu lama, wanita itu kembali lagi dengan wajah masih malu-malu.<br />
“Sini… duduk dekat saya”, ajakku.<br />
Nurlela merapatkan tubuhnya di sampingku. Aku yang sudah birahi langsung meletakkan tanganku di atas buah dadanya.<br />
“Besar sekali susunya Mbak… boleh saya buka ya..”pintaku. Tanpa menunggu jawaban dari Nurlela, tanganku sudah meremas payudaranya yang besar itu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOU0kFfZBV_s1JO42VRFJ1tFzqlcqCX20r9ZKjWQrcejy2FFkMNM0AWagfxSG9Qnx3f2Mo3o3Nb-_SGl8Muo3T9V0hiYVlPpCA4UjSWaP5y9qUGWEDpExNRfvHkHaGajVpdMJwArHOdp4/s1600/76.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOU0kFfZBV_s1JO42VRFJ1tFzqlcqCX20r9ZKjWQrcejy2FFkMNM0AWagfxSG9Qnx3f2Mo3o3Nb-_SGl8Muo3T9V0hiYVlPpCA4UjSWaP5y9qUGWEDpExNRfvHkHaGajVpdMJwArHOdp4/s320/76.jpg" width="320" /></a></div>
Nurlela yang sudah lama menjanda itu tentu saja seperti orang haus yang diberi segelas air dingin. Wanita desa itu dengan wajah pasrah bercampur harap menyerahkan tubuh montoknya padaku. Daster batik yang dikenakannya dalam sekejap sudah terpapar di lantai. Tubuh montoknya hanya dibungkus bra dan cd murahan yang sudah tipis dan kendor. Buah dadanya dengan sombong menyembulkan puting susu coklat ditepi bra kendornya itu, sementara warna hitam jembutnya terbayang di calik CD tipisnya yang sudah usang.<br />
Aku merogoh dompetku dan memberikan dua lembar uang ratusan ribu pada Nurlela.<br />
“Mbak Nur, ini saya kasih tambahan, buat beli celana dalam dan beha baru ya… hi3x….”, candaku sambil menyerahkan uang itu pada Nurlela.<br />
“Wah… makasih banyak Mas…”, katanya malu”, iya nih udah pada jelek, buka aja ya…”<br />
Dalam sekejap tangan-tangan Nurlela melepas bra dan cdnya sehingga tubuh montoknya berbugil ria dihadapanku.<br />
<br />
Aku segera menyerbunya. Kupeluk, kuraba dan kuremas-remas seluruh lekuk tubuhnya. Tanganku seakan tak bosan-bosan meremas-remas buah dadanya yang sebesar pepaya itu, juga bongkah pantatnya yang besar.<br />
“Ihh…. isep terus Maas…”, jerit Nurlela kegirangan tatkala puting susunya kuhisap dan kukulum-kulum.<br />
“Yang satunya dong… iseppp… yang kenceng…”, pintanya ketagihan.<br />
Sambil menghisap puting yang satu, tanganku yang lain memainkan puting buah dada sebelahnya dan tanganku lainnya asyik meremas-remas pantatnya sampai daerah selangkangan.<br />
“Aduhhhh Masss….enak banget… memek saya udah basahhhh…”,Nurlela terus menjerit dan mendesah.<br />
<br />
Sadar bahwa Nurlela bakalan orgasme duluan karena sudah lama dia tidak disentuh laki-laki, aku justru meraba-raba vaginanya dan kudapati kalau liang senggamanya memang sudah becek.<br />
Sambil terus mengulum puting susu, tanganku sibuk memijat klitoris Nurlela sehingga wanita itu makin melejat-lejat dibakar birahi dan akhirnya meledak tatkala jariku menelusup masuk liang vaginanya.<br />
“Aduhhhh… gak tahan Mas…. saya puassss….”, jeritnya”, Ohhhh…. enak bangetttt”.<br />
Tubuh montok itu menggelinjang menikmati rasa orgasme yang sudah lama tidak dirasakannya.<br />
“ohh… maaf ya Mas…”, katanya merasa tidak enak padaku.<br />
“Enggak apa, yang penting masih bisa dipakai kan?” candaku.<br />
“Masih dong Mas… habis Mas belum buka baju sih, mana kontolnya Mas…”, pintanya jorok sambil berupaya menelanjangiku.<br />
Dengan cekatan dia membuka celana panjangku dan sekaligus celana dalamku.<br />
“Woow… gede juga nih kontolnya…”, puji Nurlela.<br />
“Emut dong… jilatin kontol saya”, pintaku dan segera diiyakan oleh Nurlela.<br />
Tanpa canggung lagi, Nurlela memasukkan penisku ke mulutnya dan disedot-sedot penuh nafsu.<br />
“Mbak…. saya mau keluar di memek aja”, pintaku”, ayo dong nungging”.<br />
Nurlela yang kini menjadi budak seksku tentu menuruti semua kataku. Dia menungging dan menghadapkan pantat bahenolnya padaku, membuatku semakin bernafsu menyerang vaginanya dari belakang.<br />
<br />
Tak sulit memasuki vagina wanita anak satu yang sudah becek ini, penisku dengan penuh semangat memompa vaginanya, maju mundur, keluar masuk.<br />
“Entot terusss…. ohhh… enak banget…”, jerit Nurlela keenakan.<br />
Setiap erangan dan kata jorok dari mulutnya justru menambah panas birahiku. Sampai saatnya aku mengocok dengan cepat vaginanya.<br />
“Sebentar lagi saya keluar ya….keluarin di dalama aja ya…”, pintaku.<br />
“Iya Mas… silahkan… ayo…. saya juga mau puas lagi nih…”, jerit Nurlela.<br />
Ternyata Nurlela orgasme lebih dahulu dan lejatan dinding vaginanya mendorong penisku juga menyemprotkan sperma hangat ke rahimnya.<br />
“Okkhhhh…. asyiikkk… saya semprot ya…” seruku.<br />
“Iyaa….. semprot Mas… memek saya endut-endutan…”jawab Nurlela.<br />
Sesaat sesudah orgasme nan nikmat itu kami berpelukan dan dengan refleks aku mencium bibirnya.<br />
“Terima kasih ya…”, kataku. Nurlela sangat terkejut bercampur senang dengan ciumanku itu.<br />
“Saya… saya yang terima kasih Mas…” serunya dengan wajah mesum,”Kapanpun Mas mau… saya siap”.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0sJ23bMVBvk6crLB8p-305_ZueY-m-jZFNeR75YMdRBO1LHKvb36mEuWN88jKXyuKd5sLeGAVedGzKm78q2DdPNgeMd_Sq1HPCso1Yxv77NDS35EPc9FqGWdfA2JZmDZiMbGXg_ZU6UA/s1600/Qing_Chu_3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0sJ23bMVBvk6crLB8p-305_ZueY-m-jZFNeR75YMdRBO1LHKvb36mEuWN88jKXyuKd5sLeGAVedGzKm78q2DdPNgeMd_Sq1HPCso1Yxv77NDS35EPc9FqGWdfA2JZmDZiMbGXg_ZU6UA/s320/Qing_Chu_3.jpg" width="213" /></a></div>
Aku pergi meninggalkan tubuh Nurlela yang telanjang dan masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan pergi tidur. Pagi harinya, ketika bangun aku langsung mencari Nurlela yang sedang masak sarapan di dapur dan aku langsung menubruknya.<br />
“Mbak… lagi yuukk…”, seruku penuh nafsu menyadari Nurlela sudah mandi.<br />
“Hi3x… saya tahu Mas pasti pingin lagi, saya gak pake daleman nih…”, serunya.<br />
Aku terkejut dan senang meraba dadanya yang no bra itu dan juga mengangkat dasternya menemukan selangkangan berbulu lebat yang tak dibungkus CD.<br />
Dalam sekejap, adegan seks kami berlangsung seru dan berakhir 1-1 dengan posisi doggy style di pinggir meja dapur.<br />
<br />
Sejak saat itu Nurlela bekerja ganda, sebagai PRT dan juga budak seksku. Kapanpun aku mau, dia menyediakan tubuh montoknya. Akupun tanpa perhitungan mengeluarkan uang untuk memelihara aset Nurlela. Setiap bulan aku memberikan uang khusus untuk ke salon, biaya lulur dan spa vagina, sehingga mekipun PRT, tapi kulitnya halus dan vaginanya wangi. Hmmm…<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-48127368152425358602015-11-22T02:39:00.000+07:002015-11-22T02:39:00.647+07:00Mufidah, Ibu Rumah Tangga Cantik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi11B4yg7pf2VADNGmzxii7yXDKpXxnUtlyICXCn8nQAkI2CjnLJGrQ1xlc-T452ZkZDnV1qWZLs_T_7YJ-13TgU-zL23W7KeC7XbIi76zJvwx3Ljua3FcYQ2aJbsoTUzxxPE4bqXb5cY8/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi11B4yg7pf2VADNGmzxii7yXDKpXxnUtlyICXCn8nQAkI2CjnLJGrQ1xlc-T452ZkZDnV1qWZLs_T_7YJ-13TgU-zL23W7KeC7XbIi76zJvwx3Ljua3FcYQ2aJbsoTUzxxPE4bqXb5cY8/s320/3.jpg" width="212" /></a></div>
<span style="background-color: white; border: 0px none; color: #333333; font-family: 'Droid Sans', Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: none; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;"><b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/11/mufidah-ibu-rumah-tangga-cantik.html">Mufidah, Ibu Rumah Tangga Cantik</a></b>, </span><span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 31 tahun. Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul, wanita ini telah dikaruniai dua anak yang masing-masing berusia 3 tahun dan 5 tahun. Selain kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, wanita yang selalu mengenakan jilbab ini juga cukup aktif di partai, demikian juga suaminya. Jilbab lebar serta jubah panjang serta kaus kaki sebagai cirinya ada padanya apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya, sehingga mengesankan kealiman Mufidah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Sore ini, ibu muda yang alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya, sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas maghrib. Dengan jilbab putih serta jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru serta kaus kaki berwarna krem, Mufidah menemui tamu suaminya itu bernama Hendri. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis. Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Hendri.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Sebetulnya Mufidah kurang menyukai laki-laki bernama Hendri itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat sehingga dia lebih suka menghindar jika Hendri datang bertamu. Namun kali ini, Mufidah harus menemuinya karena Hendri ini adalah rekan suaminya, terpaksa Mufidah bersikap ramah kepadanya. Memang tidak mungkin untuk menyuruh Hendri kembali, ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini karena jauhnya rumah tamu suaminya ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Akhirnya Mufidah mempersilahkan Hendri untuk menunggu di ruang tamu sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut. Sore ini, suasana rumah Mufidah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang maghrib nanti. Di dapur, Mufidah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya ketika tanpa disadarinya, laki-laki yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Mufidah. Mufidah terpekik kaget, ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang. Wanita berjilbab lebar ini sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Hendri tamu suaminya yang tengah dibikinkan minuman olehnya. Mufidah berupaya meronta namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini. Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Mufidah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Maaf, Mbak Mufidah. Mbak Mufidah begitu cantik dan menggairahkan, aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak atau belati ini akan merusak wajah ayu yang cantik ini”. desis Hendri membuat Mufidah tak berkutik.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Kilatan belati yang dibawa Hendri membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Mufidah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan. Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Hendri itu menyusup ke balik jilbab lebarnya meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup jubah dan?.. Lantas salah satu tangan Hendri lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Jangaan.. dik Hendrii..”desah Mufidah dengan gemetaran.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ShHi1keRasnHXFA1J3ZUXmCNDngRA7zTbxZEBs5Jbet8wLZMxbIucxQqS0QVIm5G7j3Nu3D4I-Ir8RymfQHn3DYWnfSWlzhnQCmwPRVDc3rhPoIvIfPXfNJxv4hhyphenhyphen5ryBxOoPLojAAE/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ShHi1keRasnHXFA1J3ZUXmCNDngRA7zTbxZEBs5Jbet8wLZMxbIucxQqS0QVIm5G7j3Nu3D4I-Ir8RymfQHn3DYWnfSWlzhnQCmwPRVDc3rhPoIvIfPXfNJxv4hhyphenhyphen5ryBxOoPLojAAE/s320/5.jpg" width="212" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Namun laki-laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 31 tahun ini. Mufidah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Jangaan.. dik Hendrii…. sebentar lagi anak-anakku pulang..” desah Mufidah masih dengan wajah ketakutan dan gelisah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Hendri terpengaruh dengan kata-kata Mufidah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut dan memang selama sering bertamu di rumah ini Hendri mengetahui tak lama lagi kedua anak wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji. Laki-laki ini mengumpat pelan sebelum kemudian, Hendri berlutut di belakang Mufidah. Mufidah menggigil dengan tubuh mengejang ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya, Hendri menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang. Sementara Hendri justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat kini ditelanjanginya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pertama kali Hendri melihat Mufidah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih keturunan ningrat ini walaupun sebenarnya Hendri juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Mufidah wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Mufidah adalah istri temannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Hendri semakin terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini, bahkan walaupun Mufidah memakai pakaian jubah panjang dan jilbab yang lebar, Hendri dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan pantatnya yang bulat indah bahenol. Muka Mufidah merah padam ketika diliriknya, mata Hendri masih melotot melihat tubuh Mufidah yang setengah telanjang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah ditarik turun oleh Hendri, sehingga wanita alim ini tidak lagi memakai celana dalam. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Hendri. Belahan pantat Mufidah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mbak Mufidah.. Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat memekmu…” kata Hendri masih sambil jongkok seraya menahan birahinya karena melihat bagian kehormatan istri rekannya yang cantik ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Wanita itu menyerah total, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya, meski tak lebat namun terlihat rapi. Hendri kagum melihat kemaluan Mufidah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Jangaan.. diik.. hentikaaan… anak-anakku sebentar lagi pulang” pinta Mufidah dengan suara bergetar menahan malu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Namun Hendri seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat istri Mufidah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Mufidah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh dik jajajangan?”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dengan bernafsu Hendri menguakkan bibir kemaluan Mufidah yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 31 tahun ini tak kuasa menahan erangannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh yeah? Aaaagggh!”, ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan menit-menit selanjutnya Mufidah semakin mengerang berkelojotan oleh kenikmatan birahi ketika Hendri seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Mufidah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh mas Syamsul suaminya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Hmmm…, memekmu enak?. Mbak Mufidah….” kata Hendrii sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini, dan tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Mufidah sambil berbisik ke telinga ibu muda itu?.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mbak saya entotin ya, saya mau mbak merasakan hangatnya penisku”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aihhhh… eungghhhh…. jangan.. ampun” Mufidah mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar, panjang dan panas mulai menusuk kemaluannya melalui belakang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat Mufidah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Hendri menghujamkan batang penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mmmfff.. oh oh. enak juga ngentot sama Mbak?.” tanpa melepas bajunya ibu muda itu, Hendri menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang, Hendri sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah dapat merasakan penis Hendri yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Mufidah, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita kader salah satu partai yang alim ini menggigit bibirnya disertai desahan nikmatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya. Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah nikmat, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik jubahnya, lalu memilin-milin puting susunya yang peka…</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC1_yBNAhw7lz9bjzx_YF5NxtKnLcEbOigvt-fJrjblmwfZztLaIi6MmBM6Y1HZqTsF5DO35ZttBlsi2wJKh6t5g05tY0Il5_4fxxnvjpkANPr7ZO8V-E4A92C_khUnEJYP2nQ09brlSY/s1600/15.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC1_yBNAhw7lz9bjzx_YF5NxtKnLcEbOigvt-fJrjblmwfZztLaIi6MmBM6Y1HZqTsF5DO35ZttBlsi2wJKh6t5g05tY0Il5_4fxxnvjpkANPr7ZO8V-E4A92C_khUnEJYP2nQ09brlSY/s320/15.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ayo Mbak Mufidah…. ahhhh… jangan bohongi dirimu sendiri… nikmati… ahh…. nikmati saja….” Hendri terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit vagina ibu muda yang alim ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa malu. Tapi ia tak mampu. Mufidah mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau…</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh besar sekali punyamu dik hendri, sakiiiit… Oooh ampuuun yeah ampuuun dik”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Hendri dengan gencar mengocok penisnya didalam vagina yang mulai basah sambil berbisik pada ibu muda itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mana yang enak kontolku dengan punya mas Syamsul mbak?”, Mufidah mulai meracau kembali seraya mengerang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh enak punyamu dik, besar dan panjang aduh dik ngilu oh mmmf Aaaagghh..” dan akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya walaupun 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan mas Syamsul belum pernah Mufidah mendapatkan orgasme sedahsyat ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tubuh Mufidah langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya selangkah lagi akan sampai ke puncak. Hendri masih terus mengaduk vaginanya dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang Hendri menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini. Kedua tangannya mencengkeram payudara Mufidah yang padat dan montok dengan kuat diremasnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam vaginanya disembur cairan hangat mani dari penis Hendri yang terasa banyak membanjiri liangnya. Mufidah kembali merintih mirip suara anak kucing, saat dengan perlahan Hendri menarik keluar penisnya yang lunglai.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita ini. Mufidah tersadar dan terisak dengan tangan bertumpu pada meja dapur.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Sudah, Mbak Mufidah nggak usah nangis! Toh mbak Mufidah ikut menikmati juga, jangan ceritakan pada siapa-siapa kalau tidak mau nama baik suamimu tercemar dengan perselingkuhan kita!!” kata-kata Hendri dengan nada tekanan keras sambil membenahi celananya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah diam saja, harga dirinya sebagai seorang istri dan wanita hancur. Wanita itu baru merapikan pakaiannya yang awut-awutan ketika, dilihatnya Hendri telah pergi dari dapur dan beberapa saat kemudian tanpa berpamitan, terdengar suara mobil Hendri berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Mufida terisak menyesali nasib yang menimpanya,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Namun dia juga merasa malu betapa dia ikut menikmati juga ketika tamu suaminya itu menyetubuhinya sambil berdiri dari arah belakang tubuhnya dengan posisi menungging, Mufidah belum pernah melakukan hubungan intim bersama suaminya dengan posisi demikian itu, namun segera air mata yang menghiasi wajahnya buru-buru dihapusnya saat didengar suara kedua anaknya pulang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan sejak peristiwa perkosaan itu, ketika ia melakukan hubungan kelamin dengan suaminya Mufidah sudah tak bisa merasakan nikmat lagi saat ia melayani suaminya. Mufidah merasakan penis suaminya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan punya Hendri yang besar panjang, dan bayangan saat ia diperkosa oleh Hendri membuat dirinya menuntut sesuatu yang dapat memberikan gelombang kenikmatan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ia ingin suaminya bisa seperkasa Hendri yang bisa melambungkan sukmanya saat mencapai puncak kenikmatan. Rasa menyesal saat diperkosa dan gejolak syahwat berkecamuk dalam batinnya membuat ibu muda itu merindukan kejantanan milik lelaki seperti Hendri, namun semuanya ia pendam sendiri seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa bila berada didepan suaminya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dua minggu setelah peristiwa itu Mufidah menerima telepon dari Hendri saat suaminya keluar kota.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Halo mbak! Mas Syamsul pergi ke Semarang ya? Saya mau bertamu ke rumah bolehkan?”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Brengsek kamu dik Hendri!” jawab Mufidah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Lho koq mbak marah. Mbak menikmati juga kejantananku saat itu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrNtPkZpoibeplD8qqeVtg2fLXgFlRaIq44ym1X14Sh7eij6C19pKTOT-3W8DZT9IcT9e0iecYq3d11EfHtEKc31pYCOgIjYWI47KG3ytyKxhVRqbedvmJ1L6IOqq209ub_LKHgjVkyY8/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrNtPkZpoibeplD8qqeVtg2fLXgFlRaIq44ym1X14Sh7eij6C19pKTOT-3W8DZT9IcT9e0iecYq3d11EfHtEKc31pYCOgIjYWI47KG3ytyKxhVRqbedvmJ1L6IOqq209ub_LKHgjVkyY8/s320/4.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Lalu Mufidah memutuskan hubungan telepon, dengan tubuh gemetar dan perasaan tak menentu ia masuk ke dalam kamar, ia khawatir Hendri pasti akan datang bertamu siang ini disaat anak-anaknya berada disekolah dan suaminya tak ada dirumah. Hatinya berkecamuk antara menerima kunjungan Hendri atau tidak, namun gejolak nafsunya menuntut sesuatu yang tak pernah didapatkan dari suaminya. Tiba-tiba ketukkan pintu terdengar olehnya dan dengan gugup ia keluar dari kamar, langkahnya sedikit gemetar saat menuju pintu rumah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ketika ia membuka pintu tampak seringai Hendri dengan sorot mata penuh nafsu saat menatap dirinya. Tanpa basa basi lagi Hendri langsung mengunci pintu rumahnya, dan Hendri telah mempunyai rencana agar isteri sahabatnya yang cantik ini akan selalu ketagihan dengan batang kejantanannya, dan Hendri akan menunjukkan bagaimana memberikan kepuasan dalam permainan seks pada isteri sahabatnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Saat Hendri mendekati tubuh wanita cantik ini kian gemetar dan dengan buasnya Hendri menciumi leher jenjang isteri sahabatnya, tubuh ibu muda itu mengejang ketika dengan sedikit kasar Hendri meremas-remas pantatnya dan kekasaran itu membuat gejolak nafsu Mufidah menggelegak hingga lupa akan segala-galanya. Matanya terbelalak saat dengan cepatnya Hendri sudah dalam keadaan telanjang dihadapannya, penisnya yang besar panjang mulai membesar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan dengan kasar Hendri melucuti pakaian Mufidah hingga keduanya sama-sama telanjang yang tinggal hanya jilbabnya yang belum terlepas, karena Hendri akan lebih bergairah jika isteri sahabatnya saat digarap masih memakai jilbab. Kemudian Hendri mendudukkan ibu muda itu di sofa, lalu disorongkan penisnya ke wajah Mufidah dan digesekan ke hidung perempuan itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ayo mbak cium dan jilati ini penis yang pernah memberikan kenikmatan ayo ayo!.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Saat itu Mufidah serasa akan muntah karena ia belum pernah mencium penis Hendri sedang penis suaminya belum pernah Mufidah menjilatinya, dan ini penis orang lain. Namun kali ini ia dengan terpaksa melakukan itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Pegang ya mbak, dan gesek-gesek dipipi, nah begitu cium mbak terus-terus cium.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Aroma batang penis itu mulai merangsang Mufidah dan tanpa sadar ia mulai menjilati penis Hendri dengan nafsu yang menggelegak dan ia merasakan sensasi baru memacu gairahnya, ia mulai merasakan penis itu kian membesar dalam mulutnya hingga mulutnya tak sanggup lagi untuk mengulum batang penis lelaki itu. Mufidah sudah bukan Mufidah yang dulu lagi sejak ia mengenal batang penis lelaki yang besar panjang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mmmmfff… mmmf”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh oh yeah enak juga ngentot mulut mbak, ternyata mbak suka isep kontol ya?”, dan kata-kata kotor Hendri ditelinganya serasa indah terdengar dan nafsu Mufidah kian membuncah keubun-ubun.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Dik Hendri puaskanlah mbak.. bawalah mbak masuk ke kamar oh dik cepatan.. setubuhi mbak seperti tempo hari.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aaaagggh.. Ouuuh”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Lalu Hendri membopong tubuh molek isteri sahabatnya naik ke ranjang, dan dengan buas Hendri menindihnya, dan ibu muda itu berkelojotan saat mulut Hendri mengulum putting susu yang masih segar dan jari-jari Hendri merogoh liang vaginanya. Mufidah kian mengejang?.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“?Ooooh mmmf ampun Dik Hendri jangan… jangaaan mempermainkan mbak oh yeah mmf… Ayo dik Hendri berilah mbak nikmat kejantananmu aampun…”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“He… heee sabar dong mbak, aku juga suka dengan memek mbak yang sempit ini, aku suka jilatin memekmu, mana yang enak punyaku dengan punya mas Syamsul mbak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“?Enak punyamu dik.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mana yang besar dan panjang punyaku sama punya mas Syamsul”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh dik tolong dik cepat. Bbbbbesar pppppunya muuu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Lalu dengan gemasnya Hendri menggigit kecil payudara indah milik Mufidah seraya batang penis besar itu menerobos masuk keliangnya yang sempit, walau ia sudah melahirkan anak dua namun serasa sempit buat ukuran penis besar Hendri. Mata ibu muda itu terbeliak keatas saat penis besar itu kandas didasar rahimnya dan kenikmatan seperti itu belum pernah ia dapatkan dari suaminya dan sekarang ia dapat merasakan dari penis orang lain selain suaminya, tubuhnya menggeletar hebat ketika dengan irama lambat dan terkadang cepat ayunan batang penis Hendri keluar masuk vaginanya. Kenikmatan demi kenikmatan serasa sampai ke ubun-ubunnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooh oh yeh enak eeeeeenak kontol besarmu dik Hendriiiiiiii oh ampun.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ia meracau tanpa sadar saking kenikmatan itu mendera dirinya. Mufidah bagaikan kuda betina liar saat dipacu oleh lelaki sahabat suaminya, ia melenguh seperti sapi disembelih karena nikmatnya, ia menangis dan menyesal karena selama ini ia telah tertipu oleh suaminya bahwa kenikmatan itu bisa ia dapatkan asalkan mas Syamsul tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan kepadanya, dan ternyata suaminya adalah suami yang tidak mempunyai pengetahuan tentang urusan seks, itu yang membuat ia menangis, serta menyesal, terhina dan marah pada diri sendiri. Maka bagaikan banteng betina yang terluka ia pacu nafsu berahinya yang terpendam selama ini.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ayo dik nikmatilah tubuhku, setubuhilah aku sesukamu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Baik mbak yang cantik, kekasih binalku sekarang waktunya nikmatilah rasa kontol besar ini”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Mmmmmf yeah, oh memek mbak legit rasanya.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan Tubuh Mufidah melengkung saat ia mencapai puncak nirwana.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooh enak tolooooong ampuuuuuun,” biji mata Mufidah mendelik ia berkelonjotan saat semburan lahar panas Hendri dengan derasnya menyemprot dasar rahimnya, dan batang penis besar itu berkedut-kedut di dinding vaginanya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSWlse2Gr3V_a_gbDZa_7rHFPDxZCOTYulJ56Y3ZH0L14nTGKe7CGfL-YMUZbSF5D2dFZwKUHWGlA00h8yblYi5dVSbLL1QJdR27-ciEG2p2gK78061PyBavzmPLJvcXbeAZwcRZEff2c/s1600/16.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSWlse2Gr3V_a_gbDZa_7rHFPDxZCOTYulJ56Y3ZH0L14nTGKe7CGfL-YMUZbSF5D2dFZwKUHWGlA00h8yblYi5dVSbLL1QJdR27-ciEG2p2gK78061PyBavzmPLJvcXbeAZwcRZEff2c/s320/16.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul baru ini ia merasakan begitu nikmatnya semburan air mani lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listrik ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung ke awang-awang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Hingga kini hubungan mereka telah berjalan 1 tahun tanpa diketahui oleh suaminya, karena mereka pintar memanfaatkan waktu serta merahasiakannya, kadang bila ada kesempatan mereka melakukan di hotel dan yang lebih berani lagi saat suaminya ada dirumah. Hendri pura-pura berkunjung untuk bermain catur dengan suaminya, saat itu juga isterinya menyediakan minuman kopi buat suaminya dengan dibubuhi obat tidur yang sengaja dibawa Hendri, sehingga sewaktu suaminya bermain catur dengan Hendri, Syamsul tidak tahan lama karena mengantuk berat lalu masuk kedalam kamar. Mufidah berpura-pura ikut tidur juga disamping suaminya agar suaminya tidak curiga dan ia katakan bahwa Hendri ingin menginap dirumahnya dan tidur di sofa ruang tamu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pada saat suaminya telah tertidur pulas bagaikan orang mati, Mufidah disetubuhi oleh Hendri disamping suaminya, Mufidah berpacu dalam birahi hingga ia meringkik nikmat dengan tubuh berkelojotan disamping tubuh suami yang tertidur pulas, bahkan perbuatan yang demikian itu membuat sensasi aneh tersendiri bagi mereka berdua. Persetubuhan itu mereka lakukan hingga menjelang subuh.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ada sesuatu yang lebih membuat Mufidah amat terangsang nafsunya bila saat Hendri sekali-kali datang berkunjung kerumahnya, dengan berpura minta diajarkan computer sama Hendri sementara suaminya duduk diruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi, hanya dengan jarak beberapa meter, disitu ibu muda itu sedang belajar computer bersama Hendri, Mufidah merasa sangat terangsang hebat saat dengan sengaja Hendri menggesek-gesekan batang penisnya yang menegang dari balik celana training ke lengan Mufidah yang sedang mengetik didepan monitor. Gesekan itu membuat sensasi aneh dalam dirinya ketika merasakan batang penis Hendri serasa mengeras dan tegang dipangkal lengannya, dan terkadang pula ia rasakan batang penis besar itu berdenyut-denyut dipinggangnya saat dengan sengaja Hendri pindah membelakangi tubuhnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Suaminya tidak merasa curiga sedikitpun karena Syamsul tahu bahwa isterinya sedang diberi pelajaran tentang mengakses computer, ia tidak menyadari bahwa isterinya sedang dirangsang oleh Hendri habis-habisan. Tubuh Mufidah mulai menggeletar penuh nafsu dengan aksi yang dilakukan Hendri padanya. Karena sudah tak tahan lagi Mufidah pergi keruang dapur membuat minuman dan Hendri pergi menuju toilet namun sesungguhnya Hendri ikut pula menyusul isteri sahabatnya kearah dapur, dari balik lemari makan yang besar itu mereka melakukan persetubuhan dengan berdiri dengan amat tergesa-gesa saat sang suami wanita itu sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca koran. Syamsul tidak menyadari bahwa isterinya sedang disetubuhi habis-habisan oleh Hendri dengan posisi berdiri.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooh Hendri mmmmfff… ampun dik Hen”, dengan buas Hendri mengayunkan pantat maju mundur menusukkan penis besarnya kedalam vagina ibu muda itu, sukma wanita cantik itu serasa terbang ke langit tinggi saat ia disetubuhi dengan cara demikian itu oleh Hendri sahabat suaminya, Mufidah belum pernah merasakan disetubuhi dengan cara berdiri dan tergesa-gesa, dan ini yang membuat suatu kenikmatan tersendiri buat Mufidah saat ia digarap oleh Hendri sementara sang suami berada tak jauh darinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh Hendri mbak keluaaar oh ampun dik, cepat dik Hendri nanti ketahuan suamiku,” namun Hendri tidak menghiraukannya, dengan perkasanya Hendri memacu kuda betinanya yang cantik ini sampai berkelojotan dengan biji mata mendelik keatas menikmati kocokan batang penis besar itu dalam vaginanya yang sempit.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh yeah memek mbak sempit legit, enaak rasanya, aku akan lebih bergairah lagi bila aku dapat ngentot mbak bila disaksikan mas Syamsul.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Hendri semakin terbuai sensasi saat ia dengan buasnya menyetubuhi isteri sahabatnya padahal Syamsul tak begitu jauh jaraknya dari tempat mereka bersetubuh. Dan dengan menggeram nikmat Hendri menyemprotkan air maninya ke dalam vagina ibu muda itu, Mufidah mengejang dan mengerang bagaikan kucing betina yang mengeong lirih saat semburan lahar panas Hendri menerpa dasar rahimnya, tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantanan Hendri yang besar panjang berkedut-kedut diliang memeknya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooohhh mmmmffff… enaaaaaaaaaaak, ampuuuuuun dik, kontolmu enak dan besar.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan persetubuhan itu berakhir dengan sama-sama mencapai puncak nirwana yang diraih dengan cara tergesa-gesa penuh rasa sensasi. Dan akhirnya mereka berdua kembali keruang keluarga tanpa menimbulkan kecurigaan mas Syamsul. Sebelum keluar dari dapur Hendri sempat berbisik ke telinga ibu muda itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Lain waktu aku akan ngentotin mbak lagi ya,” seraya tangan Hendri meremas-remas susu mengkal wanita cantik berdarah ningrat itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan di Sumatera, Mufidah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak-anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya. Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan segala fasilitasnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah merasa sangat senang menempati rumah itu, dengan suasana alam pedesaan, disini Mufidah bisa menghindar dari Hendri. Setelah tiga bulan berada di pulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Mufidah masih berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Mufidah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih. Pak Renggo adalah seorang lelaki pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak. Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGoQvf_WsxqJL9mtEVcq8UKBVRVO5Uj3HVlRUkaqF3LVYyh5FPCls-hiHWCJu1gtKAY2xgLb9Ra_hnEHBK2crOB0tqCLximciphyVZahqeOl-6Rw5hxE7r5BITkNnurmiiS8rFpXPSeQk/s1600/13.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGoQvf_WsxqJL9mtEVcq8UKBVRVO5Uj3HVlRUkaqF3LVYyh5FPCls-hiHWCJu1gtKAY2xgLb9Ra_hnEHBK2crOB0tqCLximciphyVZahqeOl-6Rw5hxE7r5BITkNnurmiiS8rFpXPSeQk/s320/13.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Wajah lelaki tua itu nampak sangar mengerikan dalam pandangan Mufidah ketika pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Mufidah sudah terbiasa berhadapan dengan pak Renggo yang berwajah jelek dan menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Mufidah menanam bunga hingga rasa ketakutan Mufidah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya karena sering bertemu setiap waktu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah tanaman bunga, buah dada Mufidah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Mufidah yang mengkal itu. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam-macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Mufidah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis lelaki jantan seperti punya Hendri kini Mufidah sangat merindukan kehangatan itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Mufidah frustrasi dan kecewa selalu. Disuatu senja Mufidah melihat pak Renggo seketika Mufidah langsung terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk. Mufidah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Mufidah memandang batang kejantanan pak Renggo yang berwajah sangar itu namun alat kelaminnya sungguh membuat Mufidah jadi menggelegak nafsu birahinya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah tidak ingat lagi status sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk-aduk dalam vaginanya. Pengalaman Mufidah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang-goyangkan penisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Mufidah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi. Pak Renggo memang dengan sengaja melakukan itu karena bagaimana pun juga pak Renggo telah mengetahui bahwa ibu muda itu sedang terbelalak matanya melihat penisnya dari balik jendela berkaca hitam, pak Renggo sudah tahu kebiasaan Mufidah yang sering duduk menghadap jendela setiap sore hari sambil menghirup secangkir teh manis hangat. Maka dengan disengajanya lagi pak Renggo mengelus-ngelus batang kejantanannya yang berurat hingga ereksi seperti tongkat hitam, hanya itu yang bisa dilakukan oleh pak Renggo untuk memancing gairah ibu muda yang cantik isterinya pak Syamsul, adapun untuk berbuat selanjutnya pak Renggo tidak berani macam-macam.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mata Mufidah terbelalak lebar ketika melihat penis pak Renggo kian menegang dan besar dari balik jendela. Pak Renggo terus mengocok-ngocok penisnya disamping pohon nangka, dan terlihat wajah pak Renggo meringis nikmat sambil mengkhayalkan sedang menyetubuhi Mufidah, semakin lama semakin cepat kocokan pada penisnya, dan pak Renggo mengerang nikmat saat batang hitamnya menyemburkan lahar panas dan air mani pak Renggo seakan menyemprot ke jendela tempat dimana Mufidah terpaku menyaksikan pak Renggo beronani, karena jarak pohon nangka tempat pak Renggo beronani hanya berjarak dua meter dari jendela tempat Mufidah menyaksikan aksi gilanya pak Renggo.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tubuh Mufidahpun ikut menggeletar saat melihat semprotan air mani pak Renggo begitu jauh jangkauannya seakan-akan menyembur ke wajahnya. Tuntas sudah hasratnya pak Renggo mempertontonkan onaninya, dan pak Renggo berpura-pura tidak tahu kalau ibu muda itu menyaksikan betapa dahsyatnya semburan air mani yang keluar dari penis beruratnya, lalu pak Renggo berjalan masuk ke dalam rumah dinas itu menuju kamar mandi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ketika saatnya makan malam tiba mas Syamsul mengajak pak Renggo untuk makan bersama, hidangan malam yang disediakan oleh Mufidah disantap habis oleh pak Renggo, dalam pikiran Mufidah bila seseorang dengan lahap menyantap makanannya hingga tuntas, lelaki tersebut pasti sangat lahap juga dalam bersetubuh. Malam itu Pak Renggo seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa dihadapan ibu muda itu, walaupun pak Renggo tahu bahwa Mufidah selalu memperhatikan gerak geriknya disaat mereka bertiga makan bersama.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Walaupun pak Renggo hanya bercelana komprang hitam namun Mufidah sangat tahu dibalik celana lebarnya tersembunyi batang penis panjang berurat yang tergantung sebesar pisang tanduk. Malam itu Mufidah gelisah saat berada ditempat tidur, disampingnya sang suami sudah tertidur pulas, Mufidah kemudian beranjak bangun keruang dapur untuk menghilangkan hausnya dan setibanya Mufidah didapur ia dikejutkan oleh suara pak Renggo yang menyapa ramah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Belum tidur ya.. bu!,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh ya pak Renggo, saya haus nih dan mau minum, saya susah tidur malam ini pak Renggo, gak tau tuh kenapa malam ini saya sulit sekali tidur,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oh mungkin ibu banyak pikiran barang kali”, kata pak Renggo, “Atau ibu masuk angin dan gak enak badan jadi susah tidurnya.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Lalu Mufidah ikut duduk disebuah bangku plastic yang tanpa sandaran, yang kemudian Mufidah terus menanggapi ucapannya pak Renggo sambil bercerita ngalor ngidul.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ya pak mungkin saya masuk angin nih” dan tanpa disuruh oleh Mufidah pak Renggo telah berdiri dibelakang Mufidah seraya berbisik ditelinga ibu muda itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ibu saya pijati ya biar hilang masuk anginnya” sambil tangan pak Renggo mulai memijati dengan lembut pundak Mufidah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk dipijati oleh pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo serasa hangat dan geli dirasakan oleh Mufidah ketika menyentuh kulit halusnya, pijatan pak Renggo merambat naik ke leher jenjangnya dan dengan lembut pak Renggo memijat dengan jari-jarinya yang kasar pada tengkuk Mufidah, pijatan pak Renggo serasa nikmat dirasakan oleh Mufidah dan pada saat yang bersamaan sesuatu yang mengeras dan hangat menyentuh kulit punggung Mufidah dari balik baju tidurnya, pak Renggo tak hanya memijat pundak dan lehernya Mufidah akan tetapi juga pak Renggo menggesek-gesekan batang penisnya yang mulai menegang dari balik celana komprangnya pada punggung Mufidah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Perempuan itu mulai dijalari sensasi birahi dan tubuhnya menggeletar seketika saat tangan kekar pak Renggo turun menelusuri memijat kedua lengannya, entah disengaja atau tidak jari kasar pak Renggo menyenggol kedua payudaranya yang ranum itu, dan dengan batang kejantanan pak Renggo yang kian menegang yang semakin menekan punggungnya serasa mengalirkan arus hangat penuh rangsangan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah semakin mendesah ketika dengan tiba-tiba pak Renggo menciumi leher jenjangnya sambil berbisik ditelinga Mufidah.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ibu ingin merasakan hangatnya kejantananku? Ayo bu, bilang aja jangan malu-malu, saya tau ibu sangat menginginkannya malam ini dan saya tahu pak Syamsul tidak pernah memuaskan hasrat ibu”,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Agggh…”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah bagai terhipnotis dengan ucapan lelaki tua itu, dan tubuh mulus isteri pak Syamsul sudah dalam keadaan telanjang ketika pak Renggo membopongnya masuk kedalam kamar yang sempit pak Renggo, Mufidah sudah sangat pasrah dalam cengkraman pak Renggo sebab didera nafsu birahi tinggi, meski pak Renggo telah berusia lanjut namun cara ia membuai kepekaan gairah kewanitaannya bisa diacungkan jempol hingga membuat Mufidah terbuai memasuki pusaran badai nafsu lelaki tua itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Sekujur tubuh Mufidah habis dijilati dengan lidah kasar pak Renggo, dan buah dadanya tak luput dari sasaran mulut pak Renggo kemudian lelaki tua itu menghisap rakus putting susunya yang kian menegang, Mufidah mengerang bagai anak kucing ketika vaginanya dijilati oleh pak Renggo dan klitorisnya diemut emut gemas oleh lelaki tua itu, tubuh sintal Mufidah yang berdarah ningrat kian mengejang, tubuhnya melengkung keatas didera nikmat saat pak Renggo menggigit lembut klitorisnya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aaaagggh Oooh ampuuuun pak Renggo”, Mufidah berkelojotan ketika jilatan serta gigitan gemas pak Renggo pada vaginanya membuat Mufidah orgasme seketika, malam itu erangan nikmat Mufidah memenuhi ruang kamar yang sempit sesempit vaginanya yang diobok-obok pak Renggo.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ibu muda yang cantik beranak dua itu tak menghiraukan lagi keadaan sekitarnya, tak peduli bahwa suaminya sedang berada dirumah, kenikmatan itu telah membuat Mufidah jadi meracau tak karuan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooooh pak Renggo setubuhilah aku sesukamu, cepat pak. Kapan saja kalau bapak mau saya selalu bersedia disetubuhi.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pak Renggo yang si tukang kebun telah membuat nyonya majikannya mengerang manja minta disetubuhi dengan permainan awalnya, sudah lama pak Renggo merindukan untuk dapat menyetubuhi perempuan cantik berdarah ningrat ini, namun baru malam itu pak Renggo dapat menyentuh kulit halus isteri pak Syamsul. Ketika mencapai puncak birahinya tiada lagi nampak watak darah birunya, yang ada hanya darah merah yang memacu jantungnya untuk mencapai klimaks nafsu birahi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pak Renggo merenggangkan kaki indah Mufidah sambil dijilati telapak kakinya, tubuh Mufidah kian bergetar ketika jilatan lidah kasar pak Renggo pada telapak kakinya bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Mufidah nampak merah merekah dengan cairan bening yang telah meleleh keluar dari vagina saat otgasme, dan pemandangan lembah kenikmatan yang berumput subur itu membuat gairah nafsu pak Renggo menggelegak, penis beruratnya kian menegang dan Mufidah memejamkan matanya ketika batang hitam besar itu mulai menyentuh bibir vaginanya, Mufidah mengerang ketika pak Renggo mulai memasuki penisnya dengan perlahan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh pak besarnya, sakiiiiiit pak. Pelan-pelan pak. Agggh… Ampuuun”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Sakitnya cuma sebentar koq bu, ibu saya entot ya? Ibu ikhlaskan kalau ibu saya setubuhi? Ibu bisa membedakan rasanya jika dientot sama saya, ibu suka dengan kontol besar ini?”, dan kata-kata kotor pak Renggo kian membuat nafsu birahi Mufidah memuncak, kata-kata itu seakan menghipnotis jiwanya yang akhirnya batang besar panjang pak Renggo semakin masuk kedalam liang vagina Mufidah yang sempit itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Blesssss…</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhapWglrSjZ_o99nNgpQ6SUJwEgwTgi8pz8FhAWLRKIg1ko-1Wtkge706xy3iTsQXu6dW9PpTePMImimQxVG4GSK2Kbb0X59vnd9IojgStkgpjCps8ZVmEUrFi2me-Dfu6iHki1Ql_rwkE/s1600/10.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhapWglrSjZ_o99nNgpQ6SUJwEgwTgi8pz8FhAWLRKIg1ko-1Wtkge706xy3iTsQXu6dW9PpTePMImimQxVG4GSK2Kbb0X59vnd9IojgStkgpjCps8ZVmEUrFi2me-Dfu6iHki1Ql_rwkE/s320/10.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pak Renggo mendiamkan penisnya sesaat agar Mufidah dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi. Tubuh Mufidah menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan pak Renggo, liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan mulai menderanya ketika pak Renggo dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam memek Mufidah dan itu dilakukan pak Renggo berulang-ulang kali hingga membuat biji mata Mufidah terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Mufidah melolong histeris.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh ampunnnn pak, enaaaak, setubuhi saya paaaak terus pak” ibu muda yang berjilbab bila berada diluar rumah kini mengerang nikmat saat vaginanya ditusuk dengan penis hitam besar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Lelaki tua yang bernama Renggo itu telah membuat sukma Mufidah serasa terbang ke awang-awang dan tubuh keduanya telah bersimbah keringat birahi, dengan gagah perkasa pak Renggo memacu kuda betinanya yang cantik dalam dekapan dan hentakan batang kejantanannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Bagaimana Bu?. Enak ya rasa kontol besar panjang? He… heee… Ayo bu goyangin pantatnya dong. Rupanya ibu suka dientot sama penis besar ya?”. Dan kata-kata kotor pak Renggo membuat Mufidah semakin terangsang, kata kotor yang penuh sensasi itu dibisikan pak Renggo pada telinganya berulang-ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penis pak Renggo mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita bertubuh sintal itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dari pak Renggo dengan sewaktu Mufidah disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai ke ubun-ubun, permainan seks pak Renggo telah membuat Mufidah orgasme berkali-kali.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ouuugh bu. Memek ibu sungguh legit. Enak rasanya. Ssssaya mauuu keluar juga bu. Di dalam apa diluar nih?”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh pak. Aaaampuuuun enaaaaknya di dalam saja, semburkan cepaaaat di dalam pejuhnya paaaaak, Aaaaghhh ampuuuun”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ibu mau kalau saya hamili?”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aaaaghhhh… Ya yaaa pak hamili saja saya pak Renggo”. Akal pikiran Mufidah telah buntu karena didera oleh kenikmatan dari semburan lahar panas lelaki itu, hingga tanpa sadar Mufidah meracau tak karuan.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Air mani pak Renggo yang menyembur sangat deras itu menyentuh dasar rahimnya sehingga membuat Mufidah berkelojotan dengan tubuh melengkung naik keatas mengangkat tubuh pak Renggo yang menindihnya. Penis berurat pak Renggo semakin dalam menusuk vagina Mufidah sampai mentok didasarnya. Pak Renggo mengaum bagaikan harimau luka, penisnya serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Mufidah yang menggigit lembut.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooh memek ibu enaaaaak teunaaaan”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan tubuh keduanya melekat jadi satu dengan deru nafas saling memburu keduanya mencapai puncak birahi. Mufidah tak menyangka walau tinggal di pulau terpencil ini ia bisa menikmati kembali sempurnanya permainan seks meski dengan lelaki tua namun sangat perkasa diranjang. Dan penampilan Mufidah sehari-hari tetap seperti biasanya, dengan baju panjang dan berjilbab namun Mufidah sudah bukan Mufidah yang seperti dulu lagi. Wanita berdarah ningrat yang alim itu namun dibelakang suaminya Mufidah adalah sosok perempuan yang haus akan batang kejantanan lelaki perkasa.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Akibat Mufidah telah diperkosa oleh sahabat suaminya membuat Mufidah merindukan selalu batang kejantanan lelaki perkasa untuk dapat memuaskan dahaganya, Mufidah kini mengalami kelainan seks dan ia akan merasa puas bila disetubuhi oleh lelaki yang berpenis besar serta panjang. Dan untuk memenuhi hasratnya Mufidah telah mendapatkan dari tukang kebunnya, dan peluang itu juga tidak disia-siakan oleh pak Renggo untuk mencicipi tubuh seksi perempuan yang berdarah ningrat untuk disetubuhi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Bila mas Syamsul pergi kota untuk beberapa hari, kesempatan untuk menyetubuhi Mufidah semakin leluasa dilakukan, dan terkadang Mufidah merengek-rengek minta disetubuhi oleh pak Renggo meski sang suami masih berada dirumah, Mufidah sering menyelinap masuk kedalam kamarnya pak Renggo dalam keadaan telanjang, dikamar sempit itu makhluk yang berlainan jenis itu memacu birahi liar dan buah dada Mufidah yang montok indah akan selalu menjadi sasaran mulut pak Renggo untuk menyusu pada ibu muda itu. Erangan nikmat Mufidah serta goyangan erotisnya ketika disetubuhi pak Renggo menjadi obat perangsang birahi buat lelaki tua itu untuk selalu menghempaskan Mufidah kepusaran badai kenikmatannya.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Jadilah Mufidah budak nafsunya pak Renggo dan pak Renggo selalu membuat tuntas nafsu birahi Mufidah hingga Mufidah dibuat mengerang… mengejang…</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ketika dengan liar Mufidah bergoyang erotis diatas tubuh kekar pak Renggo, sambil meremas-remas payudara Mufidah, mata pak Renggo merem melek menikmati goyangan pinggul Mufidah dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratnya. Mufidah bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidang pak Renggo.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh yeeeeah” tubuh ibu muda itu meliuk-liuk bagai penari jalang,</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aaaggggh… Ouuuuuph… paaaak… kontolnya sampai mentoooook, enak paaaak”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tubuh Mufidah berkilau indah bermandikan keringat birahi ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya. Mufidah dengan bersemangat memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis berurat pak Renggo dan memek Mufidah semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vagina.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Mufidah terus dan terus memacu diatas tubuh kekar lelaki tua tukang kebunnya. Pak Renggo memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekar pak Renggo tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Mufidah hingga Mufidah mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Ketika Mufidah akan mencapai pada puncak birahinya, lalu disambarnya bibir pak Renggo dan Mufidah melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh keduanya melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooouuh, ammmpun.. enaaak”, dan tubuh Mufidah berkejat-kejat diatas tubuh pak Renggo saat ia mendapatkan orgasmenya yang sempurna.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah memeluk erat tubuh kekar lelaki tua itu hingga kedua payudaranya melekat di dada berotot pak Renggo. Dan kini perempuan cantik berdarah ningrat itu ditindih gantian lagi oleh pak Renggo dan dengan buasnya pak Renggo menyetubuhi ibu muda itu sampai tubuhnya berkelojotan mendapatkan orgasmenya kembali, pak Renggo belum merasa puas kalau belum bisa membuat Mufidah mengerang histeris saat ia setubuhi, lalu ditengkurapkan tubuh Mufidah dengan posisi menungging dan dengan keras dihujamkan penis beruratnya ke dalam vagina yang sempit itu, tubuh Mufidah bergetar hebat saat Penis pak Renggo amblas masuk ke dalam liang memeknya yang telah becek, sambil meremas payudara indah Mufidah pak Renggo mengayunkan penisnya maju mundur dengan ganas dan liar, dengan geramnya kulit punggung Mufidah yang halus itu digigit oleh pak Renggo, rasa sakit bercampur dengan nikmat membuat tubuh Mufidah mengejang mengerang histeris.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aaammmpuuuuuun pak.. Ooooh terus pak.. entotin saya yang kuat paaaaak”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Mufidah dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas-remas kontol pak Renggo.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ouuuuh.. Aggghh..”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmdttKh_36dncP3xi-_pIec7Mp5KtbwcYaYEnKmKgZw4Gzad-Spq17JS45TtC8qWbC9x8EWT88EyvIQ9izeXIuLH1Qy2_rLNXcFNEzNWPxqylZ7oSpzgqAfyLTDpNnJYHkIzaT01Gjvkg/s1600/7.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmdttKh_36dncP3xi-_pIec7Mp5KtbwcYaYEnKmKgZw4Gzad-Spq17JS45TtC8qWbC9x8EWT88EyvIQ9izeXIuLH1Qy2_rLNXcFNEzNWPxqylZ7oSpzgqAfyLTDpNnJYHkIzaT01Gjvkg/s320/7.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Pak Renggo dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Mufidah yang berdenyut-denyut, lelaki tua itu masih tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangat dipertengahan permainan liarnya saat memacu kuda betina yang sedang meringkik nikmat menuju garis finish. Rambut panjang Mufidah dibuat bagaikan tali kekang dan hentakan penis pak Renggo terkadang cepat terkadang perlahan. Saat ayunan penis pak Renggo </span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">dibuat perlahan dan lembut Mufidah mengerang, mengejang dan meracau.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ooooh… enak… enaaaak pak, terus paaaak saya suka dientot sama kontol besaaaaaar paaaaak”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan pantat Mufidah bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penis pak Renggo, tubuhnya menggeletar dan rasa sakit rambutnya yang dijambak oleh pak Renggo bercampur dengan rasa nikmat. Wajah Mufidah menengadah ke langit-langit kamar dengan kedua matanya terpejam, menikmati gesekan penis pak Renggo bagaikan gelombang disamudera.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ayooo bu goyang terus!…. Ayo sayangku yang binal goyang terus, teruuuus,”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan buah pantat Mufidah dipukuli oleh telapak tangan kasar pak Renggo, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Mufidah semakin menggebu bagai orang kesurupan Mufidah menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penis pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo tak pernah diam dan dengan gemas diremasnya kedua payudara Mufidah dengan kasar serta ayunan penisnya semakin liar dan cepat, dengan nafas memburu pak Renggo menghujamkan penis besarnya keluar masuk. Mufidah mengerang histeris bagai orang gila, tubuh Mufidah ikut berguncang-guncang akibat hentakan penis pak Renggo yang menyetubuhinya dari arah belakang.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Aaaaaapuuuuuun pak… Oooooh…”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Mufidah melolong panjang dengan tubuh berkelojotan, sambil mendekap dan meremas payudara Mufidah. Lalu pak Renggo membisikan sesuatu pada ibu muda itu.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ibu suka ya kalau saya entotin?. Ayoo bilang bu.”</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Yaaaa paak… teruuuus… enaaak pak”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Nah… artinya ibu sudah jadi isteri yang jalang yang suka kontol. Ayoo jawab… manisku.” Karena didera oleh rasa akan mencapai puncak kenikmatan, Mufidah menjawab sambil merengek.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Oooooh pak… terus pak… setubuhi saya sesukamu. Aaaaah Ouuuuhggg… saya suka dientot sama bapak”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Tiba-tiba dengan kuat dan kasar pak Renggo menghujamkan penis besarnya kembali hingga membuat Mufidah menjerit histeris.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">“Ouuuuggh… Ampuuuuuuun saya sampai paaaak… enaaaaak pak… teruuuuus pak entot yang kuat”.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;">Dan tubuh Mufidah menggelosor ambruk ketempat tidur, sementara penis besar pak Renggo masih mengobok-obok didalam vaginanya hingga menyentuh dasar rahimnya, sukma Mufidah serasa terbang ke awang-awang dengan biji mata mendelik dan tubuh berkelojotan Mufidah meresapi.</span></span><br />
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><br /></span></span>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><b><i><br /></i></b></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/"><b><i>http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</i></b></a></span></span></div>
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #333333; font-family: Droid Sans, Arial, Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/"><b><i>http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</i></b></a></span></span></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-75280028626273053762015-06-26T02:53:00.001+07:002015-06-26T02:53:57.373+07:00Senam Pagi Bersama Adik Ipar<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/06/senam-pagi-bersama-adik-ipar.html">Senam Pagi Bersama Adik Ipar</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaqJwL-HQaP-IOowhnsxaOnP5-3uTpV6yZiq2mcr2Pz82aaix_JktYZIm_VXLJMsv712P5Q6vx1lKc08buYMZX8SQyPB0yxyF8kO33mkuVKNDvuh3sNOoRxr1R5VYX57x55nOwMyCIEEE/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaqJwL-HQaP-IOowhnsxaOnP5-3uTpV6yZiq2mcr2Pz82aaix_JktYZIm_VXLJMsv712P5Q6vx1lKc08buYMZX8SQyPB0yxyF8kO33mkuVKNDvuh3sNOoRxr1R5VYX57x55nOwMyCIEEE/s320/5.jpg" width="212" /></a></div>
Aku bangun dari tidur yg nyenyak, isteri dan seorang anakku masih di Jogja. Rencananya sore ini aku akan menjemput di SOETTA.<br />
Pagi ini hujan turun rintik-rintik, tapi semalam hujan sepertinya turun dengan lebatnya. Setelah mandi kubergegas ke ruang makan dilantai bawah.<br />
Saat kulewat depan kamar Essy adik iparku, kulihat pintu kamarnya sedikit terbuka. Essy sudah ikut dengan ku sejak 3 tahun lalu, ia kini kerja di BNI Pasar minggu.<br />
<br />
Tiba-tiba timbul keinginan di benakku untuk mengintip kamar Essy, dari sela pintu itu kulihat Essy masih tertidur pulas. Ia mengenakan daster tidur pendek berwarna kuning gading berenda, ah cantik sekali dia, batin ku sambil menatap wajahnya yang putih bersih.<br />
Pelan-pelan, aku masuk ke dalam kamar sambil melangkah sangat pelan karena sepatuku telah kubuka terlebih dahulu. Kupandangi wajah cantik dan juga seluruh tubuhnya yang tertidut terlentang itu.<br />
<br />
Tiba-tiba ia menggeliat kesamping kiri, kaki kanannya agak menekuk hingga celana dalamnya terlihat jelas oleh ku. Dengan seksama sambil menahan nafas ku pandangi seluruh sudut celana dalam Essy. Garis memeknya membayang jelas,…..ah gila, aku jadi terangsang.<br />
Pelan tapi pasti kontolku mulai tegang tegak berdiri, hingga celana kerja ku terasa sesak.<br />
Apalagi kulihat, dari pinggiran celana dalam Essy kuperhatikan bulu-bulu jembutnya sedikit keluar, pelan-pelan kuraba pahanya. Tiba-tiba Essy terbangun, ia tampak kaget melihat aku ada dikamarya.<br />
“Hah, mas sedang apa disini ?” tanyanya bingung.<br />
<br />
Dengan sedikit gugup kutarik tanganku dari atas pahanya. “Ee…mas, Cuma mau ngebangunin …kamu, ntar kamu kesiangan ketempat kerja?” Kataku grogi.<br />
“Oo…makasih ya mas…”balas Essy seraya duduk dipinggiran tempat tidur.<br />
“Ok deh, kamu bangun ya ?” kataku seraya keluar kamar Essy dengan perasaan dan jantung masih berdegup keras.<br />
Lalu aku menuju ruang makan, kuseduh secangkir kopi pahit. Pikiranku masih melayang membayangkan pengalamanku barusan.<br />
“Kenapa senyum-senyum sendiri mas?” tanya Essy tiba-tiba melintas didepan ku.<br />
“Ah ngga…ga apa-apa..” kataku datar<br />
“Mas mau kumasak in sarapan?” tanya Essy<br />
“Ngga ah, mas mau berangkat kerja 10 menit lagi !” kataku<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdVdkMPG0szVBhGDM_f7XVAV7Wlhup2xp7YMuMSLhP_rAgD8mYAeovpO6jufIVZEZQXi3nKSLGsAGSG23fVAzJmehyphenhyphenMvah_XmjrPEj98ehqqopLfGMnioCGEhC2BTazk2KZ4HA2H3NWAQ/s1600/6.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdVdkMPG0szVBhGDM_f7XVAV7Wlhup2xp7YMuMSLhP_rAgD8mYAeovpO6jufIVZEZQXi3nKSLGsAGSG23fVAzJmehyphenhyphenMvah_XmjrPEj98ehqqopLfGMnioCGEhC2BTazk2KZ4HA2H3NWAQ/s320/6.jpg" width="225" /></a></div>
Kulirik Essy tengah membuat orange jus kesukaannya, lalu gelas nya diletakkan diseberang posisiku duduk. Lalu ia bergegas kekamar mandi. Seketika timbul keisengan di otak kotorku, di dalam bungkus marlboro ku masih kusimpan 1 butir inex sisa semalam. Inex itu aku remas sampai hancur lalu kumasukkan ke dalam minumannya. Pelan-pelan kuaduk sampai rata. Setelah itu aku berjinjit ke dalam gudang di samping kamar mandi, diruang gelap dan berdebu itu ada lubang yang cukup untuk mengintip. Dari sela-sela lubang kulihat Essy tengah membasahi tubuhnya, posisinya membelakangi lubang intipku, jadi aku hanya melihat punggung dan bongkahan montok pantatnya. Mataku tak berkedip saat tubuh putih nan montok itu menghadap lubang intipku. Kutahan nafasku yang mulai memburu, kuremas dan kukocok batang kontolku. Kulihat memeknya yang dikelilingi bulu jembut yang lebat namun rapih …..”ah, kuharus merasakan memek ini..” batinku. Lama juga ia mandi, dan aku sementara harus puas mengintip saja.<br />
<br />
Ketika ia mulai handukan aku segera bergegas keluar dari gudang dan kembali duduk di ruang makan.<br />
Saat ia melintas, aku melirik tubuhnya yang dililit handuk<br />
“Essy, hari ini kayaknya bakal turun hujan lagi deh…” kata ku<br />
“Iya mas, nanti aku membonceng motor sampai halte depan ya..” balas Essy<br />
“Ok…!” kataku singkat<br />
Segera ia masuk kedalam kamarnya . Tak lama ia sudah keluar dengan seragam kerjanya,<br />
“Cantik sekali kamu..!” puji ku<br />
“Ah, mas bisa aja..” balas Essy malu-malu sambil mengambil gelas jus nya lalu ia meminumnya sampai habis.<br />
“Yesss !!!” batin ku<br />
“Ayo berangkat?” ajak ku<br />
Setelah kukunci pintu, segera ku starter motorku. Ia duduk membonceng dengan memegang pundakku,<br />
<br />
Baru berjalan 5 menit, ia mengaduh sambil menyandarkan kepalanya di punggungku.<br />
“Aduh, kok agak berat nih kepala?” gumam Essy<br />
Segera hentikan motor.<br />
“Kamu mau pulang ?” tanya ku<br />
Ia tampak gelisah, bibirnya yang sensual tampak digigit-gigit pelan<br />
Terserah mas,…..<br />
Segera kuputar motorku kembali menuju rumah. Turun dari motor ia sudah tampak lemas. Tanpa banyak tanya, Essy segera ku papah masuk kedalam kamarnya…..didekat tempat tidur tubuh montok itu kujatuhkan keatas kasur<br />
“Auw…..mas”, pekiknya pelan<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp5bhrKVNxVH0PsdIJBOc4lDd6pGmxkuq8NYRSgiNlyExjLHgggTVgIULupwyUOevDvIex84gxGbrldmxoNywItvYeRwrYrQEx5rXtLdsuUX6IiNlD0_cKxlBl379kW-nSneqOIOomhyphenhyphenk/s1600/47.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp5bhrKVNxVH0PsdIJBOc4lDd6pGmxkuq8NYRSgiNlyExjLHgggTVgIULupwyUOevDvIex84gxGbrldmxoNywItvYeRwrYrQEx5rXtLdsuUX6IiNlD0_cKxlBl379kW-nSneqOIOomhyphenhyphenk/s320/47.jpg" width="225" /></a></div>
Matanya menatapku sayu, ia semakin menggigit-gigit bibirnya. Kedua kakinya masih menggantung ke bawah, akibatnya posisi nya agak mengangkang. Celana dalamnya terlihat jelas, bentuk memeknya yang agak menggembung membayang sudah…..<br />
“Aku haus….ya haus, sex..!!!”<br />
Dan adik iparku yang montok dan cantik ini sudah terkena pengaruh peransang yang ku berikan,<br />
“…mmaasss…..”, gumamnya, saat Essy melihatku melepas dan menurunkan celana panjang dan celana dalam ku. Batang kontolku tegak dan besar maksimal, tangan kiriku mengayun-ayunkan kontolku ke arahnya.<br />
“Masss……., mas badan ku dingin mas.” Katanya agak berbisik<br />
Aku hanya tersenyum, tangan kanan ku menggenggam dan mengarahkan tangan kirinya hingga memegang dan menggenggam batang kontolku. Mulanya Essy hanya menggenggam lemas, tapi kemudian ia mulai mengelus dan mengocok kontolku yang gede ini.<br />
“Yeah….terus Essy sayang……”kataku sedikit berbisik, tangan ku langsung melucuti pakaian kerjanya hingga pakaian atasnya terbuka semua termasuk BH nya yang berenda. “Wow..seksi sekali ……” gumamku, dadanya membusung dengan puting yang mengeras mancung seiring nafas Essy yang semakin memburu deras.<br />
“Oh, mas….”ia menggumam sambil terus mengelus dan mengocok batang kontolku yang besar dan keras. Seluruh sudut batang kontolku di dielus dan di remasnya lembut, termasuk sekeliling biji pelerku dan bulu-bulu jembutnya.<br />
<br />
Perlahan-lahan kudekatkan wajah ku ke dadanya yang membusung. Lalu kukecup ringan “….akhh, mas…geliii….” bisik Essy lirih.<br />
Namun ia hanya bisa mendesah disaat mulutku mengulum putingnya dengan gemas….kutelusuri seluruh permukaan payudara Essy yang besar ,montok dan putih. Sambil terus ku nenen di dadanya yang sesekali ku tarik pelan putingnya pake gigi….tanganku bergerak cepat melepaskan rok mini kerjanya dan g string celana dalamnya yang indah…..lututnya dirapatkan menahan gerakan tanganku menarik lepas celana dalamnya saat sudah berada di atas lutut…..<br />
“Kenapa say ?” tanya ku…..<br />
<br />
Ia tidak menjawab, melainkan hanya menatapku sayu …kemudian ia membuka lebar-lebar kakinya, hingga celana dalamnya bisa kulucuti dengan mudahnya..Begitu celana dalamnya kulucuti segera kulihat memeknya yang merangsang dihiasi bulu jembut yang masih jarang namun terlihat ditata dengan rapih.<br />
“Indah sekali memekmu ini..Essy,” kataku berbisik di telinga kanannya.<br />
Essy hanyamemejamkan mata dan berkedip mendengar kata-kataku itu. Lalu tangannya yang tengah mengelus-ngelus batang kontolku…segera ku angkat dan kulepas dari batang kontolku. Lalu tangannya ku angkat dan kutaruh disamping kepalanya…ia terlihat pasrah saat ku buka pahanya lebar-lebar…..”wah..belahan memeknya sangat merangsang aku,….Essy, sudah lama aku ingin bisa ngentot sama kamu,” kataku tegas.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpUNXsUhbBeNWFb8PFpoGBu9CuW4sc0uQeLiDqh_LZMGKoqiDHEL0wZ7gHns4-Kjbg57NSKuAc3n_pnOrvMJJk0xy8X-fbR9PwLwmlnAvZtQVMZpzbJpbJYGfaelYY62JSQWrOPwWD0M4/s1600/33.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpUNXsUhbBeNWFb8PFpoGBu9CuW4sc0uQeLiDqh_LZMGKoqiDHEL0wZ7gHns4-Kjbg57NSKuAc3n_pnOrvMJJk0xy8X-fbR9PwLwmlnAvZtQVMZpzbJpbJYGfaelYY62JSQWrOPwWD0M4/s320/33.jpg" width="320" /></a></div>
Dengan cepat kudekatkan kepalaku ke permukaan memeknya…lalu dengan mantap kujilat permukaan liang memeknya “….sluurpp…enak dan harum sekali, “pikirku.<br />
“Ahhh….ahhh…mas, auuw…ahhh….”desah Essy seirama gerakan lidahku yang nakal menjilati lubang memeknya. Tangannya menjambak rambutku saat lidahku ku tusuk dalam ke memeknya itu….”auugh…” pekiknya.<br />
Dengan semangat kujilati terus memeknya hingga basah…..selang 10 menit kemudian kuhentikan gerakan ku menjilati memeknya itu….keringat dan desahan nafas Essy seakan berpacu….<br />
Lalu ku arahkan batang kontolku ke lubang memeknya Essy….sesaat kusapu ke garis memeknya…..geli sekali.<br />
“Mas,…..”katanya pelan.<br />
“Ada apa Essy sayang ?” tanyaku menghentikan gerakan kontolku di bibir memeknya.<br />
“Akku…masih perawan mas….aku takut…” jawab Essy lirih.<br />
“Jangan takut sayang….ntar mas, akan bertanggung jawab!” kataku gombal. Namun dalam benakku bersorak….”gileee beber, hari gini dapet perawan.”<br />
“Tapi…pelan-pelan ya mas… “pintanya ,<br />
“Beres sayang….”jawabku singkat, seraya mengarahkan kepala kontolku yang bulat besar ke lubang memeknya.<br />
Lau dengan pelan kudorong perlahan masuk….namun agak sulit…sempit sekali,<br />
“Augh….auw…sakkiittttt, mas….auh…!!!” gumam Essy, seraya meremas tempat tidur dan sedikit menutup bukaan pahanya.<br />
“Tahan dikit ..cantik….”rayuku,<br />
Bleeebb..bbebeb….akhirnya setelah cukup lama mencoba batangan kontolku amblas juga masuk kedalam memeknya.<br />
“Augh…auuuhh…saaakit sekalliiii massss….” kata Essy sambil menggigit bibirnya.<br />
Kudiamkan batang kontolku sejenak didalam memeknya….”ugh, kuat sekali jepitan memeknya….”batinku senang.<br />
Lalu beberapa saat kemudian segera ku ayun perlahan kontolku maju mundur didalam liang memek Essy…..bleb…slep…bleb…sleppp….Lama-kelamaan aku merasa mudah mengayun kontolku, …..Essy memejamkan mata seraya memeluk leherku erat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRvHULkKkavFrNl1wHwwezlSs7tJb58bEwpaNImeuhmKUSdERACivsSTsFMj5Y_IMZvQ1hyphenhyphen8D2w9fKIrgTxtZcQ23v16GY60_6jo75nkMAshyXyvn7NB9oYgZjmXitXepEnj1Ebru8dXw/s1600/64.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="243" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRvHULkKkavFrNl1wHwwezlSs7tJb58bEwpaNImeuhmKUSdERACivsSTsFMj5Y_IMZvQ1hyphenhyphen8D2w9fKIrgTxtZcQ23v16GY60_6jo75nkMAshyXyvn7NB9oYgZjmXitXepEnj1Ebru8dXw/s320/64.jpg" width="320" /></a></div>
Dengan irama yang tetap santai ku ayun gerakan kontol ku maju mundur mencoblos memeknya….<br />
“Augh…enak sekali …sayanggg….”bisikku gemas di telinganya, sambil menjilati telinga Essy yang mungil.<br />
“Auw…ahhh..ahhh…..ugh…ahh…mas…ahh…” balas Essy , semula gerakannya kaku namun kemudian ia mulai membalas goyangan pinggangku dengan goyangan sedikit memutar pinggul.<br />
“Enak Essy…terus goyang say..,” kulihat matanya sedikit menangis, namun mulutnya terbuka terengah-engah seirama tusukan kontolku di memeknya. Sesekali ia menggigit dada dan leherku.<br />
Slebb…clebbb…sleppeeet…blebbb…bunyai gesekan kontol dengan memek semakin nyaring. Dengan semangat….kurasakan tubuhku terbang melayang keenakan, lalu kupacu gerakan tusukan kontolku lebih cepat lagi…..Essy semakin mendesah dan terengah keenakan……aku tak peduli dengan suara pembantu ku didapur yang tampaknya sudah pulang dari pasar…ia rupanya lewat pintu belakang, sehingga tidak melintasi pintu kamar Essy yang terbuka lebar.<br />
“Ah bodo amat,…biar dia liat sekalian…”pikirku.<br />
<br />
Terus ku pacu irama ayunan kontolku….hingga kurasakan kepala kontolku linu , geli….enak sekali….kaki Essy kini melingkar di pinggangku, hingga tusukan kontolku terasa semakin dalam. 20 menit kemudian ….tubuh Essy menegang dengan hebat, lalu…<br />
“auw…..enak masss….enak, aku…mau pipi…sss….ahhhh….” gumamnya meracau sambil menggigit dada kiriku. Rupanya Essy telah mencapai puncaknya….memeknya terasa sangat basah sekali…..hingga kontolku terasa licin saat menggelosor masuk ke memeknya.<br />
Lalu tubuhnya sangat lemas…..seperti tak bertulang. Dari sudut mataku sekilas kulihat Minah pembantuku mengintip dari balik ordeng pintu,” ah rupanya ia tengah menonton aku yang lagi asyik….” batinku ..namun aku pura-pura tidak tau dan terus mengocok lubang memek Essy.<br />
Dari lubang memek Essy tampak menetes darah bercampur cairan lengket…meluber…..”akh puas juga aku dapat perawan,” kataku dalam hati.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdlkDKL8T5CNRGCH0xpKbSlBLZVOovDpiJwbNKKprHNSx-VA4_rhz_zHKXyrF8NmhIGjF-zG3OsAaPLp_0S_cBwMIBt-CpksMSQjRcaUGP8H5zw0iQw1z-CPExjdFUcJuA-4J98GNfqh0/s1600/95.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdlkDKL8T5CNRGCH0xpKbSlBLZVOovDpiJwbNKKprHNSx-VA4_rhz_zHKXyrF8NmhIGjF-zG3OsAaPLp_0S_cBwMIBt-CpksMSQjRcaUGP8H5zw0iQw1z-CPExjdFUcJuA-4J98GNfqh0/s320/95.jpg" width="320" /></a></div>
Lalu kucabut batang kontolku yang masih keras dari lubang memek Essy…..sementara Essy terlentang…lemas….wajahnya masih tampak tegang , keringatnya membasahi sekujur tubuhnya…hingga tubuh putihnya semakin mengkilat bak pualam. Batang kontolku mengkilat dikelilingi cairan bekas Essy…..karena belum keluar, maka aku masih sangat bernafsu sekali…..<br />
“Essy,…mas belum keluar nih….!”kataku pelan,<br />
“Kamu…buka mulut donk say…” perintahku, seraya naik tubuhnya dan mengarahkan batang kontolku ke mulutnya ….daaan<br />
hoekh…pertama ia mau muntah saat kontolku masuk kemulutnya yang mungil…namun kemudian ia mulai terbisa mengocok dan mengulum kontolku…<br />
“Ah…enak..Essy, sepong terus…kamu makin jago deh say,” pekikku pelan keenakan….<br />
“Isap ya sa….yang akhhh…….”kataku menegang, saat kurasakan kepala kontolku memuncratkan sperma kuat-kuat ke dalam mulut Essy…..akh…crooot…crooot..croot…. peju ku meluber dimulut Essy…….ia menelan peju ku sisanya di ludahkan keluar….ah, seksi sekali….Kemudian ia memalingkan wajahnya “Makasih yah say…” kataku sambil mencium telinganya. Sejak saat itu setiap ada kesempatan selalu kuulangi pertempuran yang penuh kenikmatan.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/">http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<br />Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-44144572468914535952015-05-25T02:39:00.001+07:002015-05-25T02:39:22.313+07:00Mbak Wati Penjual Jamu<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/05/mbak-wati-penjual-jamu.html">Mbak Wati Penjual Jamu</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsOytGNOG4VBKgPeEiYk4D9H5zffOVmVCtLTh21k9JZV_SDdoL7fPQXUhNv0YpFILYcBOwfl9mqwJmctCXHEJmOJepb6ToFls3pOAWe-PDrF8eLiTmm9KCJvuME-mFBtSYKh_t7inWOzo/s1600/images+%25284%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="325" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsOytGNOG4VBKgPeEiYk4D9H5zffOVmVCtLTh21k9JZV_SDdoL7fPQXUhNv0YpFILYcBOwfl9mqwJmctCXHEJmOJepb6ToFls3pOAWe-PDrF8eLiTmm9KCJvuME-mFBtSYKh_t7inWOzo/s400/images+%25284%2529.jpg" width="400" /></a></div>
Setelah Mia meninggalkan diriku . aku jadi jomblo. Mau pacaran aku malas dengan basa-basi dan berbagai tuntutan. Untuk melampiaskan libido ku, siapa saja yang kusenangi sering kubawa ke kamar yang istimewa ini. Karena alamatnya rumit banyak lika-likunya, tidak satu pun temen cewek ku yang berhasil mencari alamat ku.<br />
Suatu hari saat aku baru membeli rokok di warung aku berpapasan dengan penjual jamu yang cukup mengagetkan. Wajahnya manis dan bodynya bahenol betul.<br />
<br />
“Nggak salah ini orang jadi tukang jamu,” kata ku membatin.<br />
“Mbak jamu” tegurku. Dia menoleh.<br />
“Mau minum jamu mas ?” tanyanya.<br />
“Iya tapi jangan di sini, ke rumah” ajakku dan dia ikut dibelakang ku.<br />
Sesampai di rumah , si mbak melihat sekeliling.<br />
“Wah enak juga tempatnya mas ya,” ujarnya.<br />
“Mbak jamu apa yang bagus”<br />
“Lha mas maunya untuk apa, apa yang mau untuk pegel linu, masuk angin atau jamu kuat”<br />
“Kuat apa” tanya ku.<br />
“Ya kuat segalanya” katanya sambil melirik.<br />
“Genit juga si mbak” kata ku dalam hati.<br />
“Aku minta jamu kuat lah mbak, biar kalau malam kuat melek bikin skripsi.”<br />
<br />
Tapi terus terang aku kurang mempunyai keberanian untuk menggoda dan mengarahkan pembicaraan ke yang porno-porno. Sejak saat itu mbak jamu jadi sering menghampiriku.<br />
<br />
“Mas kemarin kemana saya kesini kok rumahnya dikunci. Saya ketok sampai pegel nggak ada yang buka.”<br />
“Oh ya kemarin ada kuliah sore jadi saya dari pagi sampai malam di kampus” kataku.<br />
“Mas ini mas jamu kunyit asam, bagus untuk anak muda, biar kulitnya cerah dan jauh dari penyakit.”<br />
“Mbak suaminya mana ?” tanya ku iseng.<br />
“Udah nggak punya suami mas, kalau ada ngapain jualan jamu berat-berat.”<br />
“Anak punya mbak ?”<br />
“Belum ada mas, orang suami saya dulu udah tua, mungkin bibitnya udah abis.”<br />
<br />
Kami semakin akrab sehingga hampir setiap hari aku jadi langganannya. Kadang-kadang lagi nggak punya duit, dia tetap membuatkan jamu untuk ku. Dia pun sudah tidak canggung lagi masuk ke rumah ku. Bahkan dia sering numpang ke WC. Mbak Wati, begitulah dia mengaku namanya setelah beberapa kali mengantar jamu . Dia kini memasuki usia 27 tahun, asalnya dari daerah Wonogiri. Mbak Wati menganggap rumah ku sebagai tempat persinggahan tetapnya. Dia selalu protes keras jika aku tidak ada di rumah.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVQiUn_meu658cG6gnJJp65k0rMH6gwdUZDhnxiHkiyzxt2BWpTGMAiEe-lcpU7yePTxmB86JgY_46_-XPi2dWAZV3v4cEBFiFBwV0vW6NsOUU-kNU6TFA_z05GnueAwbX3_FkvFB6Z8U/s1600/56.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVQiUn_meu658cG6gnJJp65k0rMH6gwdUZDhnxiHkiyzxt2BWpTGMAiEe-lcpU7yePTxmB86JgY_46_-XPi2dWAZV3v4cEBFiFBwV0vW6NsOUU-kNU6TFA_z05GnueAwbX3_FkvFB6Z8U/s400/56.jpg" width="275" /></a></div>
Semula Mbak Wati mengunjungi ku pada sekitar pukul 13. Tapi kini dia datang selalu sekitar pukul 5 sore. Kalau dia datang ke rumah ku jamunya juga sudah hampir habis. Paling paling sisa segelas untuk ku. Rupanya Mbak Wati menjadikan rumah ku sebagai terminal terakhir. Ia pun kini makin berani. Dia tidak hanya menggunakan kamar mandiku untuk buang hajat kecil, tetapi kini malah sering mandi. Sampai sejauh ini aku menganggapnya sebagai kakakku saja. Karena dia pun menganggapku sebagai adiknya. Sering kali dia membawa dua bungkus mi instan lalu direbus di rumah ku dan kami sama-sama menikmatinya.<br />
<br />
Sebetulnya pikiran jorokku sudah menggebu-gebu untuk menikmati tubuh mbak Wati ini. Namun keberanian ku untuk memulainya belum kutemukan. Mungkin juga karena aku tidak berani kurang ajar jadi Mbak Wati makin percaya pada diri ku. Padahal wooo ngaceng.<br />
Aku hanya berani mengintip jika Mbak Wati mandi. Lubang yang sudah kusiapkan membuatku makin ngaceng saja kalau menikmati intaian. Tapi bagaimana nih cara mulainya.<br />
<br />
“Mas boleh nggak saya nginep di sini ?” tanya Mbak Wati suatu hari.<br />
“Saya mau pulang jauh dan sekarang sudah kesorean, lagi pula besok saya nggak jualan, capek., “katanya beralasan tanpa saya tanya.<br />
“Lha Mbak, tempat tidurnya cuma satu”<br />
“Nggak pa-pa, saya tidur di tiker aja. Mas yang tidur di kasur.”<br />
“Bener nih,” kata ku, dengan perasaan setengah gembira. Karena kupikir inilah kesempatan untuk menyergapnya.<br />
“Iya nggak apa-apa koq” katanya.<br />
<br />
Tanpa ada rasa canggung dia pun masuk kamar mandi dan mandi sepuasnya. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali mengintainya. Badannya mulus walaupun kulitnya tidak putih, tetapi bentuk tubuhnya sangat sempurna sebagai seorang wanita. Sayang dia miskin, kalau kaya mungkin bisa jadi bintang film, pikir ku. Teteknya cukup besar, mungkin ukuran 36, pentilnya kecil dan bulu jembutnya tebal sekali. Mungkin ada hubungannya dengan kumis tipis yang ada di atas bibirnya itu.Selesai mandi, kini giliranku masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Aku nggak tahan , sehingga kesempatan mandi juga kugunakan untuk ngloco.<br />
<br />
“Mas mandinya koq lama sekali sih, ngapain aja” tanyanya mengagetkan.<br />
“Ah biasa lah keramas sekalian biar seger” kata ku.<br />
“Itu saya buatkan kopi, jadi keburu dingin deh, abis mandinya lama banget.”<br />
Malam itu kami ngobrol ke sana-kemari dan aku berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin mengenai dirinya.<br />
“Mas suka di pijet nggak” katanya tiba-tiba.<br />
“Wah nggak, nggak nolak” kata ku bercanda.<br />
“Sini saya pijetin mas.”<br />
<br />
Tanpa menunggu terlalu lama aku segera menuju ke kamar dikuti mbak Wati dan semua baju dan celana ku ku buka tinggal celana dalam. Kumatikan lampu sehingga suasana kamar jadi agak remang-remang. Nggak nyangka sama sekali, ternyata mbak Wati pinter sekali memijat. Dia menggunakan cairan body lotion yang dibawanya untuk melancarkan mengurut. Aku benar-benar pasrah. Meski ngaceng berat, tetapi aku nggak berani kurang ajar. Cilakanya Mbak Wati ini tidak canggung sedikit pun merambah seluruh tubuhku sampai mendekati si dicky. Beberapa kali malah ke senggol sedikit, membuat jadi tambah tegang aja.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil3W0L5uI6I6rCKSJfpDDUK-FVUOr-ymgX3UBAvRVkHaU8AonIH8vrmaZ-4hBqzVWynRq01Rvl5JG3x_o3alLTFkejfLGisvUkXITis4XJjdyZVg_ZVd1AUR1Z5MEijuTQuCoQuqQ6huA/s1600/57.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil3W0L5uI6I6rCKSJfpDDUK-FVUOr-ymgX3UBAvRVkHaU8AonIH8vrmaZ-4hBqzVWynRq01Rvl5JG3x_o3alLTFkejfLGisvUkXITis4XJjdyZVg_ZVd1AUR1Z5MEijuTQuCoQuqQ6huA/s400/57.jpg" width="400" /></a></div>
“Mas celananya dibuka saja ya biar nggak kena cream.”<br />
“Terserahlah mbak” kata ku pasrah . Dengan cekatan dia memelorotkan celana dalam. Sehingga aku kini jadi telanjang bulat.<br />
“Apa mbak nggak malu melihat saya telanjang” tanya ku.<br />
“Ah nggak apa-apa, saya dulu sering memijat suami saya.”<br />
“Dia yang ngajari saya mijet.”<br />
<br />
Tegangan ku makin tinggi karena tangan nya tanpa ragu-ragu menyenggol kemaluan ku. Dia lama sekali memijat bagian dalam paha ku, tempat yang paling sensitive dan paling merangsang. Mungkin kalau ada kabel di hubungkan diriku dengan lampu, sekarang lampunya bakal menyala, orang teganganku sudah mulai memuncak.Aku tidur telungkup sambil berfikir, gimana caranya memulai. Akhirnya aku berketetapan tidak mengambil inisiatif. Aku akan mengikuti kemana kemauan Mbak Wati. Kalau terjadi ya terjadilah, kalau nggak yaa lain kali mungkin. Tapi aku ingin menikmati dominasi perempuan atas laki-laki.<br />
<br />
Setelah sekitar satu jam aku tidur telungkup, Mbak Wati memerintahkan aku telentang. Tanpa ragu dan tanpa rasa malu dan bersalah aku segera menelentangkan badan ku. Otomatis si dicky yang dari tadi berontak, kini bebas tegak berdiri. Celakanya si dicky tidak menjadi perhatian Mbak Wati dia tenang saja memijat dan sedikitpun tidak berkomentar mengenai dicky ku. Kaki kiri, kaki kanan, paha kiri, paha kanan, kepala tangan kiri, tangan kanan, lalu perut. Bukan hanya perut tetapi si Dicky pun jadi bagian yang dia pijat. Aku melenguh.<br />
“Aduh mbak”<br />
“Kenapa mas” katanya agak manja.<br />
“Aku nggak tahan, ngaceng banget”<br />
“Ah nggak apa-apa tandanya mas normal”<br />
“Udah tengkurep lagi mas istirahat sebentar saya mau ke kamar mandi sebentar.”<br />
<br />
Lama sekali dia di kamar mandi, sampai aku akhirnya tertidur dalam keadaan telungkup dan telanjang. Tiba-tiba aku merasa ada yang menindihku dan kembali kurasakan pijatan di bahu. Dalam keadaan setengah sadar kurasakan ada seusatu yang agak berbeda. Kenapa<br />
punggungku yang didudukinya terasa agak geli Kucermati lama-lama aku sadar yang mengkibatkan rasa geli itu ada bulu-bulu apa mungkin Mbak Wati sekarang telanjang memijatiku. Ternyata memang benar begitu. Tetapi aku diam saja tidak berkomentar. Kunikmati usapan bulu jembut yang lebat itu di punggungku. Kini aku sadar penuh , dan dicky yang dari tadi bangun meski aku sempat tertidur makin tegang. Wah kejadian deh sekarang, pikirku dalam hati.<br />
“Balik mas katanya” setelah dia turun dari badan ku<br />
<br />
Aku berbalik dan ruangan jadi gelap sekali. Ternyata semua lampu dimatikannya . Aku tidak bisa melihat Mbak Wati ada dimana . Dia kembali memijat kakiku lalu duduk di atas kedua pahaku . Ia terus naik memijat bagian dadaku dan seiring dengan itu, jembutnya berkali-kali menyapu si dicky. Kadang-kadang si dicky ditindihnya sampai lama dan dia melakukan gerakan maju mundur.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian aku merasa mbak wati mengambil posisi jongkok dan tangannya memegang batang si dicky. Pelan-pelan di tuntun kepala si dicky memasuki lubang kemaluannya. Aku pasrah saja dan sangat menikmati dominasi perempuan. Lubangnya hangat sekali dan pelan-pelan seluruh tubuh si dicky masuk ke dalam lubang vagina mbak waty. Mbak Wati lalu merebahkan dirinya memeluk diriku dan pantatnya naik turun, sehingga si dicky keluar masuk . Kadang-kadang saking hotnya si dicky sering lepas, lalu dituntunnya lagi masuk ke lubang yang diinginkan. Karena aku tadi sudah ngloco dan posisiku di bawah, aku bisa menahan agar mani ku tidak cepat muncrat. Gerakan mbak Wati makin liar dan nafasnya semakin memburu.<br />
<br />
Tiba-tiba dia menjerit tertahan dan menekan sekuat-kuatnya kemalauannya ke si dicky. Dia berhenti bergerak dan kurasakan lubang vaginanya berdenyut-denyut. Mbak wati mencapai orgasmenya yang pertama.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6kY3C2_EkVQRpMg8EukKSqI2uf3ih1g6Lajckq8ByCyj_EY_zMRjavMaikIOZ-hZpCbL5vqj3s0FCKcfcQZZL60-W23EX_U6YWQzFruO8QJgT5jWs8zRoze-2Fcf7WnD6UfhmXCCjLQ0/s1600/35.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6kY3C2_EkVQRpMg8EukKSqI2uf3ih1g6Lajckq8ByCyj_EY_zMRjavMaikIOZ-hZpCbL5vqj3s0FCKcfcQZZL60-W23EX_U6YWQzFruO8QJgT5jWs8zRoze-2Fcf7WnD6UfhmXCCjLQ0/s400/35.jpg" width="400" /></a></div>
Dia beristirahat dengan merebahkan seluruh tubuhnya ke tubuhku. Jantungnya terasa berdetak cepat. Aku mengambil alih dan membalikkan posisi tanpa melepas si dicky dari lubang memek mabak wati. Ku atur posisi yang lega dan mencari posisi yang paling enak dirasakan oleh memek mbak Wati. Aku pernah membaca soal G-spot. Titik itulah yang kucari dengan memperhatikan reaksi mbak wati. Akhirnya kutemukan titik itu dan serangan terus ku kosentasikan kepada titik itu sambil memaju dan memundurkan si dicky . Mbak wati mulai melenguh-lenguh dan tak berapa lama dia berteriak, dia mencapai klimaks tertinggi sementara itu aku juga sampai pada titik tertinggi ku. Dalam keadaan demikian yang terpikir hanya bagaimana mencapai kepuasan yang sempurna. Kubenamkan si dicky sedalam mungkin dan bertahan pada posisi itu sekitar 5 menit. Kontolku berdenyut-denyut dan vaginanya mbak wati juga berdenyut lama sekali.<br />
<br />
“Mas terima kasih ya, saya belum pernah main sampai seenak ini.”<br />
“Saya ngantuk sekali mas.”<br />
“Ya sudah lah tidur dulu.”<br />
<br />
Aku bangkit dari tempat tidur dan masuk kamar mandi membersihkan si dicky dari mani yang belepotan. Aku pun tidak lama tertidur. Paginya sekitar pukul 5 aku bangun dan ternyata mbak wati tidur di samping ku.Kuraba memeknya, lalu ku cium, tangan ku, bau sabun.<br />
Berarti dia tadi sempat bangun dan membersihkan diri lalu tidur lagi. Dia kini tidur nyenyak dengan ngorok pelan.<br />
<br />
Kuhidupkan lampu depan sehingga kamar menjadi agak remang-remang. Kubuka atau kukangkangkan kedua kakinya . Aku tiarap di antara kedua pahanya dan kusibakkan jembut yang lebat itu untuk memberi ruang agar mulutku bisa mencapai memeknya. Lidahku mencari posisi clitoris mbak wati. Perlahan-lahan kutemukan titik itu aku tidak segera menyerang ujung clitoris, karena kalau mbak wati belum terangsang dia akan merasa ngilu. Daerah sekitar clitoris aku jilat dan lama-lama mulai mengeras dan makin menonjol.<br />
<br />
“Mas kamu ngapain mas, jijik mas udah, mas” tangannya mendorong kepala ku, tetapi kutahu tenaganya tidak sunguh-sungguh karena dia juga mulai mengelinjang. Tangannya kini tidak lagi mendorong kepalaku, mulutnya berdesis-desis dan diselingin teriakan kecil manakala sesekali kusentuh ujung clitorisnya dengan lidahku.<br />
<br />
Setelah kurasakan clitorisnya menonjol penuh dan mengeras serangan ujung lidahku beralih ke ujung clitoris. Pinggul mbak wati mengeliat seirama dengan gerakan lidahku. Tangannya kini bukan berusaha menjauhkan kepalaku dari vaginanya tetapi malah menekan, sampai aku sulit bernafas.<br />
<br />
Tiba-tiba dia menjepitkan kedua pahanya ke kepalaku dan menekan sekeras-kerasnya tangannya ke kepalaku untuk semakin membenam. Vaginanya berdenyut-denyut.<br />
Dia mencapai klimak. Beberapa saaat kupertahankan lidah ku menekan clitorisnya tanpa menggerak-gerakkannya. Setelah gerakannya berhenti aku duduk di antara kedua pahanya dan kumasukkan jari tengah ke dalam memeknya kucari posisi G-spot, dan setelah teraba kuelus pelan. Dengan irama yang tetap. Mbak Wati kembali menggerakkan pinggulnya dan tidak lama kemudian dia menjerit dan menahan gerakan tanganku di dalam memeknya. Lubang vaginanya berdenyut lama sekali.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTDOYaFf4o1K2kc4OqmMV0laxOyAj34Ry4JXkp7D9fnBJ5HJ_p-0-C_NM1e3O_VUS6D9YW2C9_dR5u8uV7YAmWc106ovfCTVgliEPyexFFuamXtcrRqCb4l_Rr9Qp71sDdajTigOYce84/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTDOYaFf4o1K2kc4OqmMV0laxOyAj34Ry4JXkp7D9fnBJ5HJ_p-0-C_NM1e3O_VUS6D9YW2C9_dR5u8uV7YAmWc106ovfCTVgliEPyexFFuamXtcrRqCb4l_Rr9Qp71sDdajTigOYce84/s400/11.jpg" width="400" /></a></div>
“Aduh mas ternyata mas pinter sekali.”<br />
“Aku kira mas nggak suka perempuan. Aku sampai penasaran mancing-mancing mas, tapi kok nggak nyerang-nyerang aku.”<br />
“Jadi aku bikin alasan macem-macem supaya bisa berdua sama mas.”<br />
“Aku segen mbak, takut dikira kurang ajar. Selain itu aku juga ingin menikmati jika didului perempuan.”<br />
“Ah mas nakal, menyiksa aku. Tapi aku suka mas orangnya sopan nggak kurang ajar kayak laki-laki lain.”<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
“Mas tadi kok nggak jijik sih jilati memek ku. Aku belum pernah lho digituin. Rasanya enak juga ya.”kata Mbak Wati.<br />
<br />
Wati mengaku ketika berhubungan dengan suaminya yang sudah tua dulu hanya hubungan yang biasa saja dan itu pun mbak wati jarang sampai puas. Dia mengaku belum pernah berhubungan badan dengan orang lain kecuali suaminya dan diriku.<br />
<br />
“Pantes memeknya enak sekali, peret mbak,” kata ku.<br />
“Wong tukang jamu koq, yo terawat toh yo.”<br />
“Sekarang gantian mbak, barang ku mbok jilati po’o. “<br />
Aku ra iso he mas”<br />
“Nanti tak ajari.”<br />
<br />
Mbak Wati mengambil posisi diantara kedua pahaku dan mulai memegang si dicky dan pelan-pelan memasukkan mulutnya ke ujung ******. Dia berkali-kali merasa mau muntah, tetapi terus berusaha mengemut si dicky Setelah terbiasa akhirnya dikulumnya seluruh batang ****** ku sampai hampir mencapai pangkalnya. Aku merasa ujung si dicky menyentuh ujung tenggorokkannya.<br />
<br />
Dia memaju-mundurkan batang di dalam kulumannya . Ku instruksikan untuk juga melakukannya sambil menghisap kuat-kuat.dia menuruti semua perintahku. Bagian zakarnya juga dijilatnya seperti yang kuminta. Dia tidak lagi mau muntah tetapi mahir sekali. Setelah berlangsung sekitar 15 menit kini aku perintahkan dia tidur telentang dan aku segera menindihnya.<br />
<br />
“Mas kontole kok enak tenan, keras sampai memek ku rasanya penuh sekali.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6Xu5X-QXjO-rr3C2dgNyRzXrS06RPB0Td7VL6QSnuK9Vch_DqTuw3VbPVMZl8wr5gwMBTdXYK2OVTSaxGeDYIhVz39zQ2L4Kn1AzQVtK-hJuwNfZ1XVY8G1DBKYmY_2EDI0rMEKDzY14/s1600/37.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6Xu5X-QXjO-rr3C2dgNyRzXrS06RPB0Td7VL6QSnuK9Vch_DqTuw3VbPVMZl8wr5gwMBTdXYK2OVTSaxGeDYIhVz39zQ2L4Kn1AzQVtK-hJuwNfZ1XVY8G1DBKYmY_2EDI0rMEKDzY14/s400/37.JPG" width="400" /></a></div>
Kugenjot terus sambil kosentrasi mencari titik G. Tidak sampai 5 menit Mbak wati langsung berteriak keras sekali. Dia mencapai orgasme tertinggi. Sementara aku masih agak jauh .<br />
Setelah memberi kesempatan jeda sejenak. Mbak Wati kusuruh tidur nungging dan kami melakukan dengan Dogy Style. Rupanya pada posisi ini titik G Mbak wati tergerus hebat sehingga kurang dari 3 menit dia berteriak lagi dan aku pun mencapai titik tertinggi sehingga mengabaikan teriakannya dan kugenjot terus sampai seluruh maniku hambis di dalam memek mbak wati.<br />
<br />
Dia tertidur lemas,aku pun demikian. Sekitar jam 8 pagi kami terbangun dan bersepakat mandi bareng. Badan Mbak wati memang benar-benar sempurna, Teteknya besar menentang, pinggulnya besar dan pinggangnya ramping.<br />
<br />
Setelah malam itu mbak Wati jadi sering menginap di kamar ku. Sampai satu hari dia datang dengan muka sedih.<br />
“Mas aku disuruh pulang ke kampung mau dikawinkan sama Pak lurah.”<br />
“Aku berat sekali mas pisah sama mas, tapi aku nggak bisa nolak keinginan orang tua ku,” katanya bersedih.<br />
<br />
Malam itu Mbak wati nginap kembali di kamar ku dan kami main habis-habisan. Seingat saya malam itu saya sampai main 7 ronde, sehingga badan ku lemas sekali.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/">http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div>
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-14853571949026404062015-05-20T03:25:00.001+07:002015-05-20T03:25:18.346+07:00Mbak Tari Sebelah Kamar Kost-Kostan Ku..<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/05/mbak-tari-sebelah-kamar-kost-kostan-ku.html">Mbak Tari Sebelah Kamar Kost-Kostan Ku..</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6lw3AzLCfIxdb45h75g01bPSGQ2Xk0C5h_0OX38jdQVHPcyd22xZhP0tM7kXfY9QHYmfH4zBxfSgwMvqTy8sxbur9DrYyB0QBNwUswTzGNoedycPan9Agd6-HA4zlWWev9R1JilnzkEI/s1600/25.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6lw3AzLCfIxdb45h75g01bPSGQ2Xk0C5h_0OX38jdQVHPcyd22xZhP0tM7kXfY9QHYmfH4zBxfSgwMvqTy8sxbur9DrYyB0QBNwUswTzGNoedycPan9Agd6-HA4zlWWev9R1JilnzkEI/s320/25.jpg" width="240" /></a></div>
Cerita ini bermula saat aku kuliah di Jakarta,dimana saat itu aku masi berusia 20 tahun dan sebut saja namaku Aji.aku tinggal disebuah kost-kostan yang tidak jauh dari tempatku kuliah hanya sebuah kamar dan lansung kamar mandi didalam.dimana cewek dan cowok diterima ngekost disini.karena yang tinggal rata2 para pekerja shif kadang aku jarang berjumpa dengan mereka.ada 1 cewek yang kerjanya office hour tinggal disebelah kamarku sebut saja namanya Tari yang usianya saat itu kira-kira 26 tahun dengan tinggi 165 cm dan berkulit kuning langsat mempunyai body yang sangat bagus dan dadanya lumayan besar untuk ukuran gadis Indonesia.<br />
<br />
Seperti biasa tiap aku pulang kuliah sebelum mandi aku duduk didepan kamar hanya dengan memakai handuk dan kaos dalam,menghabiskan sebatang rokok dan menunggu mba Tari lewat pulang kerja.Dari jauh aku melihat dia berjalan kearah depan kamarku karena memang kamarnya terletak paling pojok setelah kamarku.<br />
“Sore mba Tari,baru pulang kerja mba ?” tanyaku ramah.<br />
“Iya Aji” jawabnya juga ramah sambil tersenyum padaku.<br />
“koq keliatannya cape banget mba ? lagi banyak kerja ya ?”<br />
“iya nih aku lagi dikejar deadline kerjanya banyak banget,badannya pada pegel”<br />
“Mmmh,ntar mau beli makan bareng ga mba ?”<br />
“Engga kayanya Aji,aku boleh nitip aja ya ?”<br />
“Ya boleh mba.apa sih yang ga buat mba hehehee..”<br />
<br />
Sebelum masuk kekamarnya mba Tari memberiku uang duapuluhribuan dan nitip makanan untuk nanti malam.<br />
Sehabis mandi aku beli makanan dan lansung kekamarnya ngetok pintu.tok tok tok “Mba Tari…..”<br />
Karena ga ada jawaban aku lansung buka pintu dan mendapati mba Tari terbaring ditempat tidur yang kepalanya masi dililitkan handuk kayanya habis mandi mungkin dia menunggu rambutnya kering tapi malah ketiduran dan kakinya masi belum dinaikin kekasur.tanpa pikir panjang aku masuk dan menutup pintu lalu meletakkan makanan yang baru kubeli. kuangkat kakinya dan kunaikan ditempat tidur.<br />
Perlahan mba Tari membuka matanya dan tersenyum padaku<br />
“Kamu baik banget Aji”katanya dengan nada pelan.<br />
”Ah gapapa mba,kasian aja mba nya kecapean,kalo mba mau aku pijitin kakinya ya ?”<br />
“Ga usah,nanti ngerepotin kamu Aji”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfgiSICMQxc7ijrgqqMs58Kib4gYr2WPbugpsIZfruXqBziCyKXJkHe322PEM604H5ap1sXBIPvxoSdqPEs9n8e59TFRqQd5kJ5dg8of38JGw7lCnwl4flTQeiK8KWYEOUvmugRVebrbg/s1600/28.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfgiSICMQxc7ijrgqqMs58Kib4gYr2WPbugpsIZfruXqBziCyKXJkHe322PEM604H5ap1sXBIPvxoSdqPEs9n8e59TFRqQd5kJ5dg8of38JGw7lCnwl4flTQeiK8KWYEOUvmugRVebrbg/s320/28.jpg" width="320" /></a></div>
Aku ga dengerin omongannya,seketika aku mengambil lotion dan mulai memijit kakinya,memang saat itu dia udah memakai celana pendek longgarselutu dan baju kaos rumahan.aku mulai pijit jari-jari kaki mba Tari sampai ketumit.baru sebentar kayanya mba Tari udah ketiduran pulas banget dan ada kayanya setengah jam aku terus memijitnya sampai dia terbangun lagi.<br />
“Aduh Aji maaf ya mba ketiduran pijitan kamu enak banget” katanya aga malu.<br />
“hehehee iya donk,kan aku udah bersertifikat dari departemen pijit-memijit” candaku padanya.<br />
“iihh kamu bisa aja,ada loh 30 menit aku ketiduran tapi kamu mijitin aku terus ya ?”<br />
“iya mba biar mba bangunnya nanti seger kasian lagi banyak kerja,kalo mba mau aku pijitin betisnya sekalian ya ?”Tanya ku pada mba Tari.<br />
“Kamu yakin gapapa ?”<br />
“iya mba gapapa aku seneng bisa bantuin mijitin mba,lagian mba Tari juga enak mijitnya kulitnya halus banget”<br />
<br />
Mba Tari hanya tersenyum dan lansung membalikkan badannya tengkurap sambil memeluk bantal,dan aku pun mulai memijit betisnya yang sangat indah itu.saat itu aku ga tau mba Tari memasukkan tanganya kebelakang baju meraba punggungnya sendiri,sekilas aku lihat dia kayanya membuka pengait bra nya.dan mulai tengkurap lagi.<br />
Aku berfikir kayanya mba Tari udah ngasi lampu hijau buatku untuk memijit punggungnya dan saat itu terlintas aja dalam otak ku seandainya itu terjadi aku bisa dengan laluasa menyentuh kulitnya yang sangat terawat itu.baru aja kepikiran kayanya dalam celanaku ada yang merespon dan lansung aja seketika celanaku menjadi sempit karena siotong udah berdiri duluan.<br />
“kamu bisa mijitin punggung sama pinggangku juga ga Aji ?”<br />
<br />
Seketika aja aku jadi kaget dia ngomong gitu,baru aja aku menghayal malah uda dikabulkan.<br />
“ Eh oH iya iya bisa mba Tari”jawabku gelagapan.<br />
“Pinggangku nyeri semua duduk seharian dikantor nih”katanya lagi.<br />
“iya mba Tari aku pijitin sekalian aku juga tau titik-titik syaraf biar bisa aku acupressure juga”<br />
Aku duduk menyamping disebelah mba Tari.Pertama aku deg-degan juga coba menaikan baju mba Tari keatas dan aku tertegun melihat punggungnya secara lansung karena sangat putih mulus dan tanpa cacat sedikit pun.Mulai aku usap pinggangnya pelan-pelan naik keatas kepunggung dan benar aja dugaanku tadi dia udah membuka pengait bra nya.saat aku mijit punggungnya kadang dekat pangkal lengannya jariku menyentuh pinggiran payudaranya dan saat aku mau memijit pundak dan belakang lehernya mba Tari seperti tau kalo bajunya menghalangi tanganku dan seketika dia malah mambuka bajunya sambil tengkurap dan tetap memeluk bantal dan mengempitkan payudaranya yang besar itu.aku udah bener-bener ga tahan rasanya karena siotong dalam celanaku udah keras dari tadi.<br />
Karena udah seperti ini aku memberanikan diri naik duduk diatas pantat mba Tari yang bohai seperti orang menunggang kuda Aku mulai acupressure punggung mba Tari dengan menekan kedua jempolku dititik syarafnya.tanpa aku sadari rupanya penisku tepat berada ditengah-tengah pantatnya dan menekan sangat kencang.bukanya marah mba Tari mulai memutar-mutarkan pantatnya supaya bergesekan terus dengan penisku.aku tau dia udah mulai teransang dengan mengeluarkan erangan-erangan erotis dari mulutnya.<br />
“mmmh oohhh enak Aji terusss ditekan lagiiii”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ECAYSZyRN4w-fImHUHilsJftJXnuZag3i_jEHmffw0WP90k33AzTgacvPpEpCQFB-xsinMmEtaTP_Ikhf0sigfzP6li8yxQ45ScYA8eRPJ4VsG6mu6nMqg9WDcZwvRHx6AiwHiWWDls/s1600/60.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7ECAYSZyRN4w-fImHUHilsJftJXnuZag3i_jEHmffw0WP90k33AzTgacvPpEpCQFB-xsinMmEtaTP_Ikhf0sigfzP6li8yxQ45ScYA8eRPJ4VsG6mu6nMqg9WDcZwvRHx6AiwHiWWDls/s320/60.jpeg" width="320" /></a></div>
Seketika mba Tari membalikkan badannya sehingga aku yang tadi memegang punggungnya kini malah memegang kudua payudaranya yang besar montok dan mengacung keatas.tanpa banyak omong kedua tangannya menarik kepalaku dan mencium bibirku aku pun membalasnya.kamipun berciuman .tanganku yang tadi memegang payudaranya sekarang mulai meremas-remas dan memelintir kedua putingnya.<br />
“Aji aku mau kamu mijitin aku sampai tuntas malam ini sayang”katanya sambil membuka celana dan celana dalamnya.<br />
“Iya mba Tariku sayang”kataku juga sambil membuka semua pakaianku.<br />
<br />
Penisku yang dari tadi tertahan dicelana sekarang bebas berdiri dengan kerasnya.mba Tari keliatan senang dengan ukuran penisku yang lumayan besar panjang 17 cm dan diameter 4 cm.<br />
Kami pun mulai berciuman lagi dengan posisi mba Tari masi dibawah,aku menciumnya dengan lembut tangan kiriku meremas kedua payudaranya bergantian dan kadang memelintir putingnya,tangan kananku mulai menjamah perutnya dan turun kepusar kebawah dan aku rasakan bulu halus diatas vaginanya lalu aku merasakan itilnya yang udah basah dengan lendir kewanitaanya,itilnya aku putar dan aku tekan dengan lembut.<br />
“ooouuhhh oouuhhh ssshhhh nikmat banget sayang”desah mba Tari.<br />
<br />
Ciumanku mulai turun menjalar kelehernya dan terus kebelahan dadanya aku mengecup putingnya yg kecil bewarna kemerahan itu lalu menghisapnya dengan rakus bergantian kiri dan kanan.seketika bulu romanya berdiri dan dia menggelinjang merasakan hisapanku diputingnya.<br />
Setelah itu ciumanku turun kebawah lagi kepusarnya dan tanganku berusaha melebarkan kakinya selebar mungkin dan terpampanglah pemandangan indah mba Tari yang bertubuh bahenol itu sedang mengangkang pasrah dengan vagina yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus dan bibir vagina yang bewarna kemerahan.bibirku mendekat kevaginanya aku kecup itilnya dan lidahku mulai menjilati benda kecil itu aku hisap dan aku pelintir dengan mulutku.mba Tari tidak kuasa menahan nikmat yang aku berikan,badannya terus bergerak dan pantatnya terus diputar-putar,mulutnya mengoceh tidak karuan.Tangan kiriku meremas-remas payudaranya dan tangan kananku mulai memasukkan jari kedalam liang vaginanya yang terus basah,mba Tari menekan kepalaku sangat kuat kearah vaginanya dan menjepit kepalaku dengan pahanya.<br />
“oouhhh oouuhh mmmmmhhhh eeaaahhhhh”satu desahan panjang diiringi menyemburnya cairan vaginanya mba Tari orgasme tepat dimulutku .<br />
<br />
Sekarang mba Tari mendorong badanku berdiri disisi tempat tidur dia berjongkok menghadap kearah ku dan tangannya mulai mengelus dan meremas-remas penisku setelah itu dia mulai menjilati penisku dari pangkal hinga ujungnya.tangan kirinya membelai kedua buah zakarku dengan lembut dan yang kanan memegang batang kejantananku,saat mba Tari mulai memasukkan penisku kemulutnya terasa sangat nikmat sekali,tangannya mengocok batang penisku pelan-pelan dan mulutnya terus menghisap dan menjilati kepala penisku dengan rakus.dia coba memasukkan penisku kedalam mulutnya tapi cuma setengah karena mentok dikerongkongannya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDjrpB_6C0djgAiYK2iQbr943dFj3_SKk5wn4LZEWO1kX3n1oGZ0BL0lSz0i5S5BfHGY6g1weHiGNkdOXJrqlQEsIgOjluFdkRx7tyjPIKpMhBf8zET74nDMqQKSiNwX7Ym8Ynz-h6esA/s1600/50.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDjrpB_6C0djgAiYK2iQbr943dFj3_SKk5wn4LZEWO1kX3n1oGZ0BL0lSz0i5S5BfHGY6g1weHiGNkdOXJrqlQEsIgOjluFdkRx7tyjPIKpMhBf8zET74nDMqQKSiNwX7Ym8Ynz-h6esA/s320/50.jpg" width="320" /></a></div>
Saat yang dinanti datang mba Tari duduk mengangkang dipinggir tempat tidur tepat didepanku yang masi berdiri dia mengarahkan penisku kelobang vaginanya,aku mulai memasukkan kepala penisku kevaginanya pelan-pelan terasa masih sempit dan peret.saat baru kepala penisku masuk aku menariknya keluar lagi sampe 3 kali biar terbiasa,tapi mba Tari yang ga sabaran malah mengunci pantatku dengan melingkarkan kedua kakinya dipantatku dan mau penisku dimasukkan semua.mba Tari meremas kedua bahuku gemas karena seperti aku mempermainkannya,aku coba menekan lagi pelan-pelan dan penisku udah masuk setengah mba Tari mendongak keatas menahan nikmat,aku mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan dengan satu tekanan kuat bleess penisku masuk semua sampai kepangkalnya,saat itu juga mba Tari berteriak kecil “Ooouucchhh” dengan mata terpejam.<br />
<br />
Dimulailah permainan kami,aku menggenjot vagina mba Tari kadang pelan dan kadang kaya orang kesetanan,aku memaju-mundurkan pantatku diiringi irama penisku yang bergesekan dengan liang kewanitaannya,cairan vaginanya yang sebelumnya keluar jadi pelicin dan menimbulkan bunyi yang sangat erotis.kami berdua bermandikan keringat memacu birahi yang udah sama-sama memuncak.mba Tari mengusap dadaku dan meraba perutku yang rata.<br />
“Badan kamu bagus sayang,pasti stamina kamu kuat” katanya.<br />
“Iya donk sayang,aku kan rajin nimba air tiap pagi heheee” jawabku centil.<br />
“ooouuchhhh puasin aku sayang”<br />
“pasti sayangku,sepuas yang kamu mau sayang”<br />
mba Tari mencengkram bahuku kuat yang aku tau dia mau nyampe lagi dan aku lebih mempercepat ritme goyanganku.<br />
“ooouchhh uuuhhhh ooouuchhh yeaaahhhh” erangan keluar dari mulut mba Tari disertai lagi dengan orgasme keduanya.<br />
<br />
Aku mencabut penisku dari vagina mba Tari yang lagi-lagi udah basah sama cairan orgasmenya dan meminta dia balik badan menungging kearahku.mba Tari udah aga lemas kayanya tapi dengan senang dia menuruti kemauanku.dari belakang dengan posisi menungging aku lebih bernafsu lagi melihat tubuhnya yang sintal ditambah dengan pantatnya yang besar basah oleh keringat,lipatan vagina yang sangat sempurna menyembunyikan itil nya didalam.aku arahkan kepala penisku kevaginanya dan mulai memasukkan kepala penisku pelan-pelan.sambil memaju mundurkan pantatku aku mencengkram kuat kedua pinggang mba Tari membuat dia merintih dan mendesah membuatku semakin kencang memompa vaginanya dari belakang.<br />
“oouuchhh ooouuchhhh mmmhhh enaakkkk sayyaaaanngggggg” katanya.<br />
<br />
Lumayan lama dengan posisi menungging dan kayanya mba Tari udah mau keluar lagi dia mau ganti posisi dan memintaku berbaring lurus ditempat tidur dengan gaya women on top.aku menurutinya sambil berbaring dan mba Tari lansung berjongkok diatas tubuhku sambil mengarahkan kepala penisku kevaginanya dan dengan satu tekanan blessss amblaslah penisku masuk semua kevaginanya,dia naik turun menghujamkan penisku keluar masuk divaginanya,goyangannya sangat erotis dengan sekalian memutar pantatnya kepenisku.rasanya sangat nikmat penisku bagai diurut dari ujung sampe pangkalnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv5hidMay94H2TbF7tYA-zFlJr1a28j2E0OFhGZWdXL1rlY8DW7BRb2GDzJd5KYm9_gc7PPNJtHQOAlS4gT5VXb57XUIFLLn6STGpD1cKrhMazx6j3bWIjGYI6Fybo9rt8VsZQSbIcK7Y/s1600/49.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv5hidMay94H2TbF7tYA-zFlJr1a28j2E0OFhGZWdXL1rlY8DW7BRb2GDzJd5KYm9_gc7PPNJtHQOAlS4gT5VXb57XUIFLLn6STGpD1cKrhMazx6j3bWIjGYI6Fybo9rt8VsZQSbIcK7Y/s320/49.jpg" width="320" /></a></div>
Tak lama akupun rasa udah mau keluar aku mempercepat gerakanku kevaginanya.<br />
“Oouuucchhh mbaaa a a a akuuu ma ma mauuu kekekeluaarrr jugaaaa”kataku terbata-bata.<br />
“iya sayang ooouuchhh aku juga mau keluarr lalalagiii ooouuuuccchhhhh”kata mba Tari.<br />
Diiringi teriakan kita berdua aku menekan penisku sekuat-kuatnya kelobang vagina mba Tari dan croott crooott croott croottt……. Spermaku tumpah semua didalam vaginanya dan mba Tari pun sama orgasme,cairannya keluar membasahi penisku.seketika mba Tari lemas dan merebahkan tubuhnya diatas tubuhku dan aku menerimanya dalam pelukanku aku mengecup lama keningnya,tampak dia memejamkan mata dan puas sekali.<br />
<br />
“Terimakasih banyak sayangku,aku puas banget malam ini”kataku pada mba Tari.<br />
“Aku yang seharusnya terimakasih sayangku,kamu udah memenuhi keinginan ku minta dipijit sampai tuntas sama kamu,bukan itu aja kamu gentle banget setelah main lansung memelukku,mengecup keningku dan berterimakasih aku sangat bahagia” kata mba Tari.<br />
“Wanita secantik mba pantas mendapatkan yang terbaik,dan aku sebagai lelaki wajib memberikannya”<br />
<br />
“Ooohh Aji ku sayang,beruntung banget wanita yang nanti mendapatkan kamu,ga kaya cowok aku dulu main 2 menit udah KO duluan dan lansung tidur”<br />
“Ah mba,ga perlu repot-repot mencari wanita itu,karena dia sekarang ada dalam pelukanku”<br />
Mba Tari hanya tersenyum dan memelukku erat kita berciuman lagi sampai akhirnya tertidur.Dan saat pagi bangun kita mengulang permainan lagi.Setiap ada kesempatan kita main lagi tidak tau tempat tidak tau waktu,lagi dan lagi.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/">http://powerdrugssurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-81458334705197999752015-05-06T03:07:00.003+07:002015-05-06T03:07:57.102+07:00Papa Jahat<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/05/papa-jahat.html">Papa Jahat</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setiap orang memiliki rahasia dalam hidupnya, entah itu rahasia-rahasia kecil yang hanya ia bagikan kepada Tuhan dan dirinya sendiri, atau bahkan rahasia kelam yang seringkali memberontak ketika ia terpendam terlalu lama dalam batin yang tak pernah tenang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di usia saya yang sekarang sudah menginjak 29 tahun, hidup sedikit banyak telah mengungkapkan sebagian misterinya kepada saya, membentuk karakter dan kepribadian saya dengan segala pengalaman hidup, serta mewarnai sejarah hidup saya dengan deretan rahasia. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Oh ya, sebelumnya perkenalkan nama saya Catherine.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tetapi orang-orang lebih sering memanggil saya Ling-Ling.. karena saya keturunan Tionghoa tulen. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sebenarnya saya merasa segan untuk menceritakan semua ini.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tetapi ada kalanya saya merasa harus menceritakannya kepada seseorang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">internet menjadi salahsatu pilihan saya untuk menceritakan rahasia yang saya pendam selama bertahun-tahun, karena di sini.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">saya bebas bercerita tanpa seorangpun tahu siapa saya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tanpa seorangpun bisa menghakimi masa lalu saya yang hitam dan penuh dengan dosa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Karena itulah, melalui sarana nirkabel ini, kucoba untuk melepaskan segala beban yang kupendam selama ini.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">semoga ketika ia terlepas, ia juga melepaskanku untuk menyambut hidup baru yang bebas dari bayang-bayang masa lalu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semoga.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">------------------------ </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgntSJS8auYNOTNnnZLVmRyTTcyifXBR_VObmXVYUh5UppLrMtoSGT7IMxSJluE0xL9lh5kcwz2hrQKbYBuSFnYMF0eFoc8sfjK05h8jYdfCnXdS7Rn37JgTr9frQhiMECG6BmctXQW_l0/s1600/ling.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgntSJS8auYNOTNnnZLVmRyTTcyifXBR_VObmXVYUh5UppLrMtoSGT7IMxSJluE0xL9lh5kcwz2hrQKbYBuSFnYMF0eFoc8sfjK05h8jYdfCnXdS7Rn37JgTr9frQhiMECG6BmctXQW_l0/s400/ling.jpg" width="266" /></a></div>
<span style="background-color: #edf4ff; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Catherine [Ling-Ling] </span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku lahir sebagai sulung dari 2 bersaudara, papa dan mama menikah di usia yang teramat muda.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">waktu itu mereka terpaksa menikah karena kehendak kakek nenek dan tradisi keluarga. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Usia Papa 19 tahun dan Pama 17 tahun ketika mereka menikah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa dan Mama tinggal dalam rumah kontrakan yang lumayan besar.. sambil menabung untuk membeli rumah sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">5 tahun setelah aku dilahirkan, mama baru mendapatkan kehamilannya yang kedua.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sayangnya Tuhan berkehendak lain.. dalam proses persalinan prematur untuk melahirkan adik..</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang belakangan diketahui berjenis kelamin laki-laki itu.. mama mengalami pendarahan hebat..</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">nyawa keduanya tidak tertolong. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya.. tinggallah aku dan papa dalam kesunyian rumah yang dari hari ke hari semakin menyayat hati. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa dengan tabah merawat aku sebagai single parent.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Segala urusan papa-lah yang mengerjakan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mulai dari mendaftarkan aku masuk SD.. memandikan dan bangun pagi-pagi untuk memasak serta mengantarkan aku ke sekolah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Beliau seakan larut dalam kesibukan kerja dan konsentrasi mengasuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa tidak pernah menikah lagi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mungkin itu diakibatkan oleh akumulasi perasaan bersalah beliau setelah kehilangan mama dan adikku di usia yang sedemikian muda. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tahun 1998.. Krisis melanda hidup kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa kehilangan pekerjaan dan harus mencari jalan untuk membiayai kehidupan kami berdua. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Saat itu usiaku 11 tahun. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami terpaksa pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil yang sekaligus menjadi tempat usaha papa berjualan sembako. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Rumah kontrakan ini begitu kecil.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">hanya terdiri dari satu ruangan besar yang digunakan papa untuk berjualan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">terisi penuh dengan kotak-kotak kayu yang berisi beras serta bahan makanan pokok lainnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">serta sebuah meja kayu yang tak seberapa lebar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">di mana papa sering duduk di belakangnya mendengarkan radio.. sambil memencet-mencet kalkulator dan menulis pembukuan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tidak ada ruang tamu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kamar tidur hanya satu berupa dipan yang beralaskan spring bed tua yang mulai kehilangan kelenturannya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ditambah satu kamar mandi sederhana.. dan sebuah kursi goyang yang terletak di samping meja pembukuan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa di mataku adalah seorang laki-laki yang sangat baik dan bertanggungjawab.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dedikasinya padaku dan pada pekerjaannya membuatku merasa kagum dan sangat menyayangi beliau. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Maklum.. sebagai warga keturunan Tionghoa, kami diajarkan untuk tidak boleh menyerah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">apapun yang terjadi dalam hidup ini.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Waktu terus berjalan.. usaha papa hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi tak apalah, yang penting aku tahu papa telah berusaha keras untuk merawat aku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hari-hari berjalan seperti biasa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menyekolahkan aku di Sekolah dasar dekat rumah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Waktu itu, papa dengan setia merawat dan berjuang keras agar aku bisa sekolah dan terpenuhi sandang pangan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa memandikan dan mengantar aku ke sekolah setiap pagi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak jarang kami mandi bersama jika sore hari. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Namun ketika aku masuk SMP papa sudah tidak pernah lagi memandikan aku.. saat itu aku tidak tahu mengapa dan kenapa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Walau terkadang aku merengek-rengek minta dimandikan oleh papa, tetapi papa menolaknya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling.. kamu sudah besar.. jangan terus tergantung pada papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mandi saja harus dibantu.. apa tidak malu..?” begitu katanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku sedikit merasa sedih jika mengingat masa-masa itu.. ketika kami bermain air bersama dan tertawa-tertawa.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Esoknya, papa membelikanku beberapa potong miniset dan menyuruhku memakainya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mungkin papa tahu.. di usiaku yang sekarang payudara mungilku mulai terbentuk.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">meskipun masihlah setutup cangkir poci teh.. dan puting yang masih pucat kemerahan sebesar biji kedelai saja.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Memang tidak baik jika seorang papa harus memandikan anak kandungnya yang tubuhnya sudah mulai berkembang.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Waktu itu aku agak kebingungan memakai miniset, aku kembali merengek pada papa untuk memakaikannya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">maklum pikiranku masih sangat polos waktu itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi papa menolak. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Katanya: “Ya.. pakai aja seperti kamu biasa pakai kaos..”</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya dengan memanyun bibir aku memakainya.. terasa sangat tidak enak memakai miniset. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi lambat laun aku terbiasa juga.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hal yang sama yang dilakukan papa dulu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ketika 2 hari pertamaku di SMP aku terkejut dengan keluarnya darah segar di celana dalamku.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Waktu aku lapor ke papa.. papa hanya diam.. dan segera beranjak ke warung untuk membelikanku pembalut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hanya saja.. waktu itu papa sempat mengajariku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">bagaimana cara memakainya dengan memperagakannya menggunakan celana dalamnya sendiri. Hihihi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku selalu tertawa jika teringat waktu itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">meski demikian di dalam hati aku sangat bersyukur karena memiliki papa seperti dia.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang rela melakukan segala sesuatunya demi puteri semata wayangnya.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Agak geli membayangkan waktu itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">bagaimana papa memperagakan cara memakai pembalut wanita dan mati-matian menenangkan aku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Itulah kenapa aku sangat menyayangi dan mengagumi papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bagiku.. papa adalah malaikat. Satu-satunya malaikat yang pernah ada dalam hidupku..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku hanya ingat waktu itu.. aku melihat sebuah daging panjang yang bergelantungan di pangkal paha papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan rambut yang tak terlalu lebat di sekitar tempat menempelnya daging itu.. serta 2 buah bola yang keriput di bawahnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWtXE3metiFWJjmqSsVVoHXcF0ctYgil0zO7vCltahNxp-07n1E1BlyWwebtyWHJlpw6_r-NVXC_IzV7Pdxm92_NQvgmtpZDwz8EqurwVbQKLdJso2lT0-6hanb8y9kjf8Qw-z8qWHZ0U/s1600/1+sexy.20.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWtXE3metiFWJjmqSsVVoHXcF0ctYgil0zO7vCltahNxp-07n1E1BlyWwebtyWHJlpw6_r-NVXC_IzV7Pdxm92_NQvgmtpZDwz8EqurwVbQKLdJso2lT0-6hanb8y9kjf8Qw-z8qWHZ0U/s320/1+sexy.20.jpg" width="239" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tapi toh waktu itu aku masih kecil.. tidak ada pikiran apapun yang melintas di benakku.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">4 hari setelahnya badanku panas tinggi.. papa langsung membawaku ke dokter.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dokter mendiagnosa aku terkena demam berdarah.. jadi aku harus dirawat selama hampir 1 minggu di rumah sakit.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sepulangnya dari rumah sakit papalah yang merawatku.. karena badanku masih sangat lemah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan ketika memandikanku.. terpaksalah papa menyabuni aku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa terlihat sangat enggan ketika harus melepas bajuku satu per satu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi karena rasa sayangnya yang teramat besar padaku, papa akhirnya melakukannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Waktu itu, aku tidak sedikitpun merasa malu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mungkin didukung oleh pemikiran bahwa ia adalah papaku sendiri.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dan dari dulu-dulu juga kami sering mandi bersama di saat aku masih SD.. lagipula aku sangat menyayangi papaku ini.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya.. terlihatlah payudaraku yang baru tumbuh dan vaginaku yang belum ditumbuhi sehelai rambutpun oleh papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menyabuni aku dengan lembut dan menggosok sekujur tubuhku dengan handuk hangat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi terlihat.. betapa papa menghindari untuk terlalu lama mengelap bagian-bagian terlarang dari tubuh seorang wanita.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku hanya cekikikan.. karena kegelian.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semakin hari rasa sayangku kepada papa semakin bertambah.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai suatu hari.. beberapa minggu kemudian.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ketika aku pulang sekolah.. aku melihat papa sedang tertidur pulas di dalam kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanpa disengaja mataku menatap televisi yang masih menyala.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di layarnya terpampang adegan seorang laki-laki yang sedang berpelukan dengan wanita.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dan.. kedua-duanya telanjang..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku melihat daging panjang yang sama seperti yang dimiliki oleh papa.. keluar masuk dalam lubang pipis si wanita. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sang wanita terlihat mendesah-desah keenakan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara si lelaki tak henti-hentinya berkata.. “I love you, I love you so much..“</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kontan seluruh bulu di tubuhku serasa merinding.. badanku panas dingin.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">keringat timbul dengan derasnya dari pori-pori tubuhku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tenggorokanku terasa tercekat dan ngilu di sekitar gerahamku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku terduduk di pinggir ranjang yang biasanya kugunakan untuk tidur bersama papa.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sekitar 15 menit aku hanya terdiam dan tak mampu berkata apa-apa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seluruh tubuhku seperti lemas dan tak bertenaga.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada kedut-kedut kecil di balik celana dalamku yang perlahan membuatnya menjadi sedikit basah.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba terdengar suara bentakan papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling-Ling, sedang apa kamu ! Keluar dari kamar cepat !“</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku yang terkejut segera keluar dari kamar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mungkin papa sendiri juga merasa menyesal kenapa dia sampai ketiduran saat menonton film dewasa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sekarang, jika kuingat-ingat lagi, aku sering merasa kasihan dengan papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah bertahun-tahun tanpa ibu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mungkin ada beberapa gejolak sebagai seorang laki-laki yang tetap saja muncul ke permukaan.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Namun aku tahu, papa memang seorang yang sangat baik.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">apalagi dia seorang yang cukup taat beribadah, sehingga tidak mungkin baginya untuk melakukannya dengan wanita bayaran.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Malamnya.. papa memanggilku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling, kamu tahu apa yang kamu lihat tadi..?”</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku hanya menggeleng. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Itu hanya dilakukan oleh 2 orang dewasa yang saling menyayangi satu sama lain.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jadi kamu jangan sampai melakukan hal semacam itu..“</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Ya, pa..“ jawabku pelan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Walau jujur.. dalam hatiku masih bertanya-tanya.. dan seringkali aku merinding.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">jika membayangkan kembali apa yang kusaksikan terjadi dalam film itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">----- </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL_HuC04lhhxkjh2pM0dp9JrZpzBay1hMhCmpoBJF7iVfvqgnq1-a7sMreo7sVdVvNEvjlI6hP4Na1_Li_sqJzWiiessh-OXIyMKDXD2vvlJmuvRLuTmfwBpzyDTDn8aRXHA6vlVVyE1Q/s1600/b.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL_HuC04lhhxkjh2pM0dp9JrZpzBay1hMhCmpoBJF7iVfvqgnq1-a7sMreo7sVdVvNEvjlI6hP4Na1_Li_sqJzWiiessh-OXIyMKDXD2vvlJmuvRLuTmfwBpzyDTDn8aRXHA6vlVVyE1Q/s400/b.jpg" width="300" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suatu sore di awal-awal aku kelas satu SMP.. saat itu papa sedang tiduran di kamar sambil membaca Koran.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku yang pada mulanya bersiap akan mandi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tiba-tiba teringat sesuatu yang kuanggap penting untuk wanita seusiaku, dompet. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Maka.. dengan tanpa beban aku datangi papa dan dengan tiba-tiba pula aku langsung duduk di atas pahanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">di pangkuannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Pa, minta uang dong.. buat beli dompet. Ling nggak punya dompet.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">padahal temen-temen pada punya..”</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa masih tampak cuek.. dan meneruskan membaca Koran menutupi wajahnya.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merengek-rengek dan menghentak-hentakkan tubuhku di atas tubuh papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pangkal paha kami saling bertemu dan bergesekan tanpa sengaja. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan anehnya.. sedikit demi sedikit aku mulai merasakan hal yang sama.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika aku menonton film yang tempo hari tak sengaja kulihat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seperti ada kedutan-kedutan kecil.. yang menyetrum kemaluanku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika bersinggungan dengan gundukan daging atau otot di celana papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah kenapa.. aku merasakan sedikit demi sedikit nikmat dari pertemuan kedua pangkal paha kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku, tanpa sadar terus merengek.. sambil berpura-pura menghentak-hentakkan tubuhku di atas pinggul papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Selama itu pula papa cuek bebek.. dan berpura-pura tidak mendengar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dia terus saja membaca Korannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perasaan nikmat itu semakin menjalar ketika kurasa gundukan itu semakin keras.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dan terasa seperti menggesek kemaluanku dengan lebih keras. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apalagi terbayang juga bentuk daging panjang yang dulu biasa kulihat ketika aku masih SD. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya.. pada detik terakhirnya.. seiring bertambah kerasnya rengekanku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku merasakan setrum ribuan watt mengaliri pinggulku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seperti sebuah kilat.. yang tiba-tiba sekejap menyambar dan menghujaniku dengan ketegangan pinggul.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang tak terbayangkan olehku sebelum-sebelumnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tanpa sadar menghentikan rengekanku dan mendesah dengan tubuh yang melengkung ke depan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tubuhku terasa tegang.. keringat dingin mengalir di sekujur tulang belakangku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku tanpa sadar mencengkeram buku pelajaran yang sedari tadi kubawa di tangan kananku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di kemudian hari.. barulah aku tahu.. itu adalah orgasme pertamaku..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tidak tahu apakah papa mengetahuinya atau tidak.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">bahwa aku mendapatkan orgasme pertamaku darinya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Karena saat itu papa masih asyik membaca Koran. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hanya memang kulihat.. gundukan yang terlihat semakin menonjol di balik celana pendeknya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika kugesekkan pangkal pahaku ke tubuhnya.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah mengatur nafas sedemikian rupa.. entah mengapa tiba-tiba perasaanku menjadi aneh. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku sungguh-sungguh tidak tahu apa yang terjadi dalam diriku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merasa syok dan sangat kebingungan dengan keadaan yang aku alami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku menghentikan rengekanku dan segera keluar dari kamar seraya berkata.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Dasar.. papa pelit..!” kilahku sedikit gemetar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bersandiwara seakan tidak terjadi apa-apa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Waktu itu aku tidak tahu apa yang aku rasakan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi ada sedikit rasa takut dan malu.. jika papa tahu apa yang baru saja kualami.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada perasaan yang asing menyeruak dalam diriku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seharian itu sikapku menjadi agak canggung bila berhadapan dengan papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara papa sendiri tampak biasa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seakan dia tidak tahu apa yang sedang dialami oleh puteri kandungnya.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kejadian pertama tersebut.. tanpa kusadari telah tertanam di benakku sedemikian rupa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sehingga dalam pikiran polos dan hati kecilku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">timbul lagi keinginan.. untuk merasakan ‘perasaan’ yang sama seperti yang kualami pertamakalinya.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seminggu kemudian.. hal yang sama terulang kembali. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Saat itu.. papa sedang membaca koran dengan posisi terlentang di tempat tidur.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tempat biasa kami tidur bersama.. pada saat yang sama. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Melihat keadaan yang demikian.. seketika timbul pemikiran ingin mengulangi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">hal yang dulu terus membayang di pikiranku.. ‘rasa nikmat aneh’ yang pernah kualami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi aku masih takut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jantungku berdebar dengan keras ketika aku menghampiri tubuh papa.. dan menindihnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seperti kejadian seminggu yang lalu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kali ini.. aku berpura-pura memintanya mengajariku soal matematika. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan seperti biasa.. papa hanya sekilas menurunkan koran yang sedang dibacanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">berkata bahwa dia capek sekali karena sudah bekerja seharian ini.. seraya melanjutkan membaca koran. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Ya.. sudah, kalau papah nda mau ngajarin Ling, Ling belajarnya di sini aja.."</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Ya terserah kamu, Ling. Papa bener-bener capek, sayang.."</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Maka mulailah petualangan rasaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pelan-pelan aku menggoyangkan pinggulku sambil pura-pura membaca buku yang aku pegang..</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku bersenandung.. sehingga terlihat seakan-akan gerakan tubuhku lebih diakibatkan karena aku mengikuti irama lagu yang kusenandungkan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan perlahan dan ritme yang teratur kugoyangkan pinggulku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang otomatis membuat kemaluanku tergesek oleh gundukan di celana papa.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah kenapa.. setiapkali aku melakukan hal itu.. kurasakan gundukan di celana papa semakin mengeras. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ya.. aku bisa merasakannya.. daging atau otot itu menjadi sangat keras dan memanjang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kugesekkan garis kemaluanku.. mengikuti alur daging panjang yang menggembung dengan hebatnya di bawah sana. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku terus bersenandung.. walau nafasku jadi sedikit terasa lebih berat ketimbang biasanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kulihat papa tetap seperti biasa membolak-balik koran yang dibacanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan teramat perlahan.. pinggulku kumaju-mundurkan.. tersamar gerakan seperti seorang penari.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang melenggak-lenggok mengikuti irama. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terkadang.. pinggulku kuputar-putar seperti penyanyi di atas panggung yang menikmati atau menghayati lagu yang dia nyanyikan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan entah benar yang kudengar atau hanya bayanganku saja.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Untuk pertamakalinya aku mendengar papa sedikit menahan nafas. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku terus melanjutkan ‘tarianku’ pura-pura menyanyikan lagu yang kini sengaja ritmenya kubuat lebih cepat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">makin cepat.. dan lebih cepat lagi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan ketika tak sengaja aku melihat ke arah bawah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku hampir terpekik.. melihat sekerat daging berwarna merah tua.. sedikit mengintip keluar dari garis celana pendek papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi.. pemandangan itu membuatku semakin merasakan desiran-desiran aneh.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang telah menguasai seluruh naluriku sebagai seorang wanita yang telah mengalami menstruasi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ingin sekali aku menyentuh daging merah tua yang mengintip dan menggoda aku sedari tadi itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi aku takut jika papa menyadari apa yang sedang puterinya lakukan.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah sedemikian lama.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">akhirnya aku merasa bahwa apa yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kedutan-kedutan di sekitar pinggul dan sekeliling kemaluanku mulai terasa menghebat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanpa sadar.. nyanyianku menjadi semakin lirih.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">karena aku lebih berkonsentrasi dengan kenikmatan yang segera aku jemput sebentar lagi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan suatu sentakan yang lembut.. kutekankan pangkal pahaku ke gundukan keras itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan pada akhirnya.. aku tak mampu lagi berkata-kata.. tak sadar dan tak peduli lagi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku mendesah agak keras.. dengan diikuti oleh melengkungnya tulang punggungku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">serta pijakan kaki yang menekan ranjang dengan kuat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mataku yang sipit sampai mendelik.. terbeliak.. ketika ‘nikmat aneh’ itu menggempur tubuh dan emosiku.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Orgasmeku tiba dengan dahsyat.. dan tak mampu terbendung lagi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bersamaan dengan itu.. ditimpa kilasan-kilasan yang menguasai kerdipan mata sipitku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">kulihat ada semacam cairan putih kental.. keluar dari lubang yang ada di ujung daging merah yang mengintip di garis celana papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Cairan itu sangat banyak dan meluber ke perut papa.. bahkan mengisi pusarnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sebagian meleleh melalui pinggangnya dan jatuh ke ranjang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Nafasku sedikit terengah-engah dan dadaku berdegup kencang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Keringat membasahi punggung baju dan leherku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Rasa lelah yang mencengkeram kedua kakiku dengan mendadak.. membuatku tak sempat lagi berpikir atau bertanya-tanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">apa kiranya cairan kental yang keluar dari ujung daging merah tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku terdiam sejenak di atas tubuh papa, menikmati sisa-sisa kenikmatan dan lelah tubuh ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah beberapa saat, aku pura-pura hendak ke kamar mandi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa pun mengiyakan saja dengan suara berdehem lirih. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">--------------------------- </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanpa terasa.. 2 tahun berlalu dengan cepat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tumbuh menjadi gadis kecil yang banyak disukai orang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Banyak teman-teman sering merasa aku tidak cocok menjadi manusia.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tetapi lebih cocok dipajang di rak toko boneka. Hihihi.. mereka lebay, kupikir. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi memang.. kecantikan yang kuwarisi dari ibuku banyak mengundang pujian dari saudara-saudara dan teman-temanku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kulitku yang putih mulus.. badanku yang ramping dan wajahku yang – kata orang – innocent.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">plus mata sipitku yang membuat gemas banyak ibu-ibu di sekitar rumah kontrakan kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCA7l5OLsTOrRRvw170YVuyuqgH-7gf8CcOIQ5oN3ZWdra0ngfJ8fvJM1ftqMJBLhZTIyCPFn68wNuqwD0DNqVHgKIjKFxF5GH5g-thENqSIGX0K0CfCh4ZtCQWgxnsPKkGWXa2tHJjjM/s1600/78.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCA7l5OLsTOrRRvw170YVuyuqgH-7gf8CcOIQ5oN3ZWdra0ngfJ8fvJM1ftqMJBLhZTIyCPFn68wNuqwD0DNqVHgKIjKFxF5GH5g-thENqSIGX0K0CfCh4ZtCQWgxnsPKkGWXa2tHJjjM/s400/78.jpg" width="315" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mungkin karena wajahku yang kata orang sangat imut.. innocent dan putih bersih.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mata sipitku.. bibirku yang merah segar dan tubuhku yang mungil tetapi mulai berisi itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">semakin menambah daftar pujian demi pujian orang kepadaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Yang pada saat itu justru sama sekali tidak aku pedulikan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">karena aku belum begitu paham apa arti semua kelebihan ini bagi seorang wanita. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pertumbuhanku yang terjadi dengan sangat cepat.. membuat papa sedikit kebingungan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apalagi ketika berteriak-teriak dan menangis karena dari vaginaku mengalir darah segar dengan jumlah yang banyak. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Payudaraku pun mulai tumbuh.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dan herannya.. pertumbuhan payudaraku sepertinya agak lebih cepat daripada anak-anak SMP lainnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tidak proporsional dengan tubuhku yang mungil. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pada waktu itu aku masih mengenakan mini set.. atau kaus dalam saja. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai suatu hari papa membawa pulang entah berapa buah BH dengan berbagai ukuran.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan beliau menyuruhku mencobanya satu per satu.. plus satu gambar wanita yang sedang memakai BH. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku segera mencobanya satu per satu di kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setengah mati mencoba memasang BH itu ke atas tubuhku.. sementara papa menunggu di luar.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Repotnya aku belum terbiasa untuk mengaitkan bagian belakang BH.. tanganku tidak sampai. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku dengan polos memanggil papa untuk masuk.. membantuku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Pa, masuk sebentar bantuin Ling..!" Teriakku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Nggak. Kamu sudah besar Ling, harus berusaha mandiri..!" Bentak papa dari luar kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Tapi tangan Ling nggak sampai Pa..!" sahutku dengan sedikit merengek. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya.. papa masuk ke kamar tidur kami juga. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Agak jengah sepertinya beliau melihat aku hanya memakai celana pendek dan BH saja. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Ini pa..!" Jawabku memunggungi beliau.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sambil menoleh ke belakang dan memegang kedua sisi pengait BH yang belum terpasang dengan sempurna. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan cepat Papa membantuku mengaitkan tali BH itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ternyata ukurannya pas dan nyaman dipakai. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Yang ini aja pa, yang ini ukurannya pas..!" Kataku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">"Ya, nanti sore sehabis tutup toko papa kasih duit buat beli yang ukuran itu..!" </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah mendengar jawabannya aku langsung berusaha melepas BH itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan.. lagi-lagi papa membantuku membuka kait BH. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Begitu terlepas.. aku dengan cuek dan polos langsung meloloskan BH itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">berbalik tubuh untuk mengambil kaus dalamku yang ada di sisi kanan tempat Papa berdiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak ayal.. terpampanglah kedua buah dadaku yang mengkal dan membulat kenyal seukuran mangkok mie ayam.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan puting kecil berwarna kemerahan setengah cokelat muda di hadapan beliau. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada sedetik dua detik beliau secara refleks memandangi kedua belah payudaraku yang ada di hadapan matanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">lalu segera membuang muka ke arah pintu kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sedangkan aku masih dengan tanpa malu-malu dan pikiran apapun.. kembali mengenakan kaus dalam dan T-shirtku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tidak berpikiran apa-apa karena sejak kecil Papalah yang memandikanku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">begitu aku masuk kelas 5 SD.. papa barulah menyuruhku untuk lebih mandiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sore harinya setelah tutup toko.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa memberiku sejumlah uang untuk membeli BH dengan ukuran 31 A. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Uang itu segera kumasukkan ke dalam dompet. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah mandi, aku segera berangkat ke toko terdekat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Belum ada 100 meter aku berjalan dari rumah.. aku merogoh dompetku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sial.. ternyata dompetku masih ada di atas meja di kamar tidur. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sekembaliku ke rumah.. aku melihat kamar tidur kami pintunya sedikit terbuka.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sementara aku berjalan hendak masuk ke kamar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mataku menangkap suatu gambaran yang mengintip sayup di antara celah-celah pintu kamar yang sedikit terbuka. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Betapa terkejutnya aku melihat papa sedang berada di atas tempat tidur kami tanpa selembar benangpun ada di tubuhnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan yang membuatku nyaris terpekik adalah.. papa sedang menggerak-gerakkan sesuatu di pangkal pahanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sesuatu yang panjang sekali dan besar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Keringat dingin tiba-tiba keluar dari seluruh pori-pori tubuhku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Lidahku sedikit kelu dan kerongkonganku tiba-tiba terasa kering.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">karena perasaan tegang yang tak pernah kualami sebelumnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tangan kanannya menggenggam batang itu dengan kuat dan mengocoknya ke atas dan ke bawah berulangkali.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sementara tangan kirinya memegang sesuatu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">kalau penglihatanku tak salah.. itu adalah sebuah buku..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku ingin berlari dan menghindari pemandangan itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tetapi tubuhku terasa lemas sekali.. kedua lututku seperti tertanam ke dalam tanah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara.. rasa penasaran juga perlahan-lahan ikut menyelinap masuk ke dalam pikiran bocahku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang masih penuh dengan rasa ingin tahu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan pada akhirnya.. aku malah terdiam di sana dan berusaha membuat suara sekecil mungkin.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">melihat dari celah pintu kamar wajah Papa yang terlihat serius dan sedikit tegang.. alisnya mengkerut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terkadang kedua matanya terpejam sebentar kemudian terbuka lagi.. menatap kosong ke langit-langit kamar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terkadang gerakannya terhenti sebentar.. dan matanya menoleh ke arah buku kecil yang dipegangnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Gerakannya begitu tak terduga.. terkadang cepat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terkadang jari-jarinya hanya mengusap bagian puncak batang itu yang mengkilap kemerahan diterpa lampu kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tiba-tiba seperti berada di dunia lain.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kesunyian menyergapku dengan menyuguhkan pemandangan yang entah kenapa seperti menguras habis seluruh fokus dan energi tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai pada suatu titik.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kulihat papa mempercepat kocokan di tangannya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jari-jari kakinya melebar.. menegang sesaat disertai geraman yang membuatku merinding.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Merinding.. karena samar-samar kudengar papa memanggil namaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seperti geraman yang tertahan di kerongkongan.. namun jelas terdengar, “Ling Ling.. Ling ling..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pada detik terakhir itulah kulihat cairan putih kental berlompatan keluar dari batang yang beliau genggam.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">cairan yang kukira sama.. dengan cairan yang keluar saat di ranjang beberapa waktu lalu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Banyak sekali.. memancar keluar beberapakali.. menerpa kulit dada dan perut papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sebagian meleleh di jari tangannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Selang beberapa detik papa tergelepar lemas di atas tempat tidur.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tangannya perlahan melepaskan genggamannya pada batang di pangkal pahanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4LuToX22x6USq8zVqSE8R9Kg2NT_IA5_MsacLY3VhKDf0p9KeVGvE04jsssqMZduNFPG7UBUZxPEF0cDlqdzctt4pLKdzobHXLH4tlqzeCzq0eAbmxdu84bhVXx2lyxifxRQmRueXAGg/s1600/ke-jepang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4LuToX22x6USq8zVqSE8R9Kg2NT_IA5_MsacLY3VhKDf0p9KeVGvE04jsssqMZduNFPG7UBUZxPEF0cDlqdzctt4pLKdzobHXLH4tlqzeCzq0eAbmxdu84bhVXx2lyxifxRQmRueXAGg/s400/ke-jepang.jpg" width="266" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dalam kondisi itu aku melihat batang itu dengan lebih jelas lagi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Urat-urat di bagian bawah batangnya.. mengkilap oleh sedikit cairan putih yang meleleh.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">turun dari ujung batangnya yang kini lebih berwarna keunguan.. tidak semerah ketika pertamakali aku melihatnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pelan-pelan kubalikkan tubuhku dan memutar otak bagaimana mengambil dompet yang masih tertinggal di meja kamar kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sialnya.. ketika hendak berbalik tubuhku.. tak sengaja menyenggol rak piring yang ada di sebelah kanan tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Krontang..!</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Mati aku..!” pikirku panik. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bunyinya cukup keras. Jantungku seakan berhenti berdebar, ingin rasanya aku lenyap dari dunia ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling-Ling..??” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba suara Papa memanggil dari dalam kamar. Aku tidak menjawab. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terdengar suara orang terbangun dari atas ranjang dan seperti tergopoh-gopoh berjalan menuju pintu kamar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Belum sempat aku menjawab, pintu kamar terbuka. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa sudah mengenakan celana pendeknya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Wajahnya setengah pucat pasi melihatku masih berdiri di depan kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Situasi saat itu benar-benar kikuk dan canggung bagi kami berdua. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sedikit tergagap Papa bertanya.. “Lho, kok belum berangkat..?” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak kalah gugupnya aku menjawab. “Belum Pa.. dompet Ling ketinggalan di kamar..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanpa menunggu jawaban Papa.. aku menerobos masuk kamar melewati tubuh Papa yang masih berdiri di depan kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sekilas kulihat tangannya sedikit-sedikit mengusap rambut kepalanya yang basah oleh keringat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah mengambil dompet.. aku segera keluar kamar dan meninggalkan papa sendirian.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan segala macam perasaan yang berkecamuk. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling berangkat dulu Pa..” kucoba untuk bersikap senormal mungkin seakan tidak pernah terjadi apa-apa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa hanya mendehem pelan, mengiyakan pamitku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sepanjang jalan menuju toko pakaian dalam.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">otakku tak berhenti memutar kembali reel demi reel yang merekam kejadian tadi dengan jelas.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada ribuan pertanyaan yang mendesak untuk dijawab.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perasaan aneh dan malu yang terkulminasi menjadi satu dalam batinku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apa yang sedang dilakukan Papa tadi..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mengapa beliau melakukannya..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mengapa Beliau memanggil namaku..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Buku apakah yang ada di tangan kiri papa..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Cairan apa yang keluar dari burung Papa..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Baru kusadari sekarang.. bagian bawah tubuhku.. tepatnya di bagian celana dalamku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">terasa ada rasa dingin yang membuat jalanku terasa kurang nyaman. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apakah aku mengompol tadi ketika sedang mengintip Papa..? Semakin bingung, aku.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">------------ </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Malamnya.. ketika aku pulang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seperti biasa kami makan bersama.. tetapi suasana canggung masih menyelimuti keadaan rumah kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa seperti berubah agak pendiam.. dan hanya sekali-kali berbasa-basi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Menanyakan apakah aku sudah membeli barang keperluanku di toko.. atau tambah atau tidak nasinya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara aku masih tidak berani melihat ke arah Papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">menunduk dan berusaha menikmati capcay goreng kesukaanku yang entah mengapa hari ini terasa sulit untuk ditelan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tidak ada candaan-candaan seperti hari-hari biasa kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami sama-sama saling tahu rahasia masing-masing. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tahu Rahasia papa dengan kegiatan anehnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara Papa tahu Rahasiaku yang pernah melihat kemaluan laki-laki dewasa di usiaku yang baru beranjak 13 tahun. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Menjelang tidur.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku yang biasanya tidur sambil menghadap ke arah Papa.. atau kadang bergelendotan manja.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">saat itu memilih untuk tidur sambil memunggungi Papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami memang tidur seranjang.. karena tidak ada ruang tidur lain di rumah kontrakan kami yang begitu kecil ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semalaman jantungku berdebar-debar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bayangan pemandangan tadi sore masih melekat dengan jelasnya di benakku.. bagai alur sebuah film. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Malam itu waktu seperti berjalan begitu lambat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai akhirnya.. jauh setelah lampu kamar dimatikan.. otakku yang kelelahan menyeretku dengan paksa ke alam tidur.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy_kkojqaclUyIzDKPgpK8mOL_1UCrSNzr4f2JkshtdynUfF41XaJCmhtTjtrnT7nw8YuuNPx70zkzjnBzfWs9h41TtZTP5duzEnMzH_2xPkFzfCvmFBJ8eIgAAq9Gm08YtKG33kh5XcM/s1600/82.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy_kkojqaclUyIzDKPgpK8mOL_1UCrSNzr4f2JkshtdynUfF41XaJCmhtTjtrnT7nw8YuuNPx70zkzjnBzfWs9h41TtZTP5duzEnMzH_2xPkFzfCvmFBJ8eIgAAq9Gm08YtKG33kh5XcM/s400/82.jpg" width="300" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Keesokan paginya.. aku berangkat sekolah seperti biasa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hanya saja pikiranku sepanjang hari itu tidak terlalu fokus dengan pelajaran sekolah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">melainkan masih hinggap pada penglihatanku kemarin sore. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Iseng-iseng kuberanikan bertanya pada Devi, teman sebangkuku yang sekaligus juga sahabat baikku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Selain terkenal Gaul.. Devi juga memiliki pengetahuan yang cukup luas ketimbang teman-teman seumuran kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Dev, gue boleh tanya sesuatu nggak? Tapi mungkin pertanyaannya agak-agak gimana gitu..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Devi tersenyum geli. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Tanya tinggal tanya ajalah.. emang apaan..?” ujarnya sembari melirik-lirik menggodaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku mengambil jeda sebentar dengan menarik nafas yang sengaja kuberat-beratkan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sebelum akhirnya pertanyaan itu meluncur keluar dengan malu-malu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Eeng.. Dev, pernah liat itunya cowok belum?” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Devi sedikit melongo.. seperti tidak percaya pertanyaan seperti itu keluar dari sobat dekatnya..</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">yang dia kenal paling alim dan rajin beribadah di seantero sekolah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Maklum.. aku adalah leader kegiatan rohani di sekolah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sembari ketawa Devi menjawab.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Haha.. lu tuh ada-ada aja Cath. Ya, pernahlah.. punya adik gue. Kecil, buntet, keriput..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku hanya ber-ooh dan mengangguk-anggukkan kepalaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Emang dari burung itu bisa keluar cairan selain air kencing ya..?” tanyaku lagi hati-hati. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di otakku terbayang cairan putih kental yang kemarin terpancar keluar dari burung Papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Wah, lu ini.. tanyanya semakin aneh-aneh Cath. Tumben-tumbenan tanya-tanya yang jorok gini..?“ </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Devi terkikik kecil. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Setahu gue sih.. kencing ma sperma keluarnya dari lubang yang sama. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kalau cowok lagi kebelet pipis.. keluarnya kencing. Kalau lagi kebelet kawin.. keluarnya sperma..!” tambahnya lagi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Kawin..? Maksudnya..?” tanyaku lebih jauh lagi.. makin penasaran. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ah, masa lu nggak tahu sih..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kawin ya itu.., tahu kan pelajaran biologi yang diajarkan Bapak Larso kemarin.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kalau ada sapi ber-reproduksi.. ciee bahasa gue keren, ya..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Nah.. si sapi pingin punya anak kan, mereka harus kawin dulu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Atau cara gampangannya.. itunya si sapi cowok.. masuk ke itunya si sapi cewek. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Lalu di dalem itunya si sapi cewek.. itunya si sapi cowok keluarin sperma.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Lalu sperma ketemu deh sama sel telur. Jadi deh anak sapi..!” Jelas Devi panjang lebar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kuserap dengan cepat segala penjelasan Devi.. bagai Murid yang ingin menyedot habis semua tenaga dalam sang Guru. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Jadi harus ada cewek.. itunya si cowok baru bisa keluar sperma ya..?” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kuberondong Devi dengan pertanyaan-pertanyaan konyol dan naifku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ya.. harusnya sih gitu..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Devi terlihat berpikir.. namun sebelum dia sempat menjelaskan lebih jauh, aku kembali bertanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Kalau nggak ada ceweknya.. tetapi bisa keluar sperma..? Gimana dong..?“ </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba ada suara keras di belakang kami berdua.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Itu mah namanya onani..! Hahahaha..” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak kusadari.. daritadi si Alex ternyata berada di belakang kami berdua, sibuk menguping. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Alex adalah murid yang terkenal paling badung di sekolah kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara Devi sibuk mengumpat si Alex yang tiba-tiba muncul di belakang kami.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku malah sibuk meng-copy setiap kosakata baru yang baru kudengar hari ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Rasa ingin tahuku yang besar atas apa yang terjadi pada diri Papa.. membuatku sedikit bermuka tebal hari itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Maka dengan penuh keberanian aku bertanya kepada Alex. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Emang Onani apaan Lex..?” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Si Alex masih dengan ketawanya yang khas menyahut.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Mainin burung sendiri. Ga kuat nahan nafsu kali ye, hahaha..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kemudian tangannya ditempelkan ke arah celana dan menggerak-gerakkannya naik turun. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Si Devi kontan langsung memekik sambil menutup wajahnya.. sementara aku hanya melongo seperti orang bodoh. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Baru kutahu.. ternyata kegiatan yang papa lakukan adalah onani. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Keyakinanku semakin terbukti dengan gerakan tangan Alex yang mirip sekali dengan gerakan tangan Papa waktu itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi nggak kuat nahan nafsu..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Nafsu pada siapa..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terlintas ketika Papa menyebut namaku sesaat sebelum spermanya berhamburan mengenai dada dan perutnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pada siapa Papa bernafsu..?</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">-------- </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2BKLyU4c7l0jSPFJCqmOBBo2DD2lQLoZwLDkqNO5EQXjiHUmRRsC_ylJpUugnKkhOQpf4FAadN9mlLDMIDrZQ0EbJInmGKcyT3fpBOEGAfzn3W8o-XBB5GcCkKr74QAxR3m9R0FzL3iM/s1600/Aya_Kiguchi_76.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2BKLyU4c7l0jSPFJCqmOBBo2DD2lQLoZwLDkqNO5EQXjiHUmRRsC_ylJpUugnKkhOQpf4FAadN9mlLDMIDrZQ0EbJInmGKcyT3fpBOEGAfzn3W8o-XBB5GcCkKr74QAxR3m9R0FzL3iM/s400/Aya_Kiguchi_76.jpg" width="266" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sepulang sekolah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kulihat Papa sedang menggotong beberapa kardus bekas, beliau berkata.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling, Papa mau kulakan hari ini, toko tutup sebentar.. kamu sendirian di rumah ya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Itu makanan sudah Papa siapkan di atas meja..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku hanya mengangguk sambil menghindari tatapan mata terlalu lama dengannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah Papa pergi.. rasa penasaranku berlanjut pada buku yang dipegang oleh Papa waktu itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah di mana papa menyembunyikannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku mencarinya ke sana-kemari.. sampai akhirnya kutemukan buku itu di dalam lipatan baju beliau paling bawah di dalam lemari. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Foto Plus judulnya.. selain itu juga ada beberapa buku berjudul ’Enny Arrow’. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah kutemukan buku-buku itu.. yang jumlahnya total ada 8 buku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku mengecek pintu depan rumah.. apakah sudah terkunci dengan baik.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">lalu kukunci pintu kamar kami, takut apabila kala-kala Papa pulang mendadak. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di dalam kamar.. segera kubuka salahsatu buku itu halaman per halaman.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Isinya.. kisah mengenai kehidupan nyata seseorang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan yang membuatku panas dingin adalah.. cerita di dalam buku itu sangat gamblang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">detail banget menjelaskan.. bagaimana orang berpacaran.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">pernikahan.. dan hubungan antara wanita dengan pria yang tabu diceritakan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sambil memeluk guling, kubaca salahsatu cerita di dalam buku tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Auww..! Aku melayang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semua kepolosan dan ketidaktahuanku tentang kehidupan manusia.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sedikit demi sedikit mulai terkikis oleh cerita-cerita vulgar dalam buku tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apa itu ejakulasi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ereksi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Onani.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Oral seks.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bahkan orgasme.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semua bisa kucerna dengan gampang.. lebih gampang ketimbang mendengar penjelasan Pak Larso, guru Biologiku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Yang membuatku merasa aneh dan merinding nikmat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika kujumpai bagian dari dalam buku tersebut yang menceritakan tentang persetubuhan pria dan wanita..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Nah.. tanpa sadar.. aku telah menggesekkan bagian kewanitaanku ke guling yang sedang aku peluk.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Uhh.. nyaman sekali rasanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Celana dalamku terasa basah kuyup.. seperti ada rasa gatal semu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Rasa gatal yang tidak gatal.. tetapi nyata.. yang harus aku garukkan ke guling tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Rasa gatal yang kuharap tidak pernah akan hilang selamanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semacam perasaan yang ingin meluap.. tetapi tidak bisa keluar dengan lega. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semakin aku menekankan kewanitaanku ke guling tersebut.. semakin terasa nyaman dibuatnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di usia sekecil itu.. memang aku bisa dikatakan buta total tentang pendidikan seks.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">hal itu mungkin diakibatkan oleh ketidakhadiran sosok ibu dalam hidupku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Cerita-cerita di dalam buku tersebut semakin menenggelamkanku ke dalam suatu dunia lain.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Duni yang belum pernah kuterobos sebelumnya.. layaknya dunia astro yang berada di antara batas ada dan tiada. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di saat itulah.. aku memakan buah terlarangku yang pertama. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan sebagai konsekuensinya, aku melakukan kegiatan masturbasiku yang pertama.. sebagai seorang perempuan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suatu tahap yang aku yakin bahkan Devi, temanku yang gaul itu, belum sampai ke sana. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada kira-kira 2 jam aku membaca buku tersebut.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sampai tiba waktunya aku merasa Papa sebentar lagi biasanya akan pulang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Buru-buru kutaruh kembali buku-buku tersebut ke tempat semula.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">lalu kubuka semua sentekan kunci dari dalam agar Papa bisa masuk ke rumah ketika pulang.. kemudian langsung pergi mandi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurasakan celana dalamku basah total oleh cairan yang masih asing bagiku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di dalam kamar mandi.. sedikit kucolek cairan yang keluar dari Vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hmm.. seperti ingus.. putih bening.. tetapi lebih encer. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanpa sadar Jariku menyentuh bagian luar bagian vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mungkin akibat terangsang hebat.. bagian itu menjadi sangat sensitif.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah digerakkan oleh kekuatan apa.. aku meraba-raba vaginaku sendiri.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">menggosoknya sampai kutemukan satu bagian yang paling nyaman untuk kusentuh. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">–yang lewat pengalamanku membaca buku papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">akhirnya aku tahu.. itu adalah salahsatu bagian vagina yang disebut Clitoris– </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku memejamkan mataku.. tangan kiriku berpegangan pada pinggiran bak kamar mandi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sementara tangan kananku bergerak-gerak dengan lincahnya.. mengikuti alur licin di belahan vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada hanya ketika menggosokkannya ke guling.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mungkin dikarenakan kontak langsung antara kulit jari tanganku dengan saraf saraf di vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Namun tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamar mandi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling, papa pulang, nasinya kok belum dimakan..!?” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku gelagapan menjawab sembari otomatis mengangkat tanganku ke atas. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Iya Pa, Ling lupa.. tadi belum gitu laper kok Pa, Papa makan saja..” Sahutku sekenanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suara papa tadi cukup mengagetkanku yang baru sibuk-sibuknya beradaptasi dengan kegiatan baruku ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ooh ya udah kalau begitu..” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Begitu suara papa berlalu.. kekagetanku menghilangkan minatku untuk melanjutkan kegiatan baruku itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku segera meneruskan mandiku yang tertunda. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">------------------------------</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRFO4dosWNcYHbEVjhf3mTPRAI4YyFbxsTbEa0YgEIojfwZimBzekJ6RvystZ_xRfDWKGYnCnMiuNEWsec5hFBqsGb2Jp_s6KUAqmBxvdAuQ-SRxJZIiMr_BZYy8gha79x1r2x9dv-6Wo/s1600/79.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRFO4dosWNcYHbEVjhf3mTPRAI4YyFbxsTbEa0YgEIojfwZimBzekJ6RvystZ_xRfDWKGYnCnMiuNEWsec5hFBqsGb2Jp_s6KUAqmBxvdAuQ-SRxJZIiMr_BZYy8gha79x1r2x9dv-6Wo/s400/79.jpg" width="240" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hari demi hari berlalu.. kebekuan dan kecanggungan antara aku dan Papa sudah mencair dan kembali normal seperti dahulu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami sudah bisa bercanda dan mengobrol seperti biasanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai tiba suatu hari, jadwal papa ’kulakan’ barang-barang keperluan toko pun tiba. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seperti biasa.. papa meninggalkanku tinggal sendirian di rumah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Buru-buru kukunci semua pintu dan segera menuju kamar untuk memuaskan rasa ingin tahuku akan buku-buku yang ada di lemari papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kuambil satu yang bersampul warna biru. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurebahkan badanku di ranjang dan pelan-pelan kubaca cerita-cerita di dalamnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kembali aku merasa terangsang dibuatnya.. kurasakan sedikit rasa kencang di kedua payudaraku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kali ini tak tanggung-tanggung.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kulepaskan celanaku satu per satu.. aku ingin merasakan sentuhan tak lagi dibatasi oleh kain penghalang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kugosok-gosok clitorisku dengan lembut.. mataku memelototi isi buku itu sembari tanganku berkonsentrasi di bagian bawah tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku telah menjelma menjadi seorang gadis kecil yang terlalu cepat dewasa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kenikmatan melanda seluruh tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kakiku mengangkang.. dengan jari-jari kaki yang melebar tegang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di buku ini.. aku menemukan sebuah cerita yang menceritakan persetubuhan antara Papa dan Puteri kandungnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Awalnya aku merasa jengah dan sungkan untuk membacanya.. Tetapi rasa penasaranku lebih kuat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apalagi pertanyaanku tentang kepada siapa Papa bernafsu.. sedikit demi sedikit mulai menemukan jawabannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apakah Seorang papa mungkin bernafsu pada puterinya sendiri..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Darah dagingnya sendiri..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Membaca cerita ini aku sedikit paham.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">bahwa mungkin waktu itu Papa onani setelah melihat payudara puterinya sendiri.. yang terpampang dengan bebas di depan matanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apalagi Papa tidak menikah lagi.. kehidupannya terfokus pada pekerjaannya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">terang saja beliau lama sekali tidak merasakan sentuhan wanita. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Padahal manusia mana yang jaman sekarang hidupnya sama sekali tidak tersentuh oleh kebutuhan biologis yang satu ini..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sekalipun setelah membaca buku ini aku sedikit marah padanya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">karena aku baru tahu.. bahwa apa yang papa lakukan dengan bernafsu padaku.. adalah sesuatu yang sangat jahat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tetapi aku sedikit memaklumi dosa beliau. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bagaimanapun juga.. bagiku beliau adalah papa yang baik dan bertanggungjawab. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Begitu sayangnya beliau padaku.. sampai tidak sempat lagi berpikir untuk berumah tangga kembali.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">padahal usianya saat itu baru 32 tahun. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan kegantengan beliau.. tentu mudah baginya mendapatkan wanita yang sepadan dengannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Betapa tersiksanya batin papa, pikirku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mungkin Papa benar-benar khilaf setelah melihat payudaraku yang kubiarkan menggantung bebas di depan matanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Laki-laki tentu punya nafsu pada perempuan. Itu normal.. pikirku menghibur diri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pikiranku melayang pada waktu aku memergoki Papa sedang bermasturbasi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Cerita di dalam buku ini menghanyutkan aku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanpa sadar.. aku membayangkan batang papa.. ekspresi wajah papa ketika bermasturbasi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">cairan sperma yang terpancar berkali-kali dari ujung keunguan burung papa, aku terangsang hebat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Gosokan jariku menjadi semakin intens menyentuh setiap relung titik sensitif di vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kubayangkan tokoh laki-laki di dalam buku ini adalah papa dan puteri kandungnya adalah aku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Karena kenikmatan yang sudah teramat sangat akibat gesekan jari dan clitorisku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hingga akhirnya aku benar-benar kehilangan akal sehatku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku menutup buku tersebut.. dan dengan tanpa takut berdosa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku membayangkan Papa sedang menyetubuhiku..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Membayangkan setiap lekuk kemaluannya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Membayangkan sperma yang menghujani dada dan perutnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Membayangkan beliau memasukkan burungnya ke dalam vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">persis seperti yang diceritakan oleh buku yang barusan aku baca tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai akhirnya.. aku merasakan pegal yang merambat pelan di sekitar tulang pinggul.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Otot perutku mengencang.. dan aku bagai tersetrum badai ribuan volt.. yang mengguncang seluruh tulang belakangku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merintih.. kakiku mengangkang dan menegang ke samping kiri-kanan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan pada satu titik aku melenguh.. karena satu rasa nikmat yang sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Nghh..ughh..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sembari kubisikkan lirih kata.. “Papa..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ketika akhirnya badai menggulungku itu mencapai puncaknya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bayangan burung papa yang sedang memuncratkan spermanya menganga jelas di dalam pikiranku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku terangsang hebat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mataku seperti dipaksa untuk mendelik.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tulang punggungku dipaksa melengkung ke depan seturut pinggulku yang terus mengejar arah jari tanganku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya aku ambruk lemas dengan keringat di seluruh tubuhku. Lemas sekali. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Lega.. puas.. nyaman.. ngilu.. aneka perasaan teraduk dalam satu adonan batin yang kental. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku mengalami orgasme pertamaku dengan membayangkan papaku sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tentu Ada sedikit perasaan berdosa terselip di hatiku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merasa kebingungan dengan apa yang baru saja kualami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semenjak saat itu, aku menjadi ketagihan melakukan masturbasi.. terutama ketika Papa sedang kulakan barang di toko relasinya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan yang membuatku semakin bingung dan merasa berdosa adalah; </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seringkali aku membayangkan papaku sendiri sebagai fantasi masturbasiku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merasakan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan hubungan terlarang itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bahkan pernah terpikir.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seandainya Papa meminta sendiri secara langsung untuk menyetubuhiku.. mungkin aku akan dengan rela meluluskan permintaannya.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">--------------------------- </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suatu hari, Papa pergi lagi ke toko langganannya untuk ber-kulakan barang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seperti biasa.. aku langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk bermasturbasi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS2IF4XIEbvY9fYqxEFe8gozgM9D0_y6YEXOgsZi7moLDEftE6uO_VrEo1bMyvqJgpPggti6ADz0bQWRFoBoVOmqU-wJOw4CSWxHtoJfqwgbC2Nhe4VgxJKX8UKg7yrqWV0ep0FHO89Uc/s1600/Aya_Kiguchi_064.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS2IF4XIEbvY9fYqxEFe8gozgM9D0_y6YEXOgsZi7moLDEftE6uO_VrEo1bMyvqJgpPggti6ADz0bQWRFoBoVOmqU-wJOw4CSWxHtoJfqwgbC2Nhe4VgxJKX8UKg7yrqWV0ep0FHO89Uc/s400/Aya_Kiguchi_064.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak dinyana.. ketika hendak mencapai puncak.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ling, papa pulang.. kenapa grendelnya dikunci dari dalam..!? Cepat bukain pintu, papa kehujanan..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bagai tersambar geledek.. aku segera memakai kembali celanaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mengembalikan buku-buku itu ke lemari dan berlari menuju pintu rumah kami untuk membukakan pintu untuk Papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa mengomel karena tindakanku yang menyontek grendel dari dalam. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setelah membersihkan diri.. papa masuk ke kamar kami dan rebahan di sana sambil membaca buku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara aku yang tadi gagal mencapai puncak.. rebahan di sampingnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Masih tersisa sedikit nafsu untuk menyelesaikan permainan jariku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku melihat papa dari dekat.. entah kenapa pikiranku semakin mengada-ada. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bayangan persetubuhan antara papa dan puteri kandung yang ada di cerita yang sering kubaca di dalam buku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">melintas berkali-kali dalam pikiranku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bagaimana rasanya menyentuh kemaluan laki-laki.. membuat akal sehatku sedikit hilang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Pa, masih marah ya..?” tanyaku pelan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Nggak, papa hanya capek saja. Papa ingin istirahat sebentar..” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku yang sudah setengah sadar oleh bayangan-bayangan itu.. menggeser posisi tubuhku lebih dekat ke beliau.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">lalu merapatkan tubuhku ke tubuhnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Yang lebih gila lagi adalah.. dengan sengaja kutaruh tangan kiriku di atas celana papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Degh..!</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurasakan tonjolan yang masih bersaput kain itu menyentuh permukaan kulitku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Diluar dugaan.. ternyata papa tidak ber-reaksi sama sekali. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hati-hati.. takut mengganggu Papa.. mulai kugerakkan pelan-pelan tanganku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seakan seperti suatu gerakan yang tidak disengaja.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan teramat pelan dan samar-samar jariku mengusap gundukan di celana papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara kepalaku bersandar di pundaknya yang sedang serius membaca buku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku yakin sekali, tonjolan itu semakin lama semakin besar dan keras. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tak bergeming.. aku takut papa mengetahui kesengajaanku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mengerasnya gundukan itu menggetarkan nafsuku yang tadi sempat tertunda. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Apakah Papa benar waktu itu membayangkan aku.. puteri kandungnya sendiri.. sewaktu bermasturbasi..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jika iya.. bukankah itu artinya beliau bernafsu padaku..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan sedikit manja dan entah keberanian yang timbul dari mana aku bertanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Kok papa ininya jadi keras..?” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kataku sambil menekan-nekan dengan hati-hati gundukan itu dengan ujung-ujung jariku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan suara yang dibuat-buat sepolos dan ’senaif’ mungkin. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa tidak menjawab, tatapannya begitu serius membaca buku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Yee.. papa kok burung cowok bisa berubah jadi keras gini sih..?” kataku lagi sambil pura-pura ketawa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ke-alpa-an reaksi dari papa membuatku semakin berani.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Lucu ya pa..!?” lanjutku lagi sambil memberanikan diriku menggosok-gosoknya dengan ujung jari telunjukku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa terlihat tetap saja serius membaca buku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada sekitar 5 menit kugosok gundukan itu dengan jari telunjukku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Celana dalamku mulai basah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Posisi tubuhku sekarang lebih merapat lagi ke arah papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pelan tanganku kuarahkan ke atas. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Perut papa tambah buncit ya.. kebanyakan makan sih..” kataku lagi sambil mengelus-elus perutnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Beberapa lama kuelus-elus perut buncitnya mengikuti garis celana pendek yang sedang dikenakannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan ketika nafsuku sudah tak bisa kutahan lagi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Nekat.. kuselipkan tanganku ke dalam garis celananya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Selangkah demi selangkah.. se-centi demi se-centi, pelaaaaaan.. dan hati-hati.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seperti situasi penjinak bom yang hendak memilih kabel tembaga mana yang akan dipotong.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kusamarkan semua itu dalam gerakan elusan sayang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terkadang tanganku berhenti memainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar pusarnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suasana saat itu sangat mendebarkan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan nafasku seakan terhenti.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika ujung jariku menyambar sesuatu yang hangat dan kenyal di bawah sana. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hangat dan berair. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ujung batang itu langsung kutekan lembut dengan ujung jariku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Nafasku terasa sesak.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">pembuluh darah di wajahku memanas oleh satu pengalaman yang pertamakali kurasakan dalam hidupku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hingga pada satu titik.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tanganku merogoh lebih dalam dan menangkap batang kenyal yang mengeras tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa sedikit mengernyitkan alisnya ketika aku mencoba melirik sedikit ke atas.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tetapi beliau masih terlihat asyik membaca buku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiadanya reaksi sama sekali membuatku sedikit yakin.. beliau mengizinkan semua ini terjadi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan bebas kugerakkan tanganku mengelus batang kenyal itu ke atas dan ke bawah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sambil terkadang jempolku berhenti menekan puncak burung papaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Situasi begitu menegangkan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku berpura-pura bego.. seperti anak kecil polos yang baru saja menemukan mainan baru.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara Papa masih terus berpura-pura membaca buku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kesunyian melanda kami berdua.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suara jam tik-tok kuno di dinding kamar memenuhi ruangan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Batang itu semakin lama semakin keras.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ujungnya mengeluarkan semacam lendir bening lengket yang membasahi telapak tanganku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tangan kananku terus menggenggamnya sembari terus mengocoknya dengan irama yang makin lama makin cepat.. setengah gemas. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEjia7REFR-q35a0QMXBY3Ka5krB0RjAa9He3rFYysNV_hOOvGp3SwI4gp9-31hT0v7op2-QnxcwqMzQDw7xcCdz4Hcjyaou3ybEmzPfmN5AMieTrhIFSY3SyBgX2iYk96N14tUbASnt8/s1600/Reon_Kadena_01_259.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEjia7REFR-q35a0QMXBY3Ka5krB0RjAa9He3rFYysNV_hOOvGp3SwI4gp9-31hT0v7op2-QnxcwqMzQDw7xcCdz4Hcjyaou3ybEmzPfmN5AMieTrhIFSY3SyBgX2iYk96N14tUbASnt8/s400/Reon_Kadena_01_259.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ctekk..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba ruangan kami menjadi begitu gelap.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa mematikan lampu baca yang ada di samping tempat tidur kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Otomatis gerakan kocokanku berhenti sebentar.. sampai kurasakan suatu belaian lembut di rambut kepalaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kubenamkan wajahku erat-erat di atas tulang belikat papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku pun secara refleks kembali bergerak mengocok batang yang masih bersembunyi di lipatan celana papa dengan lembut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tangan papa masih membelai belai rambutku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perasaan malu dan terangsang bercampur menjadi satu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurasakan badan papa sedikit berguncang, seperti hendak bangun dari rebahnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi ternyata Papa bukannya bermaksud hendak bangun.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika kusadari pelan-pelan kulit tanganku tersentuh oleh udara bebas.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa melepas celana pendeknya.. sehingga sekarang tanganku bisa bergerak lebih bebas lagi.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kesempatan itu tak kusia-siakan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku bergerak semakin cepat ke atas dan ke bawah.. seraya terkadang jempolku menekan-nekan ujung batang kemaluan papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kegelapan dan kesunyian di kamar kami seakan membeku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hanya terdengar suara kecipak gesekan antara kulit tanganku dan kulit kemaluan Papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Belaiannya di rambut kepalaku menjadi semakin intens.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bahkan ada suatu tekanan di belakang kepalaku untuk semakin mendekat ke tubuhnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mendadak Papa bangun dari rebahnya.. terlepaslah batang kemaluan papa dari genggaman tanganku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pikiranku berusaha menebak-nebak apa yang hendak dilakukan oleh Papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ternyata Papa bergerak memelukku dari atas.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sambil tangannya yang sebelah kiri memegang kepalaku bagian belakang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">beliau memelukku erat-erat dan mulai menggerakkan tubuhnya ke arah bawah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jantungku berdetak tak beraturan.. ketika kurasakan jari-jari papa menyusuri pinggulku dan dengan satu gerakan ke bawah yang cepat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Celanaku dipelorotkan ke bawah bersama dengan celana dalamku..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku sedikit memekik lirih ketika kurasakan udara dingin yang tiba-tiba menyentuh kulit paha dan selangkanganku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku diam tak bergerak sampai kurasakan kecupan kecupan ringan di betisku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menciumi betis itu dengan lembut bergantian kiri dan kanan.. kakiku gemetaran. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tidak ada suara apapun di kamar kami, sunyi sekali. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hanya bunyi gesekan sprei yang terkadang terdengar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami sama-sama menjaga image kami sebagai Papa dan anak.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">berusaha agar semua ini tidak terlalu membuat kami malu dan merasa bersalah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perlahan ciuman papa berlabuh di pahaku sebelah dalam.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merasa kegelian tetapi kutahan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Keinginan untuk menjaga image dan agar permainan ini terus berlanjut.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tanpa ada perasaan apapun yang mengganggu lebih kuat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">daripada hanya sekedar rasa geli yang masih bisa kutahan dengan menggigit bibirku pelan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Langkah papa dengan mematikan lampu kamar mungkin hanyalah suatu usaha untuk mengurangi rasa bersalah itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">setidaknya kami tidak saling memandang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tidak saling melihat bahwa yang sedang bersetubuh adalah Papa dan Anak Kandungnya sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ciuman itu terasa hangat di paha bagian dalamku.. membuatku otomatis membuka pahaku semakin lebar setiap menitnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ciuman Papa telah mencapai bagian tulang yang ada di lipatan selangkanganku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ada rasa hangat dan lembut bermain-main di batas antara pinggul dan pahaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kenikmatan ini membuatku ingin berteriak sejadi-jadinya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ingin yang tak mungkin bisa kulepaskan dan hanya bisa kuredam sekuat tenaga dalam gelap yang sunyi ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi toh akhirnya kesunyian itu pecah juga dengan suara desisanku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tatkala ada selembar daging yang hangat dan basah menyapu garis vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ssshhh.. ssshhh.. ssss.. ssss..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku menyadari.. itu adalah lidah papa yang mencoba mengorek bibir luar vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan lidah itu akhirnya menemukan tujuan akhirnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Hhhhhh.. aaaah..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Clitorisku disaput dengan pelan, lembut dan sedikit tekanan-tekanan kecil oleh lidah papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku otomatis memegang kepala bagian belakang papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ouwh.. Kenikmatan apakah ini..? </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perutku terasa teraduk-aduk.. jari kakiku menegang keluar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">kedua kakiku melayang tegang ke atas menjepit pundak papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Sssss.. ssshhhh.. ahh..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Betapa piinginnya aku menyebut kata “Papa..” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tapi entah kenapa.. kata itu seperti sulit keluar dari kerongkonganku.. seperti tersekat dan tersangkut di sana. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terasa hembusan nafas hangat di vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sementara Lidah papa mencongkel-congkel, mengaduk-aduk clitorisku dengan liar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Suara desisan dan rintihanku membuat papa semakin tak masuk akal.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seperti kehilangan nalar.. menghajar vagina puteri kandungnya sendiri dengan mulut dan lidahnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akupun sudah tak peduli lagi bahwa yang sedang ada di bawah tubuhku adalah Papa kandungku sendiri.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kenikmatan yang sekarang kurasakan 100 kali lebih nikmat daripada kenikmatanku bermasturbasi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Terkadang lidah itu terasa bergetar di bawah sana, setiapkali badanku ingin menggeliat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menahan kedua pahaku dengan tangannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dikejarnya Clitorisku ke arah manapun tubuh ini menggeliat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ketika aku merasa tidak tahan lagi, ketika perasaan nikmat itu hampir mencapai puncaknya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku ingin menangis sejadi-jadinya menahan rasa nikmat dan gatal yang aneh itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Namun mendadak Papa menghentikan sapuan lidahnya dan bergerak ke atas tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dapat kurasakan nafas beliau di samping kanan leherku.. sementara tangannya merambati perut dan pinggangku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Berusaha menyingkap kausku semakin ke atas.. ke atas dan ke atas lagi. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai kemudian tangan itu beralih ke punggungku dan membuka kaitan BH-ku dengan sekali sontekan ringan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa lantas menciumi leherku dengan ganas.. seperti lupa bahwa aku adalah puteri kandung satu-satunya yang seharusnya beliau jaga dari perbuatan terkutuk yang sedang kami lakukan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Keganasan Papa mungkin diakibatkan oleh begitu lamanya beliau melajang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dan tidak pernah merasakan tubuh wanita lagi semenjak kepergian mendiang mamaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku hanya bisa berpasrah.. merintih-rintih lirih.. dengan memegangi kedua lengannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Untung kegelapan kamar kami menyamarkan semua ekspresi wajah kami berdua.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">menghalangi kami untuk melihat satu kenyataan yang seharusnya tidak boleh pernah terjadi.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">di antara seorang Papa dan Anak kandungnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXlokaLv5nCsrpQBhAhSS5gFwwqJl1KFDl4BJgvc8ZkYRKfbuF-yHFb9gE2rrdYhEKIe3THFpftU7DWv710Oa6IGscb7oVw5_AiH4rw87i51-iB85MyrDByCL7SX3vRvXtgEl-19FevFY/s1600/21.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXlokaLv5nCsrpQBhAhSS5gFwwqJl1KFDl4BJgvc8ZkYRKfbuF-yHFb9gE2rrdYhEKIe3THFpftU7DWv710Oa6IGscb7oVw5_AiH4rw87i51-iB85MyrDByCL7SX3vRvXtgEl-19FevFY/s400/21.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurasakan kini.. telapak tangan yang kasar itu masuk menyelinap ke bawah BH-ku yang belum terlepas dengan sempurna.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Meraba dan meremas dengan ganasnya.. seakan-akan ingin menikmati setiap jengkal kulit payudaraku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jempol papa berusaha mencari kedua putingku yang waktu itu masih sekecil kacang hijau.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan ketika beliau menemukannya.. beliau mengusap-usapnya dengan jempolnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sambil keempat jari tangan lainnya meremas dari arah samping buah dadaku.. puterinya sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku mendesis-desis.. payudaraku terasa kebal dan kencang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setiap goresan kuku di payudaraku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setiap usapan lembut yang mengenai putingku.. membuat darahku berdesir.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kepalaku seakan menjadi ringan dan melayang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kemudian tangan Papa menahan punggungku dan menarik tubuhku sedikit ke atas.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">beliau berusaha meloloskan baju dan BH-ku.. tanpa aku sadari.. aku merespons sedikit kooperatif.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan mengangkat kedua belah lenganku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya bebaslah seluruh tubuhku dari balutan kain.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami berdua seperti bayi yang baru lahir.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Berdua telanjang.. tanpa sehelai benangpun dalam kamar yang gelap itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa memelukku sebentar dengan erat.. menempelkan dadanya pada buah dada dan perutku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aihh.. dapat kurasakan gesekan kulit kami berdua.. keringat kami bercampur menjadi satu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak lama.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa perlahan bergerak ke bawah dan langsung menciumi buah dadaku dari bawah.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mendesak-desakkan mulutnya ke arah buah dadaku yang masih ranum dan belum selesai berkembang itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bibir papa menjilati puting payudaraku.. sementara tangan yang lainnya tak henti meremas-remas dengan gemas payudara yang satunya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Vaginaku terasa basah kuyup oleh cairan rangsangan yang datang bertubi-tubi dari Papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kakiku secara alami membuka.. seakan berharap masuknya tubuh papa ke tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menempatkan pinggulnya di antara kedua belah kakiku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara aku masih fokus pada rasa geli dan nikmat pada kedua belah payudaraku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Plass..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Nghh..” rintihku tiba-tiba. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seketika darahku berdesir.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ketika aku merasakan.. ada satu benda tumpul yang menyentil-nyentil Clitoris dan liang vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sentilan itu menambah intensitas rangsangan yang meledak pelan-pelan merambati seluruh bagian tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tangan Papa perlahan turun ke arah pinggulku.. sementara bibirnya masih menari di kedua payudaraku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sentilan itu yang ada di vaginaku berubah menjadi suatu tekanan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku sadar.. saat itu Papa ingin memasuki tubuhku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa sudah kehilangan seluruh kesadarannya.. demikian juga aku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kubuka kakiku lebar-lebar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jantungku berdegub dengan cepat.. menantikan sesuatu yang aku sendiri belum tau. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="background-color: #edf4ff; color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Slepp..!</span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Heghh..” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Unghh..”</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Lenguh tertahan papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Rintih erangan lirihku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Berdua sama membias suara.. ketika ujung batang kemaluan papa perlahan menusuk.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">membelah lalu terselip di lepitan kemaluanku.. perlahan mulai menyeruak ke lepitan vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Banyaknya cairan yang keluar.. serta rangsangan hebat yang diberikan papa kepadaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mungkin membuat prosesi tersebut terasa tidak begitu sakit bagiku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Clebb.. clebb.. clebb.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa mulai memaju-mundurkan kepala kemaluannya di lubang vagina puteri kandungnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perlahan sekali.. dengan sabar dan telaten. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setiap 10 menit ia akan bertambah lebih dalam.. sedikit demi sedikit. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Begitu sabar papa berusaha memasukkan kemaluannya ke dalam vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai pada satu titik.. bagaimanapun juga.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">masuknya barang orang dewasa sebesar itu dalam vagina perempuan berusia 13 tahun.. yang masih dalam masa pertumbuhan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">pastilah menimbulkan rasa perih. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa kemudian tiba-tiba memegangi pundakku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sambil memindahkan sasaran ciumannya ke leher dan belakang telingaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku tegang memegangi kedua belah lengannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa seperti sedang merencanakan sesuatu dengan menekan pundakku ke arah bawah dengan sedikit lebih kuat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bless..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Aahhh..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku terkejut menahan rasa perih yang amat sangat di bagian bawah tubuhku..</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tubuh mungilku yang hendak terangkat ke atas akibat refleks menghindari rasa sakit.. ditahan papa menggunakan kedua telapak tangannya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa memeluk tubuhku dengan erat. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah untuk berapa lama kami diam di posisi tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara kurasakan ada satu rasa mengganjal besar di dalam tubuh bagian bawahku.. mengisi tiap ruang kosong di lubang vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dapat kurasakan kedutan di batang kemaluan papa di dalam tubuhku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">setiap kedutan yang mengikuti irama detak jantungnya menyentuh setiap saraf dalam dinding lubang vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pelan tapi pasti.. Papa kembali menggerak-gerakkan kemaluannya di dalam dinding vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan teramat sangat hati-hati sambil menciumi kedua belah payudaraku.. melumat puting susuku dengan lembut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Nghh..nghh..hhh..” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku cuma mampu mengerang dalam rintih tertahan... menerima hantaman rasa yang teramat aneh. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurasakan sedikit rasa perih di bawah sana.. seperti ada cairan yang meleleh turun membasahi selangkangan dan pantatku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa terus bertahan dengan irama konstan bergerak maju-mundur.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mengeluar-masukkan kemaluannya ke dalam vagina puteri kandungnya sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kesabaran Papa membuahkan hasil..</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ketika tak lama perih yang kurasakan sedikit demi sedikit bercampur dengan rasa nikmat yang tak terkira.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setiap titik di lubang vaginaku yang masih sempit sekali.. merespon gesekan demi gesekan kulit kemaluan papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku yang sedari tadi mencengkeram lengan papa dengan kuat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dan berusaha mendorong tubuh Papa ke atas mulai mengendur dan lemah. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa seakan mengerti perubahan yang sedang kualami saat ini.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Beliau mulai dengan telaten memberi percepatan pada gerakannya, tegak lurus terhadap waktu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semakin lama gerakan itu semakin meningkat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bahkan tak segan kemaluan papa bergerak mencongkel ke atas.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">ke samping kanan dan kiri.. berusaha menyundulkan ujung kemaluannya ke dinding-dinding vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Gerakan demi gerakan itu perlahan mulai membuatku mendesis dan merintih. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Sssssshhh.. aaaah.. ssshhh..!” aku benar-benar kelojotoan dibuatnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kepalaku menggeleng ke kanan dan ke kiri mengikuti irama tusukan kemaluan beliau. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku sesekali mencengkeram dengan kasar di lengannya setiapkali kurasakan tusukan Papa mencapai dasar vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh05KUZLN6Qd8XXvE91lqQYvFIQEZF7uDi8VhtabljKesr9hHKjz0OXh8eNh9cYxW22bX-0KMAt_c8XXm3kWOKhbuqPKQF4gZivBdonKqZQmnbCAfSHmFZQwCUUCrx-kqtFIg0Ova6aDmk/s1600/31.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh05KUZLN6Qd8XXvE91lqQYvFIQEZF7uDi8VhtabljKesr9hHKjz0OXh8eNh9cYxW22bX-0KMAt_c8XXm3kWOKhbuqPKQF4gZivBdonKqZQmnbCAfSHmFZQwCUUCrx-kqtFIg0Ova6aDmk/s400/31.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Setiapkali bulu-bulu di sekitar kemaluan papa menghantam clitorisku aku mendesis lirih. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kakiku mengunci pinggul papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara.. Papa mulai dengan liarnya menghajar vagina Puteri kandungnya sendiri dengan gemasnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sudah tak kupedulikan lagi semua yang ada di dunia ini.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">siswi yang terkenal paling alim di sekolah, ketua perkumpulan rohani.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sekarang sedang beradu nafsu menggali birahi dengan papa kandungnya sendiri di kamar. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kubiarkan Papa mengeksplorasi tubuhku dengan buasnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kuijinkan beliau meremas-remas pantat dan buah dadaku seraya menghujamkan kemaluannya berkali-kali ke vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seakan semua itu menjadi obat balas budiku kepada Beliau karena telah membesarkan aku dengan kasih sayang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">menjadi penawar dahaga beliau semenjak hubungan seks terakhirnya dengan mendiang mamaku bertahun-tahun lalu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kemaluan Papa terasa begitu penuh di lubang vaginaku yang baru tumbuh bulu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ia berdenyut dan bergetar di dalam sana.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Saraf-saraf di seluruh tubuhku menegang dengan hebatnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seandainya saja bisa kulihat ekspresi beliau di saat-saat seperti ini. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tubuhku yang mungil yang tak sebanding dengan tubuh papa yang besar.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">membuat beliau lebih mudah dalam menjelajahi dan menikmati seluruh lekuk tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah berapa cupangan yang sudah mendarat di buah dadaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menghisap kedua belah lingkaran putingku dengan kencang.. sementara kemaluannya tak berhenti mengoyak lubang vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku ingin menjerit dan berteriak sekuat tenaga rasanya saat itu. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ingin kukatakan betapa aku menyayangi papa, sangat menyayangi beliau. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba tubuhku ditarik ke atas oleh beliau.. kemudian mendudukkan aku di pangkuan beliau.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sehingga sekarang posisi buah dadaku kira-kira ada di hadapan wajah papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dihisapnya berkali-kali kedua lingkaran puting susuku, sambil tangannya memegangi pinggulku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Beliau lalu memelukku dan menaruh pantatku di atas ranjang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">masih dalam posisi duduk dan kemaluan Papa masih menancap di dalam lubang vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pelan, beliau mulai menggoyang kembali kemaluannya keluar masuk vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tangan kanan papa meremas-remas payudara kananku, sementara tangan kirinya mengusap-usap rambutku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Gelombang kenikmatan yang kualami semakin mengganas, usapan rambut di kepalaku membuat perasaan wanitaku bangkit.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perasaan disayang dan dicintai membuatku merasa nyaman dan menghapus seluruh perasaan bersalah serta rasa maluku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">seakan memang demikianlah aku ditakdirkan.. untuk bersetubuh dengan papa kandungku sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Pinggulku mulai merasakan desiran-desiran aneh, aku tahu aku segera akan mengalami orgasme.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">tubuhku membalas setiap hentakan dengan hentakan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">aku mengayun ke depan mencari kemaluan papa agar semakin dalam masuk ke dalam tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menghujamkan kemaluannya bertubi-tubi ke dalam vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Payudaraku mengencang di dalam genggaman tangan kiri papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ssssshh.. ahhh.. ahh.. ss sh.. ahhh..!“ </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku merintih dengan keras, desisanku memenuhi ruangan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sementara papa pun mulai menggeram-geram dan sesekali meremas lembut kepalaku yang baru diusap-usapnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Jari-jari kaki melengkung ke arah dalam, aku akan orgasme. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Namun ketika kurasakan aku akan orgasme, tiba-tiba, Papa lagi-lagi merebahkan aku ke tempat tidur.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">memelukku kemudian mengecup dahiku dengan lembut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dapat kurasakan tubuh papa bergerak condong sejenak ke arah samping tempat tidur kami.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dalam keadaan kemaluannya masih tertancap di vaginaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Ternyata papa menyalakan saklar lampu yang ada di sebelah tempat tidur kami. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Byarr..! </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seketika itu, barulah kulihat keadaan kami yang sesungguhnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sekarang papa bisa melihat seluruh bentuk tubuh puteri kandungnya dengan sangat jelas. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Payudaraku yang putih mengkal dengan bayangan urat-urat tipis berwarna hijau muda.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Putingku yang cokelat muda kemerahan.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Vaginaku yang baru ditumbuhi beberapa lembar bulu halus.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Wajahku menoleh ke arah samping menghindari melihat wajah papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku malu sekali. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi rasa malu itu berubah kembali menjadi rasa nikmat.. ketika tak lama kemudian kurasakan tubuhku kembali berguncang-guncang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Orgasmeku yang tertunda tadi mulai membuncah kembali dalam relung-relung kesadaranku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa kembali meremasi kedua payudaraku, menciuminya dengan rakus.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kali ini beliau terlihat lebih bernafsu ketimbang sebelumnya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Mungkin karena sekarang beliau sudah melihat dengan jelas bentuk payudara puteri kandung yang diasuhnya sejak kecil. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">“Ssssssh.. aarrgghhh.. sssh..!” </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tanganku meremas-remas lembut pinggang papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sodokan kemaluan papa terasa sangat cepat di bawah sana, beliau memaju-mundurkan tubuhnya dengan tegas dan sedikit brutal. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seakan tidak mau menyia-nyiakan momen yang langka di dalam hidupnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tubuhku menggelinjang.. berguncang dengan hebat di atas kasur. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Perasaan kaku di pinggulku mulai muncul kembali.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Vaginaku merasakan nikmat yang luar biasa.. kakiku menjepit dengan spontan pinggul papa, getaran aneh mulai menjalari tulang punggungku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba papa memegang wajahku dan membuatku menoleh ke arah wajahnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Itulah pertamakalinya mata kami bertatapan secara langsung selama hubungan intim kami berlangsung. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa masih menggoyang tubuhku dengan cepat di bawah sana. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dengan tangannya beliau menjaga agar wajahku tidak menoleh ke mana-mana.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sementara gelombang orgasmeku sudah tinggal menunggu hitungan detik. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tiba-tiba.. papa mempercepat frekuensi gerakan kemaluannya di dalam kemaluanku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tangannya yang kanan meremas payudaraku yang baru tumbuh dengan gemas dan kuat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sementara tangannya mengelus kepalaku dan menahannya agar mata sipitku tetap bertatapan dengan matanya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku tak kuat lagi menahan bendungan kenikmatan yang hendak runtuh tersebut. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di detik-detik terakhir jebolnya orgasmeku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Serr.. serr.. serr.. serr.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Seketika aku merasa kenyamanan dahsyat seperti menabrakku.. bersamaan dengan keluarnya semacam cairan.. hangat.. dari lubuk kemalauanku </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa memegang kedua sisi kepalaku dengan menggunakan kedua belah tangannya menghadap beliau.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sambil dengan kasar menyentak-nyentakkan kemaluannya ke lubang kenikmatan puteri kandungnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Aku membelalakkan mataku ke padanya.. Dari jarak sedekat ini melihat wajah papa.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kurasakan gejolak nafsuku menukik pada titik tertingginya.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">mengaburkan.. pupus segala tatanan moral dan etika kami sebagai papa dan anak sekandung. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Akhirnya.. sekelebat rasa nikmat seperti setruman listrik ribuan volt yang tidak mematikan menjalari seluruh tubuhku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">membuat mulutku ternganga dan mata sipitku terbuka lebar memandang wajah papaku sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">”Aaaaaah.. Papa Jahattttttt..!” aku berteriak histeris. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kupersembahkan ekspresi orgasme seorang puteri kandung.. kepada papa kandungnya sendiri.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">dengan sejelas-jelasnya.. sedekat-dekatnya.. kepada papaku yang tersayang.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Entah bagaimana perasaan papa sekarang.. melihat dengan jelas ekspresi wajah puteri kandungnya yang sedang ternganga orgasme.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">akibat tusukan kemaluannya sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Belum selesai gelombang orgasmeku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Di tengah pertemuan dua mata kami yang terus saling menatap dan membelalak.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">kurasakan cairan-cairan hangat menyerbu segenap relung vaginaku.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">memuncrat satu demi satu dan terasa hangat bagai sampai ke dalam perutku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Banyak sekali sperma papa.. terasa tak henti memancar dari kemaluan papa ke dalam rahim puteri kandungnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sperma yang seharusnya menjadi bibit adik-adikku.. kini justru mengguyur rahimku dengan derasnya. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa menggeram tanpa mengedipkan matanya sedikitpun melihat ke arah wajahku sambil memegangi erat kedua sisi kepalaku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Beberapa detik kami berdiam diri selepas ejakulasi papa.. sampai aku kemudian merasa malu sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa mencium keningku berkali-kali dan ambruk badannya menimpa tubuhku. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tubuhku yang mungil tenggelam di dalam tubuh papa. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Papa perlahan mencium bibirku, kami berciuman bak orang yang pertamakali pacaran. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Semalaman itu.. aku tidur di atas dada papa. Papa memelukku dengan erat.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Kami berdua tidur dalam keadaan telanjang tanpa selembar benangpun di tubuh kami.</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sejak saat itu, Papa dan aku hidup bak suami istri. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Hari-hari pertama, kami melakukannya seperti orang yang kesetanan. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tak peduli di manapun kami berada.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Bahkan pernah.. suatukali kami berhubungan intim di atas kursi goyang di saat toko dalam kondisi sepi dan masih buka.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Saat itu hujan deras sekali, aku memakai seragam SMPku namun tanpa celana dalam.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">sehingga orang dari luar tidak akan menyangka bahwa di atas kursi goyang itu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">kemaluan papa sedang berada di dalam kemaluanku.. terjepit nikmat oleh daging belah milikku.. putri kandungnya tersayang. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Beruntung pada hubungan seks kami yang pertama, aku tidak sampai hamil. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Namun sejak hari itu, papa menyuruhku meminum pil sebelum kami berhubungan intim. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Demikian kisah hidupku di masa lalu.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Sampai hari ini aku sudah menikah.. dan memiliki 1 orang anak. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Tetapi ada kalanya aku masih berkunjung ke rumah papa, atau papa berkunjung ke rumah kami.. </span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">Dan.. tentunya kami masih selalu melakukan hubungan suami istri setiapkali bertemu. (.)</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;">-----------------------------</span></span><br />
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><br /></span></span>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><b><i><br /></i></b></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></span></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #888888; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: #edf4ff;"><b><i><a href="http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/">http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/</a></i></b></span></span></div>
<br />Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-36067822040611678902015-04-29T04:49:00.001+07:002015-04-29T04:49:13.675+07:00Istri Tetangga Yang Kesepian<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/04/istri-tetangga-yang-kesepian.html">Istri Tetangga Yang Kesepian</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAiTJs8v_hGmFpFJhHEwotzAS25pjCE-mvxcmcns4iCPwc7-qIDqTOhAfQGiKBUhhCpENriWD_UaSZr0jd5J7_EHPfB1qBtD3B-ifZscKUe7flRx9xgdDtDrFO0oz6DpSackV5Lt5bJQ4/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAiTJs8v_hGmFpFJhHEwotzAS25pjCE-mvxcmcns4iCPwc7-qIDqTOhAfQGiKBUhhCpENriWD_UaSZr0jd5J7_EHPfB1qBtD3B-ifZscKUe7flRx9xgdDtDrFO0oz6DpSackV5Lt5bJQ4/s1600/3.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, Ketika aku baru beberapa bulan pindah ke sebuah perumahan yang masih sepi dari penghuni.<br />
Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar… pasalnya siangnya Puspa istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Tono kakak lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang ga ikut karena ga mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini… Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Puspa istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku ga ketemu musuh … Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati… kubeli beberapa filem bokep… pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini…. Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao DVD playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu…. Aaaah… aku ingat mas Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia… kembali aku bernafas lega. Sehabis mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, ga biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah… simpulku sederhana…<br />
<br />
“ Mas Budhii… maaas…” panggilku dari luar pagar, sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring… Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala…. Biasanya mas budhi langsung buka pintu.<br />
“ Eeeiii… Bimooo… sorry ya…ayo masuk pagar ga dikunci kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Astrid istri mas Budhi keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater<br />
“ Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi ga muncul..<br />
<br />
“ Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim… eh mau minum apa neeh..?” mbak Astrid wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya mba Astrid dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya… aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH nya… atau mungkin ga pake… yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat montok… Sebenarnya antara aku dan mbak Astrid sudah akrab sekali, bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok… tapi itu justru jika ada di depan mas Budhi atau ada Puspa istriku.. ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin… sementara mba Astrid masih bersikap wajar…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhow19kLYamI6dg0kIzmgq3uBHl6Ut3YpJ5KZZEnmoaNXLyMLfmBjHJQqZWxCoMgQcbF9ErrhxgoIfP5eBycqTKnxp7pGGjKQmJ7KCpQYDczGFZc3RtRtNubXrgVqr84QBdU1Vtrxw-0GY/s1600/9.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhow19kLYamI6dg0kIzmgq3uBHl6Ut3YpJ5KZZEnmoaNXLyMLfmBjHJQqZWxCoMgQcbF9ErrhxgoIfP5eBycqTKnxp7pGGjKQmJ7KCpQYDczGFZc3RtRtNubXrgVqr84QBdU1Vtrxw-0GY/s1600/9.jpg" height="320" width="218" /></a></div>
“ Waah.. ga usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa…” kataku dengan agak sungkan…<br />
“ Ada kok Bim… bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah… sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Astrid yang tengah berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga ketemu musuhnya merespon positif… mulai menggeliat bangun.<br />
“ Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit” jawabku sempat gagap…<br />
“ Alllaaaaaa… ga usah ngelesslaaah… iya juga gapapa… udah gede ini…haa..haaa..” potong mbak Astrid sambil meletakkan benda elektronik tipis ini di meja… dengan posisi aga menunduk ini mataku menangkap dua gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah… dan mbak Astrid seolah ga merasa akan hal itu…<br />
“ Haaa…haaa… mbak Astrid nuduh neeh… nonton bokep sendirian ga seru… kalo ditemenin mbak Astrid baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya sembarangannya mbak Astrid…<br />
“ Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep… soalnya mas Budhi ga pernah ngasih… kamu ada kan filemnya..?” cerocos mbak Astrid tanpa bisa kujawab… dan sebelum aku bisa jawab…<br />
<br />
“ Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu….” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang…<br />
Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mba Astrid… pikiranku jadi kacau, karena mba Astrid kepengen ikut nonton bokep sama aku… Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri… aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang… Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan… Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton bokep… ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex… Lulu ga mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan… Trus beberapa lagi Titiek, Anita, Mimi… kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman…<br />
<br />
“ Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?” Suara mba Astrid membuyarkan lamunanku. Mba Astrid datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil..<br />
“ Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku untuk menetralisir kebingunganku… Waddduuu… aku pikir mba Astrid tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???<br />
“ Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi… setuju..?” celoteh mba Astrid panjang lebar bener-bener ga berubah sikapnya, ada atau ga ada suaminya…<br />
<br />
“ Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Astrid menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya…<br />
Pilihan mba Astrid rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX… jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah mba Astrid agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok….<br />
“ Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo beginian sih ga begitu ngaruh aku rasa Bim…?” kata mba Astrid sedikit arogan.. sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya…<br />
“ Yang bener aja deeeh Nyonya Astrid..?? kalo nontonnya sama suami orang..?” Jawabku menggodanya.. entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Astrid untuknya yang selama ini ga pernah muncul..<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZlF8iO-Yb4K9GBWjqZrhYpQBy4mwKYpZRV3aa4xD-MQtHm2R9Hz0h8Qrj-t43KoEzXMcG1Cef8P6BB4LBM4jMriuDTCl1UWN6EFuJRwz71xvBQHChee_-xwkTZ1TC7QEY41kXNzyRRio/s1600/25.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZlF8iO-Yb4K9GBWjqZrhYpQBy4mwKYpZRV3aa4xD-MQtHm2R9Hz0h8Qrj-t43KoEzXMcG1Cef8P6BB4LBM4jMriuDTCl1UWN6EFuJRwz71xvBQHChee_-xwkTZ1TC7QEY41kXNzyRRio/s1600/25.jpg" height="320" width="311" /></a></div>
“ Haa… haaa… suami Puspa sih anak kemaren sore mana berani macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku… Memang usia mba Astrid lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent… seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu… pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen… pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya… ibu kospun pernah aku embat… mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Puspa istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek…<br />
“ Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mba Astrid yang memang dasar mulutnya ga bisa diem… melihat adegan pose 69 kayanya heran banget…<br />
“ Emang kamu belum pernah mba..?” sahutku polos…<br />
<br />
“ Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang..” kudengar mba Astrid menjawab gagap dan suaranya agak bergetar…. Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari luar…. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mba Astrid yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah… sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX… celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh mba Astrid… awalnya aku ga begitu memperhatikan mba Astrid, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu… tapi beberapa kali kudengar mba Astrid menghela nafas panjangnya… dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah… mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi…. kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya…. dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak… Satu setengah jam berlalu… sesekali kulirik mba Astrid yang duduk di sebelahku persis… kegelisahannya kulihat semakin hebat… dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama… Pada suatu saat menjelang film ini selesai… mata kami bertemu pandang… kulihat sorot mata yang aneh dari mba Astrid… sementara kurasa matakupun sudah aneh juga… dimata mba Astrid..<br />
<br />
“ Biiiiiimmmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku<br />
“ Ya mbaa…” jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Astrid sebagai wanita yang sudah kukenal baik…tetapi Astrid sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya… entah siapa yang memulai… tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam… kuremas lembut jari-jari halus mba Astrid. Mba Astrid menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya… kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku.. matanya menatapku penuh makna… Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik mba Astrid… aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.<br />
<br />
“ Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya…” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku… tak akan kulepaskan nyonya cantik ini… kepalang tanggung..pikirku.<br />
“ Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang… sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra… beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya… tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya… serangankupun kukendorkan.. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras…<br />
<br />
“ Bimo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…<br />
“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mba Astrid menggeliat sambil mendesah panjang…<br />
“ Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat mba Astrid, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun… desah-desah resah berhamburan dari mulut mba Astrid, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mba Astrid mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama….<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7LIA8PoPujhf5gID96N8j73o0408hEcNWV-IOhibTnosFTlW2bHMCodD5y7r1rqWcJiBK9A4JKV6SVm5OdcCDqAzaZmSRQI2VncGSYnaZqSomHpPplzZAut3R5Bxia1Ub5zWWB2KpRLw/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7LIA8PoPujhf5gID96N8j73o0408hEcNWV-IOhibTnosFTlW2bHMCodD5y7r1rqWcJiBK9A4JKV6SVm5OdcCDqAzaZmSRQI2VncGSYnaZqSomHpPplzZAut3R5Bxia1Ub5zWWB2KpRLw/s1600/5.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mba Astrid sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri… Mba Astrid mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya…<br />
“ Owww… Biimmoo… jangaaan… aku ga mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…<br />
“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..<br />
“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mba Astrid, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas… Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….<br />
“Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…” Erang mba Astrid dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa… setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya…. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…<br />
“ Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mba Astrid merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…<br />
<br />
“ Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan…” Suara mba Astrid semakin memilukan… Tiba-tiba tubuh mba Astrid bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mba Astrid mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya…. payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Astrid ini kulihat semakin mempesonaku…<br />
“ Bimooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar…<br />
Alis indah di wajah cantik mba Astrid mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…<br />
“ Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika palkonku berusaha menerobosnya… Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit..<br />
<br />
“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Biimm..” Tubuh sintal mba Astrid ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan ketika mba Astrid mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku ga bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..<br />
“ Biimmooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mba Astrid yang dengan gemulai menarikan pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…<br />
“ Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh mba Astrid semakin tak beraturan… dan rasanya akupun ga perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitypAO_PoazbJlO30_6Q8GWTwmy_Tgep3i_VbX3LeDOQmaXGf4boaGYc14CA-bshnJGlOfKB8cnluswBlluod2V9ZgWIoVfZrYwNAk_Rx_SBxSL-yZYTFp7KMcLrkH635JhTUdRDmPW14/s1600/21.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitypAO_PoazbJlO30_6Q8GWTwmy_Tgep3i_VbX3LeDOQmaXGf4boaGYc14CA-bshnJGlOfKB8cnluswBlluod2V9ZgWIoVfZrYwNAk_Rx_SBxSL-yZYTFp7KMcLrkH635JhTUdRDmPW14/s1600/21.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
“ Tunggu mba..” desisku pendek.. dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…<br />
“ Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Astrid menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….<br />
Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam didnding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang… sedangkan tubuh mba Astrid tergolek disamping membelakangiku… Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mba Astrid dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan tubuh mbak Astrid beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak tangisnya….<br />
“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama ga ada jawaban, isak tangis mba Astrid makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya…<br />
<br />
“ Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku merasa sudah melukai hati Puspa dan mas Budhi…” terdengar suara mba Astrid serak…<br />
“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya ga seharusnya dengan jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa mas Budhi ataupun Puspa ga akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang lebar..<br />
“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut mba Astrid dengan suara yang semakin tenang…<br />
“ Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu… dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mba Astrid tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku…<br />
<br />
“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…” sahut mba Astrid sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…<br />
“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…<br />
“ Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?” bisiknya manja.. wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mba Astrid meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..<br />
“ Bimo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”…<br />
“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mba Astrid dengan gemas…<br />
“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya<br />
“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya… Awalnya kurasakan mba Astrid masih coba-coba… dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan sakiit… Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir mba Astrid membasuk batang kemaluanku… kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya… sampai mba Astrid tersedak..<br />
“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mba Astrid tersedak..<br />
“ Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwk24k0eir7YLYhDL-UeykkT8ilYU2RCAJ4SWLEaNyCogHC5FcX1ySAQZaBCF-HD1HKsqKW0V6uPnuCAfrZewziIHFO2Hb4wX4nkiNLKn99FAjLV8MlMdN96B1o9R8RJPVtUGJ_Gzffyc/s1600/14.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwk24k0eir7YLYhDL-UeykkT8ilYU2RCAJ4SWLEaNyCogHC5FcX1ySAQZaBCF-HD1HKsqKW0V6uPnuCAfrZewziIHFO2Hb4wX4nkiNLKn99FAjLV8MlMdN96B1o9R8RJPVtUGJ_Gzffyc/s1600/14.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
Akhirnya kami membuat posisi 69, mba Astrid menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Astridpun kurasakan… beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik kulminasi…<br />
“ Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek mba Astrid panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut…<br />
“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama setelah palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mba Astrid… busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mba Astrid malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku… Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut mba Astrid yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mba Astrid bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…<br />
“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Bim… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mba Astrid dengan pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh…<br />
<br />
Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mba Astrid menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang monotone, mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex.. sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mba Astrid tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mba Astrid adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme…<br />
<br />
“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mba Astrid sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…<br />
“ Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mba Astrid manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi ga lepas dari genggamannya.<br />
“ Mba Astrid pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya<br />
“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh mba Astrid menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar… mba Astrid kembali mengerang gemas ketika palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi… Aku membuktikan mba Astrid memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mba Astrid menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mba Astrid mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada orgasme mba Astrid yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai… mba Astrid menyadari itu…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZpQbjB0VhRcc6FD_UkYDboH2kX2bTzPlOxIuPwl3kU34ihvSUCPtjx7iYkVL9HHs62U_3Cw5Vvl3i1zFYvMX5Wpf7bNwlf2L4xMVl1Nqtzjao7My2I5FrnDx9yJbbys61Ag_63Z2pEyo/s1600/16.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZpQbjB0VhRcc6FD_UkYDboH2kX2bTzPlOxIuPwl3kU34ihvSUCPtjx7iYkVL9HHs62U_3Cw5Vvl3i1zFYvMX5Wpf7bNwlf2L4xMVl1Nqtzjao7My2I5FrnDx9yJbbys61Ag_63Z2pEyo/s1600/16.jpg" height="239" width="320" /></a></div>
“ Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali mba Astrid menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai… Tubuh mba Astrid kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat… Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat mba Astrid tertidur pulas dengan bibir tersenyum… kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya… kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…<br />
perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis…. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku membuka mata kulihat mbak Astrid bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15…<br />
“Biim, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Astrid, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…<br />
“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil menarik pinggangnya…<br />
“ Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya….<br />
<br />
“ Aaaahhh Bimmooo… ga mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…<br />
“ Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya yang sempit…<br />
“ Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Astrid di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci yang tiap pagi datang ke rumahnya….<br />
“Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…” rengek mbak Astrid lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…<br />
“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Astrid makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku…<br />
“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!” teriakan keras mba Astrid menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama mba Astrid…. Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Astrid ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Astrid beringsut bangkit sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0px4e3i1CiCMBbvICbYNrb-d6maJszVLhZZSW2_WS9JxWGvLTEU5NtoVTXYf9l-WKpT8NElrXjthfB6ddigJ7RlB8BpVJa7AnuxQNQ5NMDG1gD1xSjiUmWyXYcS6KpuWHnLxDny-jD4M/s1600/10.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0px4e3i1CiCMBbvICbYNrb-d6maJszVLhZZSW2_WS9JxWGvLTEU5NtoVTXYf9l-WKpT8NElrXjthfB6ddigJ7RlB8BpVJa7AnuxQNQ5NMDG1gD1xSjiUmWyXYcS6KpuWHnLxDny-jD4M/s1600/10.jpg" height="239" width="320" /></a></div>
“ Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku ga akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?” kata mbak Astrid sendu… akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku… Kuantar mbak Astrid sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mba Astrid menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…<br />
Memang kejadian itu ga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mba Astrid dan Puspa istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Astrid… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Astrid curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/">http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-32868745720363290672015-04-22T05:18:00.001+07:002015-04-22T05:18:20.838+07:00 Punya Tante Iparku Begitu ... Hmmmm<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/04/punya-tante-iparku-begitu-hmmmm.html">Punya Tante Iparku Begitu ... Hmmmm</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWwVM9cpLd3RQQkCHOcNiXU1qL9HSHOdUKTKhKvloUDPQrFJ19aCh_nFEsqSB5R7KviDCr8S0hKnHcbKSzVQCLsLI9aE4s-2MoFcbP__BnMpv80Lm-sKcqrGD8mjTsozu00MoCt3_PFpw/s1600/Treesome.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWwVM9cpLd3RQQkCHOcNiXU1qL9HSHOdUKTKhKvloUDPQrFJ19aCh_nFEsqSB5R7KviDCr8S0hKnHcbKSzVQCLsLI9aE4s-2MoFcbP__BnMpv80Lm-sKcqrGD8mjTsozu00MoCt3_PFpw/s1600/Treesome.jpg" height="290" width="320" /></a></div>
Pepatah mengatakan “rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput dihalaman rumah sendiri”. Tapi buat yang satu nih mestinya pepatahnya “Santan tetangga lebih kental daripada dirumah sendiri”. Lho? Ya iyalah karena cerita aku tuh bukannya dapat yang lebih muda, tapi dapat yang lebih tua dari yang dirumah, tapi ngelupaiinnya susah banget, bikin kecanduan dah. Sayangnya jarang banget dapat kesempatan seperti itu. Emang menyebalkan kalo ditinggal sendiri dirumah, yah kalo ditinggal bini sih masih mending. Ini ditambah mertua juga ikutan pergi plus mesti jagain rumah keluarga yang disebelah lagi. Yah ndaa ada yang nyiapin makan malam ama kopi deh<br />
<br />
Rumahku memang bersebelah dengan rumah kakek istriku dan tantenya. Lokasi rumahku pas pojokan sehingga teras belakang rumah berhadapan lagsung dengan dapur rumah kakekku dan garasi rumah tanteku, eh maksudnya kakek dan tante istriku yah. Hari Jum’at beberapa bulan yang lalu pas liburan sekolah, aku mestinya sih pulang awal, tapi berhubung bini plus seabrek keluarganya sedang ada hajatan diluar kota dan mesti nginap sampe hari minggu, berhubung aku belum bisa cuti, aku ndak ikut sekalian jaga rumah, sedang dirumah kakekku juga ada tantenya biniku, (mohon maaf namanya diganti tante ris, biasanya aku panggil mbak ris) beda usia mbak ris dgn biniku juga ndak jauh-jauh amat cuma 5 tahun, malahan ada yang pangkat paman, nyaris seumuran ama biniku, maklum jaman dulu, emak sama anak bersaing dapetin keturunan.<br />
<br />
He.he. sorry ngelantur bro. Jadinya aku juga agak males pulang awal hari itu, lepas maghrib nyempatin diri cari makan malam, plus nongkrong dulu di warung kopi. Sejam nongkrong di warkop aku baru ingat kalo lampu dirumahku ama dirumah tante sebelah kan belum dihidupin, ya udah daripada rumah kemalingan aku pulang. Sampe dirumah emang gelap, begitu juga rumah tanteku, hanya rumah kakekku saja yang sudah terang, kuhidupkan dulu lampu rumahku, kepingin rasanya cepat-cepat mandi dan on-kan komputerku terus surfing di DS.<br />
<br />
Tapi aku ingat kalo rumah tanteku belum dinyalain lampunya. Aku keluar lewat dapur dan langsung berjalan ke arah rumah tanteku menuju garasinya, sepintas kudengar suara air. Terlintas di otakku untuk mengintip, karena sudah pasti dirumah kakekku cuma ada Mbak Ris sendiri. Orang yang selama ini sering kucuri-curi pandang kalo lagi ada acara keluarga. Orangnya putih sama dengan biniku, karena emang keturunan orang putih sih. Bodinya sih tergolong umum, hanya saja kalo dilihat dari dekat disekujur tangannya ada bulu-bulu yang lebih lebat daripada wanita umumnya dan itu salah satu kelemahan aku terhadap wanita, kalo melihat yang tangannya seperti itu, kepingin rasanya diremas-remas. Sebenarnya nih tante yang satu tergolong jutek, biniku aja ndak terlalu suka ama dia, buktinya walaupun sudah punya 2 anak, tetap aja ditinggal sama suaminya yang aku nilai ndak bisa mengontrol istrinya, malahan takut kelihatannya, ah suami yang aneh.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIQYkP3d3teKvJLfNN4vIGwlZxh88jUBfhaGOr12PVC_CKlAPSaB53XI6lT3C83p0fk0Omo8NE_T_eRMgZV9Fbl0dfE6AqpjI6lFYRabxhp6rdJF-U6Hr14uGUGap85iy1_WTfW0ZAKTY/s1600/Kisah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIQYkP3d3teKvJLfNN4vIGwlZxh88jUBfhaGOr12PVC_CKlAPSaB53XI6lT3C83p0fk0Omo8NE_T_eRMgZV9Fbl0dfE6AqpjI6lFYRabxhp6rdJF-U6Hr14uGUGap85iy1_WTfW0ZAKTY/s1600/Kisah.jpg" height="320" width="283" /></a></div>
Kembali ke cerita. Aku batal mengintip karena kudengar pintu berdenyit, wah aku terlambat, ada kesalnya juga sih, kenapa tadi ndak minum kopinya dirumah aja sambil nungguin tanteku mandi aja ya. He.he.. menyesal kemudian memang ndak berguna. Ya udah aku langsung membuka pintu rumah keluarga biniku yang kunci rumahnya memang dititipkan ke aku. Kuhidupkan lampu rumahnya dan kuperiksa semua rumah itu memastikan semuanya aman-aman saja. Dari bagian belakang kuperiksa dapur dan kamar mandi, aman, dasar rumah ini juga nyaris seluruh penghuninya juga wanita, sepupu istriku kebanyakan masih gadis-gadis, sehingga di kamar mandinya bergelantungan celana dalam dan bra, memang sedikit membuatku terangsang jika membayangkan sepupu-sepupu istriku. Lalu kulanjutkan memeriksa kamar-kamar sepupu istriku, dasar anak gadis, CD kan BRA juga tergeletak sembarangan diatas tempat tidurnya, ndak mikir apa kalo aku yang mesti periksa rumahnya. Dikamar sepupu istriku yang tertua dan yang terkenal seksi dikalangan keluarga aku tergoda untuk merebahkan badanku, semerbak bau khas wanita menyerang hidungku, merusak otakku, sehingga aku benar-benar terangsang berada dikamarnya, mana ada CD yang aku yakin karena buru-buru mau keluar kota, main letakkan aja ditempat tidur nih. Ah beberapa menit yang menyenangkan berada disitu, untung saja aku sadar dan langsung bangun karena kuingat rumahku sendiri dapurnya terbuka. kumatikan lampu dalam rumah dan menghidupkan lampu-lampu luar, akupun bergegas pulang, karena badan sudah gerah dan pikiran jadi ngeres banget.<br />
<br />
Setelah mengunci pintu, aku berjalan ke arah rumahku, namun aku benar-benar kaget karena mendengar suara batuk wanita, nyaris copot jantungku karena kupikir ada mahluk gaib yang menegurku. “Mas, habis ngidupin lampu ya?” yah pertanyaan basa-basih nih makiku dalam hati, jantungku sudah kembali normal setelah yang kulihat ternyata mbak Ris sedangkan merendam pakaian kotornya di pelataran cuci. Aku berhenti untuk menyapanya, dan ia menanyakan kok lama aku dirumah sebelah, dasar jutek juga nih orang, sampe kesitu lagi pertanyaannya. Jangan-jangan ngintip juga dia. Bodo ah, jadi kujawab sekenanya aja. Sekalian cari minum tadi kataku. Juteknya tanteku ini benar-benar ketutup karena pemandangan yang ada didepanku saat itu, aku sering sekali kalo sedang duduk di pelataran belakang menikmati kopi pagiku, melihat mbak Ris keluar dari kamar mandinya ke pelataran cuci rumah kakekku dengan tubuh yang hanya ditutupi handuk seadanya. Hampir setiap sabtu dan minggu aku menikmati dua kegiatan sekaligus. Tubuh putihnya memang begitu membangkitkan semangat hari liburku. He.he.he<br />
<br />
Nah malam ini aku bisa melihat dari dekat, hanya dua langkah aja didepanku. Handuknya yang pendek ditambah posisinya yang sedikit jongkok tentu membuat handuk itu terangkat nyaris ke bokongnya.dari samping belahan susunya menyembul seperti hendak mencelat keluar menegurku. kutanyakan kok berani keluar sendiri mbak, terpaksa sih jawabnya karena memang tidak ada orang, “kenapa ?” tanyanya lagi. “yah mana tau ada yang niat jahat, terpancing ama mbak yang Cuma pake handuk aja” Sambil tertawa dia menjawab “emang bisa ya orang lain terangsang”, “mbak nih” jawabku ”jangankan orang lain, ponakan sendiri aja terangsang gini” jawabku seenaknya. Yang disambut tanteku dengan tertawa kecil. “Ha.ha. keponakan ketemu gede” kata tanteku “Gede apanya mbak?” pancingku. “Gede takutnya” dasar batinku dalam hati tapi lumayanlah buat cairkan suasana sementara aku mencoba mententramkan adik kecil didalam celana yang semakin tegang aja. Aku menemani mbak Ris mencuci sambil kita ngobrol kemana-mana sampai… “Berani mbak sendirian dirumah malam ini?” tanyaku. “Sebenarnya sih berani, Cuma gara-gara tadi nonton film hantu jadi agak takut juga nih, nyesal deh mbak buka TV, lumayan bagus sih filmnya”.<br />
<br />
“Temanin mbak bentar ya nanti, sampe tidur aja, ntar mbak bayar dengan kopi. Ndak ada yang buatkan hari ini kan?” “Siap mbak” jawabku, padahal aku sebenarnya sudah minum kopi. Mbak Ris juga sudah selesai mencuci, “ya udah sana mandi dulu, tuh adiknya juga dimandiin jangan tegang melulu” Sialan dalam hatiku, ketahuan deh. Gara-gara pake celana kain kantoran nih. Sampe dirumah akupun langsung mandi, dinginnya air cukup membuat adikku jadi mengkerut dan sedikit tenang. Selepas mandi, dengan baju tidurku dan celana pendek bahan kaos yang menjadi idolaku kalo mau tidur kukenakan, kalo malam aku memang paling ndak suka pake CD, bawaannya jadi lega banget kalo tidur, dan biniku jadi gampang kalo melorotin celanaku. Setelah memeriksa kembali rumahku, dan mengunci pintu, aku bergegas kerumah kakekku melalui pintu belakang yang langsung berhadapan dengan pintu rumahnya. Pintunya tidak terkunci ketika aku mengetuk, Mbak Ris menyuruhku masuk dan kulihat ia sedang membuatkan kopi 2 cangkir.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpGBJcNlTNTXKc3kGxuaGKCEMcpXRrTEa0is5qs0VTigNOPLBaTupPU5qWabsu-zP7r6e6gYBs0s-AziuLAqzz0fksqQXD0WW2X3_bbLYNNlF46kYT4d7f6V4sMVYr-U3GKBqJQTu8ZuU/s1600/wanita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpGBJcNlTNTXKc3kGxuaGKCEMcpXRrTEa0is5qs0VTigNOPLBaTupPU5qWabsu-zP7r6e6gYBs0s-AziuLAqzz0fksqQXD0WW2X3_bbLYNNlF46kYT4d7f6V4sMVYr-U3GKBqJQTu8ZuU/s1600/wanita.jpg" height="320" width="232" /></a></div>
Oh iya sekali lagi Tante biniku ini sering kupanggil Mbak, karena biniku juga memanggilnya demikian, mungkin supaya ndak ketahuan kali, kalo dia tuh tantenya. Sedangkan dia kalo manggil aku juga biasanya ‘Mas’ ikut-ikut sepupu biniku yang lain. Ini dia cerita yang sebenarnya. Malam itu mbak Ris memakai daster tidur yang waduh tipisnya sih ndak terlalu Cuma bayangannya itu lo, bisa kupastikan dia tidak memakai CD dan Bra, hmm mirip aku juga nih ternyata kalo tidur, semua peralatan dalam tidak dipakai. “keruang TV dulu sana mas kopinya udah hampir jadi” aku sedang menikmati pemandangan yang indah. Akupun beranjak keruang TV yang Cuma ada kursi kecil dan permadani, yah kebiasaan keluarga, kalo nonton TV sambil baring, sedangkan kursi kecil tuh buat sang Kakek yang ndak tahan kalo lama-lama duduk di lantai.<br />
<br />
“kok kopinya 2 mbak, buat siapa satunya?” tanyaku setelah duduk dilantai saat kulihat mbak Ris membawa nampan kopi. “buat mbak nih mas, ada film bagus jam 11 nanti” terus terang aku tidak terlalu memperhatikan omongannya, mataku sebenarnya sedang tertuju ke daerah perut mbak yang melangkah ke arahku, karena kulihat sedikit bayang hitam diantara pahanya. Nih kopinya mas, jangan matanya aja yang minum, katanya membuat aku terpaksa harus mengalihkan pandanganku ke TV. Waduh bakal lama nih nemanin si Mbak, pake minum kopi lagi dia, bakalan susah tidur tuh. Tapi kapan lagi ya aku bisa menikmati kopi ditemani tante biniku dengan dasternya yang tipis. Aku duduk dilantai sementara mbak Ris mengambil posisi duduk dikursi antara aku dan TV, lumayanlah sesekali melihat bayangan susunya yang bergayut ditubuhnya yang ternyata padat juga walaupun tidak montok. Kita berdua ngobrol kemana-mana sambil nonton TV, dan sesekali menyerempet ke arah sex. Akhirnya akupun tau ternyata Mbak sering marah dengan suaminya dulu karena sering belum mencapai klimaks si om udah keburu muncrat, mana langsung loyo lagi, sehingga terpaksa Mbak Ris harus menyelesaikannya sendiri, dan kalo ndak tuntas itu yang membuat emosinya sering meledak esoknya.<br />
<br />
Jam saat itu menunjukan angka 10.30, kutawarkan ke Mbak Ris untuk mematikan lampu ruang tamu, “sekalian aja mas lampu ruang ini diganti dengan lampu kecil ya” yah mumpung adikku (maksudnya Mr P ya) ndak lagi tegang. Kuletakkan bantal yang dari tadi berada di atas pahaku, menutupi adikku dan kumatikan lampu. Kopi buatan mbak Ris pun telah habis kuminum, jadi sambil menonton TV aku merebahkan badan, ke bantal sedangkan bantal satunya lagi kupeluk supaya menutupi pergerakan adikku yang sudah seperti dongkrak aja nih. Filmnya semakin seru karena memang sudah hampir selesai, kulihat Mbak Ris sedang konsentrasi memandang ke arah TV, aku tdak bisa menikmati tontonan TV malam itu, yang kupandang hanya tubuh moleknya yang duduk di atas kursi pendek tanpa sandaran itu, mungkin Dengklek yang agak tinggi, kata orang jawa. Remangnya lampu dan posisi mbak yang berada ditengah antara aku dan TV membuat bayangan tubuhnya semakin kentara, kedua bukitnya justru semakin kelihatan bentuknya, di dua bukit itu terdapat benda sebesar biji jagung, daster tidurnya yang pendek menyingkapkan pahanya yang mulus. Sesekali aku terpaksa menonton TV karena mbak masih mengajakku ngobrol.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2JqfZBSUu8xzMfaMlydGTWEghODLVMPvQZeEoQdBM8rBhdWnafa_mqbu6muaaKp1lbHU0zd-nZImYYEux8bq5zWFt9b_XwUaUDFbnFvWseIkMtj80JZ68pUxD66Midnmld2A1FACaAVo/s1600/images+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2JqfZBSUu8xzMfaMlydGTWEghODLVMPvQZeEoQdBM8rBhdWnafa_mqbu6muaaKp1lbHU0zd-nZImYYEux8bq5zWFt9b_XwUaUDFbnFvWseIkMtj80JZ68pUxD66Midnmld2A1FACaAVo/s1600/images+(1).jpg" height="239" width="320" /></a></div>
Akhirnya selesailah sudah film di TV. Aku sedikit menghela nafas karena berarti aku sudah harus pulang. Saat aku hendak bangun, mbak bertanya “Mau kemana mas? Kan filmnya baru mau mulai nih” “ndak ngantuk mbak?” “kan udah ngopi, temanin mbak ya, buru-buru aja mau pulang" "enaknya sambil baring ah nontonnya” si mbak langsung mengambil bantal yang kupeluk, “ha.ha.. rupanya ada yang bangun ya” memang saat itu posisi adikku sedang tegang benar. Setelah iklan filmpun dimulai, kami berdua sama-sam berbaring bersebelahan, “kasihan adiknya, ndak ada sarangnya nih malam ini” kata mbak Ris saat jeda iklan. Kubalas juga, “tuh kaki ngapain mbak dari tadi dikepit melulu, emang apanya yang dijepit tuh” si mbak tertawa sambil memukulkan bantalnya ke arahku, kami bersenda gurau saat-saat jeda iklan, dan mbak masih juga memukulku dengan bantal terkadang mencoba mencubitku, sampe akhirnya aku terpaksa menangkap tangannya, ia mencoba melepaskan tangannya supaya bisa mencubitku lagi.<br />
<br />
Kali ini aku memegang tangannya dan tidak kulepaskan, sampai akhirnya tangannya melemaskan diri tanda sudah menyerah. Aku tetap tidak melepaskan peganganku namun aku sudah mengendorkannya. Aku benar-benar menikmati menyentuh kulit tangannya dengan bulu halusnya itu. kali ini aku mengelusnya menggunakan telapak tanganku, mbak diam saja. Aku mencoba yang lebih berani lagi, karena juteknya tanteku yang satu ini membuatku mesti perlahan-lahan. Biar saja dia hanyut dalam sungai yang tenang ini. Kugenggam jari-jari tangannya, mbak membalas dan meremas jari tanganku pula. Lalu pelan-pelan kuangkat tangan kirinya dengan tangan kananku kubawa tangannya ke arah adikku, dan benar Mbak Ris menurutinya kuletakkan tangannya di atas Mr P, dan kulepaskan genggamannya. Ternyata disitulah mulai kutahu Kelapa yang lebih tua memang banyak santannya. Mbak Ris menekan Mr. P kearah tubuhku sambil menggerakkan tangannya maju-mundur pelan-pelan dengan belakang telapak tangannya. Akupun memindahkan tanganku ke atas pahanya, namun dengan lembut mbak Ris menahan tanganku.<br />
<br />
Aku harus bertahan untuk menyentuh gundukan diantara segitiga itu. Mbak Ris terus mengusap milikku dengan belakang tangannya, hingga akhirnya ia membalikkan telapak tangannya dan menggenggam p-ku. Dan perlahan ia mengeluarkannya dari lubang bawah celana, menarik celanaku sehingga p-ku mencelat keluar dari celana dalam berbahan kaos itu. dengan jarinya iapun mengusap-usap p-ku. Ujung kukunya bukannya membuat sakit, justru membuat sensasi yang beda. Perpaduan rasa enak dan sedikit perih telah membuatku benar-benar melayang. Bokongku terangkat mengikuti irama tangannya, seperti naga barongsai yang mengejar bola api. ia pun mulai mengusap kepangkal p-ku, menyentuh bola sebesar pimpong itu, menarik tangannya kearah pusar, aku tau saat itu ia ingin aku melepaskan celanaku. Saat aku harus sedikit terbangun melepaskan celanaku aku berpaling ke arahnya, mataku tertuju mulai dari gundukan dibawah pusar, seperti sebuah senter kuterangi lekuk-lekuk tubuhnya sampai kedaerah dadanya yang membusungkan dua bukit kembar bermahkotakan biji jagung, yang walaupun sudah 10 tahun lebih tidak tersentuh namun masih tetap mengencang dan menantang. Hingga kutatap wajahnya, kali ini wajah judes sudah hilang, senyum dan matanya mengalirkan air yang membuat lelaki muda dapat takluk, dan tenggelam didalamnya. wajahnya memang tidak secantik dan semuda istriku (maaf ndak ge-er ya) namun malam ini dengan senyumnya itu, mbak Ris membuatku lupa akan istriku yang entah mungkin malam itu sedang ikut cara midodareni di kampung, kontras sekali.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOAjsppBpNN6hU8bdaT_tN_M3HJ25WM3hjD6PCu2H4_iaCFqI0vCEKcyTmlCVtSsHoaqgv156W6MIyX80S8RZAWQxCTsONERD_TEdX8D0UgCCMRRoCPoBHMOAD0mG-Fg1NSgjR4bT_XaQ/s1600/imageses.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOAjsppBpNN6hU8bdaT_tN_M3HJ25WM3hjD6PCu2H4_iaCFqI0vCEKcyTmlCVtSsHoaqgv156W6MIyX80S8RZAWQxCTsONERD_TEdX8D0UgCCMRRoCPoBHMOAD0mG-Fg1NSgjR4bT_XaQ/s1600/imageses.jpg" height="199" width="320" /></a></div>
Bibirnya yang tersungging dan dibasahi dengan lidahnya itu membuat medan magnet yang menarik wajahku mendekatinya. Kucium bibir mbak Ris, kulumat perlahan bibir atas, kulepaskan, tangannya menarik kembali leherku, kucium lagi bibir bawahnya, kulepaskan dan kurasakan air liurnya yang tadi membasahi bibirnya seperti menempel pada bibirku, tak ada rasa geli, justru seperti aku sedang menikmati wine yang dipendam dalam gudang bawah tanah selama ratusan tahun. Aku seperti kecanduan air itu segera kulumat lagi bibirnya, kali ini kutambahkan dengan mengeluarkan lidahku kemulutnya, menghunjam mencari sumbernya, dan dijaga oleh lidahnya yang menyambut lidahku, memberi air itu pada gersangnya lidahku. Tangan tanteku yang sedang memeluk leherku segera kutangkap dan terus kulumat bibirnya. Kugenggam kedua jari tangannya, sambil perlahan aku memindahkan tubuhku keatasnya.<br />
<br />
Kuletakkan kedua tangan diatas kepalanya, posisinya saat itu seperti wanita yang telah benar-benar pasrah, rasa penasaranku pada tangannya tidak kusia-siakan, kualihkan ciumanku ke lehernya, menjilati leher dan belakan kupingnya, membuat kakinya yang tadi terbujur menjadi tertekuk, aku sedikit mengangkat bokongku, dan aku yakin ketika tubuhku juga bergerak turun pasti baju bawahnya juga melorot, karena kurasakan p-ku menyentuh vaginanya langsung. Kuteruskan ciumanku ke bawah menyusuri lengan tangannya, kucium leengan tangan yang ditumbuhi bulu halus itu, p-ku juga bergerilya menyentuh v-nya tanteku sedikit mendorong-dorong, membuat mbak Ris semakin melebarkan selangkangannya. Tapi aku tidak ingin segera menyudahi. Kulepaskan genggaman tanganku, kucium lagi bibir mbak Ris, nafasnya sudah tidak teratur seirama dengan nafasku yang semakin memburu. Mbak Ris kini menarik baju kaosku dan aku ‘tottaly nude’. Dibarengin dengan lidahnya yang kini gantian menyeruak masuk kedalam mulutku, yang kubalas dengan menghisapnya.<br />
<br />
Begitu lihainya ia membangkitkan nafsu, dengan mulai mengusap-usap dadaku, sesekali menyentuh biji jagungku juga. Akupun mengerti dengan keinginannya, segera aku merangsak ke daerah dadanya yang selama ini juga cukup membuatku penasaran. Mbak Ris membuka kancing daster bagian atasnya, menunjukkannya padaku sambil menyentuh sendiri buah biji jagung itu dengan jemarinya. Sementara aku membiarkannya sesaat. Tak tahan aku menunggu lama-lama tangankupun segera mengambil alih fungsi tangannya, kuremas kedua bukit itu, dan kulumat bijinya. Kumainkan lidahku layaknya yang sering DS-er lihat di film xxx, sedikit gigitan kecil ternyata justru membuat bokong tanteku ini terangkat, mbak Ris seperti ingin aku segera memasukkan p-ku kemiliknya, aku masih belum mau. Bisa-bisa aku nanti kalah perang deh seperti suaminya yang dulu. Nafasnya kini tidak lagi melalui hidung tapi sudah terdengar melalui mulut dan menambah gairahku. Puas kuremas bukit kembar itu segera aku turun ke daerah pangkal pahanya, serta merta mbak Ris menarik tubuhku ke atas, tersirat dimatanya ia tidak ingin aku melakukan itu. kuberi ia senyum yang menurutku saat itu lumayan indahya buat dia (he..he..) posisi wajahku tetap berada di antara pahanya, kali ini tanganku kembali meremas susunya. Kembali mbak Ris berdesah, dan memejamkan matanya, kali ini dengan perlahan kuturunkan kepalaku v-nya, lidahku langsung kuarahkan ke clitnya, benar seperti dugaanku kali ini ada respon baik, ia tida lagi menarik tanganku dan justru menggenggam tanganku untuk terus meremas susunya. Tiga kali jilatan kuangkat wajahku menatapnya, dan matanya kembali terbuka dan tersenyum, sedikit anggukan sudah memastikan bahwa aku boleh melanjutkan jilatanku pada clitnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1a6dcqnBQ_z2yfNp8tgkfNiOAFAKwKj9piU9rUk3oCVBMe_adD_SmygB2nTSrKsnvP_sRM49aDfwtE0WlNojrXSPDBsmOEBTeadyRVfxweXriuBk8BSZFgQBIsjAFvPU71Wh_OvGlyss/s1600/images+(3).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1a6dcqnBQ_z2yfNp8tgkfNiOAFAKwKj9piU9rUk3oCVBMe_adD_SmygB2nTSrKsnvP_sRM49aDfwtE0WlNojrXSPDBsmOEBTeadyRVfxweXriuBk8BSZFgQBIsjAFvPU71Wh_OvGlyss/s1600/images+(3).jpg" height="212" width="320" /></a></div>
Benar-benar cara bercinta yang tanpa kata-kata, cukup kode saja kita berdua sama-sama tau apa yang harus dilakukan, itulah enaknya bercinta dengan wanita yang lebih tua, santannya memang lebih kental. Kulanjutkan mencumbu clitnya dengan lidahku, sesekali kulumat bibir v-nya dengan bibirku, kuarahkan lidahku ke bibir v-nya, tante istriku semakin menggeliat, tanganku yang sudah tidak meremas, susunya karena ia telah melakukannya sendiri benar-benar membantuku. Sambil terus menjilati v-nya dengan bau khas yang membuat para lelaki sulit tidur itu tanganku mulai memainkan v-nya. Perlahan kumasukkan jari telunjukku, aku tidak ingin nanti pada saat penetrasi ia kesakitan. Tubuhnya mengejang dan peret sekali, persis seperti saat aku mengambil mahkota istriku dimalam pertama kami. Cerita tentang bagaimana mbak ris memenuhi kebutuhan biologisnya nanti aku ceritakan deh, karena aku mendapatkannya setelah ML. Kucabut perlahan tanganku dan terus kumainkan clitnya meskipun v-nya sudah basah tapi karena sempitnya ruang itu aku harus pelan-pelan. Kali kedua aku sudah lebih mudah, dan sudah seluruh jari telunjukku bisa menerobos kedalam, gerakan jariku yang maju mundur pun sudah bisa dinikmati oleh mbak Ris yang kali ini.<br />
<br />
Desahan yang diselingi teriakan kecil nikmatnya itu seolah membuah aku tidak ingin berhenti menjilati dan memasukkan tanganku kedalam relung yang sudah basah itu, sampai-sampai airnya keluar membasahi daerah v-nya bercampur dengan liur dari bibirku yang juga menikmatinya. Kumanfaatkan jari tangan kirinya mengusap cairan itu dan membawanya ke daerah anal. Serviceku malam itu memang tidak tanggung-tanggung. Sementara lidahku memainkan clitnya. Jari telunjuk kananku masuk ke v-nya, tangan kiriku bermain ke daerah analnya, karena dengan kedua tangannya mbak Ris menahan pahanya sehingga posisi bokongnya terangkat. Telunjukku yg memainkan lobang itu ternyata dinikmati olehnya kumainkan di sekitar lubang itu. dan dengan pelan kucoba menusuknya dengan jariku. Mbak Ris menikmatinya kulihat dari wajahnya yang tidak sedikitpun menunjukkan penolakannya. Ingin kuteruskankan permainan tadi tapi berhubung aku juga sudah mulai tidak tahan mendengar desahannya kututup dengan mencium seluruh bagian v-nya dan kedua lubang itu, menandakan aku sangat menikmatinya.<br />
<br />
Aku bergerak ke atas, dan mbak Ris melepaskan tangan dari pahanya, kutindih lagi tubuhnya dan kucium bibir mbak Ris, yang membalasnya seperti ingin meminta bagian dari sisa-sisa air yang ada di bibirku, kucoba kumasukkan p-ku kedalam v-nya. Tangan mbak Ris menuntun p-ku ke lubang v. dengan sedikit gerakan kepala P-ku sudah berhasil menembusnya. Kutekan kedalam, pegangan mbak ris yang mencengkeram lenganku pertanda ia sedikit kesakitan, kucabut P-ku, mata mbak Ris terbuka, kami beradu pandang, kulanjutkan memasukkan P-ku seperempat bagian telah masuk, basah namun seret, kali ini wajah mbak Ris tidak seperti menahan sakit, kuteruskan mendorong P-ku kedalam, mbak menatapku dan kulihat ia sudah mulai menikmati, kuteruskan mendorong kedalam dan akhirnya seluruh P-ku telah masuk kedalam. Wajahnya menatapku yg mengartikan ia tidak lagi sakit, lalu kucium bibirnya, mbak Ris memjamkan matanya, kubiarkan sesaat P-ku didalam situ karena kurasakan seperti ada yang membetot didalam sana, aku merasakan sensasi yang baru. Lalu mulailah aku melakukan penetrasi sebenarnya, kulakukan gerakan misionaris seperti biasa.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPj2jvNpqkmi6Ui9-iK14qiWrCsyRqXsY97eRpqMXQgDz30CYP-MjHqB-wfTjY93jnUD0kTwTexobMm_wvwdsEJGUDLc4aCKYgfbb0CAzW6SFHhIiiopVl_tAHSdL4CZbI8AhumxCG1xM/s1600/images+(2).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPj2jvNpqkmi6Ui9-iK14qiWrCsyRqXsY97eRpqMXQgDz30CYP-MjHqB-wfTjY93jnUD0kTwTexobMm_wvwdsEJGUDLc4aCKYgfbb0CAzW6SFHhIiiopVl_tAHSdL4CZbI8AhumxCG1xM/s1600/images+(2).jpg" height="239" width="320" /></a></div>
Permainan mbak Ris tidak kalah hebatnya. Dengan suara desah dan teriakan kecilnya itu aku semakin cepat melakukan gerakan. Kami teruskan permainan hingga aku merasakan aku bisa-bisa orgasme lebih dulu. Kutarik keluar P-ku dan ternyata membuat mbak Ris seperti mendapatkan kesempatan, diciumnya aku lalu ia membalikkan badannku ke bawah. Kini posisi Mbak Ris ada diatasku, rasa panas membuat ia membuka dasternya dan membuang kesamping, aku mempunyai kesempatan mengatur kembali nafasku. Tubuh mbak Ris yang hanya di terangi oleh lampu remang-remang sangat bagus untuk orang seusianya. Kini aku menyaksikan lagi dua bukit yang bergayut itu tanpa ada halangan. Ia pun mulai mengarahkan P-ku yang sudah tegang itu kedalam V-nya. Setelah itu ia mulai melakukan gerakan naik-turun, kenikmatannya dapat kurasakan, dan sungguh enak saat ia sesekali melakukan gerakan seperti ngebor, tapi ndak seperti inul ya. Variasi yang nikmat dari seorang tante yang terkenal judes. Sampai akhirnya aku merasakan aku akan keluar, namun kurasakan gerakan mbak Ris yang semakin cepat bahwa ia akan segera orgasme juga, tidak tahan lagi aku berbaring segera kudekap tubuh mbak Ris, dengan posisiku yang sedang duduk semakin erat kupeluk dia semakin kuat juga mbak Ris memelukku sampai saatnya, aku harus melepaskan tembakanku dilubangnya disaat yang sama mbak Ris berteriak penuh kenikmatan. Kita berdua bisa sama-sama mencapai klimaksnya disaat yang benar-benar tepat.<br />
<br />
Kami terus berpelukan mengatur nafas, aku tidak ingin mencabut P-ku, kubaringkan mbak Ris ke lantai pelan-pelan. Setelah aku bisa menindihnya aku menciumnya. Kubiarkan saja P-u didalam sana, yah mumpung masih tegak, emang kebiasaanku nanti kalo sudah normal baru aku mencabutnya. Ternyata perkiraanku tepat, hal ini juga sering terjadi pada istriku, nafas Mbak Ris kembali mendengus, kali ini akhirnya keluar juga kata-kata dari mulutnya. “Mas, aduh mas, mbak lagi nih” sambil memelukku dengan keras. Kutekan lagi lebih dalam P-ku ke lubang itu, sampai ia benar-benar lemas, dan biasanya punyaku juga sudah melemas. Mbak Ris juga mengalami dua kali Orgasme. Setelah itu aku berbaring disamping mbak Ris dan menggenggam tangannya. “Tidur didalam aja yuk mas, ndak usah pulang aja ya malam ini,” ia mengajakku berbaring dikamarnya dan kuiyakan, karena aku pikir kapan lagi bisa semalam bersama tanteku yang jutek. Mbak Ris duluan kekamarnya dengan membiarkan tubuhnya tanpa baju, dasternya hanya dibawa kekamar saja. Kumatikan TV, sambil kukenakan celana pendekku, memeriksa pintu belakang, lalu kususul mbak Ris dikamarnya. Kulihat dasternya tergeletak disamping tempat tidur. Akupun berbaring disampingnya masu kedalam bed covernya. Kita berdua belum bisa tidur, kami berbincang-bing lebih dalam lagi, dan dari situlah aku tau gimana ia memenuhi kebutuhan biologis.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/">http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-44757337061696151242015-04-18T05:36:00.001+07:002015-04-18T05:36:37.089+07:00Ibu Tiri yang Erotis<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/04/ibu-tiri-yang-erotis.html">Ibu Tiri yang Erotis</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgviepUF7y_uWrT-v5wB-GjRfSfgRdHfz558so70w4fHvT1D2dL9lD0Oeqhl59ev7ViX5ZyiV6REk3hDr2tF_-hDoch_JxbKg4JdQ8O5fjl0_Zgx4p6vgnGz2oltiJjeL3-lYlavHDh8Js/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgviepUF7y_uWrT-v5wB-GjRfSfgRdHfz558so70w4fHvT1D2dL9lD0Oeqhl59ev7ViX5ZyiV6REk3hDr2tF_-hDoch_JxbKg4JdQ8O5fjl0_Zgx4p6vgnGz2oltiJjeL3-lYlavHDh8Js/s1600/3.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
Pagi itu tanpa sengaja pandanganku tertumbuk ke sebuah flashdisk berwarna merah yang tergeletak di dekat pintu depan. Iseng kuambil dengan yakin bahwa flashdisk itu bukan milik suamiku, karena flashdisk punya suamiku selalu yang berwarna hitam.<br />
<br />
Lalu punya siapa flashdisk ini? Apa isinya?<br />
<br />
Rasa penasaran menjalar. Lalu kubawa flashdisk itu ke dalam kamarku. Kuaktifkan laptopku sambil memasukkan flasdisk itu ke USB.<br />
<br />
Ternyata flashdisk itu punya Tito, anak tiriku yang sekarang sedang sekolah. Tadinya kusangka flashdisk itu berisi hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan ujian, karena ia sudah duduk di bangku kelas 3 SMA. Ternyata bukan. Isinya beberapa video dewasa ! Aaah, apakah Tito sudah layak menyimpan video-video sepanas ini? Bukankah usianya baru 17 tahun? Haruskah kutegur dan kunasihati dia agar tidak menyimpan hal-hal yang belum waktunya diketahui? Ataukah kusembunyikan saja flashdisk ini atau kubuang sekalian ke dalam got?<br />
<br />
Tiba-tiba perhatianku tertuju ke folder yang berjudul “Mami”. Apa isinya? Bukankah aku yang biasa dipanggil mami olehnya? Apakah folder itu berisi sesuatu yang menyangkut diriku?<br />
<br />
Dengan penasaran kubuka folder itu. Ternyata isinya tulisan mengenai diriku ! Jujur, aku berdebar-debar membacanya :<br />
<br />
<br />
Sejak ibu kandungku tiada, Mami hadir dalam kehidupan Papi. Waktu Papi menikah dengan Mami, umurku baru 7 tahun. Aku senang-senang saja punya ibu tiri yang harus kupanggil Mami itu. Terlebih setelah bertahun-tahun ia menjadi pengganti ibuku, aku merasa benar-benar mendapat pengganti ibu kandungku, yang menyayangi diriku, yang selalu memperlakukanku dengan lemah-lembut dan sebagainya.<br />
<br />
Setahuku, pada waktu Mami resmi menjadi istri Papi, usianya baru 20 tahun. Sedangkan Papi sudah 40 tahun. Perbedaan usia yang sangat jauh. Tapi kelihatannya mereka enjoy-enjoy saja. Dalam hal itu aku salut juga pada Papi, karena beliau mampu mendapatkan seorang gadis yang masih belia untuk dijadikan istrinya.<br />
<br />
Waktu aku masih kecil, sosok Mami tak pernah kuperhatikan secara khusus. Aku cuma tahu bahwa ia seorang ibu tiri yang baik, yang memperlakukanku seperti anak kandungnya sendiri.<br />
<br />
Tapi setelah aku di SMA, diam-diam aku mulai sering memperhatikan ibu tiriku itu. Bahwa ia seorang wanita muda yang cantik, bertubuh tinggi semampai, berkulit putih bersih (untuk ukuran orang Indonesia).<br />
<br />
Panjang lebar ia memujiku dalam tulisan itu. Tapi yang membuatku terlongong, ketika kubaca kalimat berikut ini:<br />
<br />
Pagi itu aku mau minta uang kepada Mami, untuk keperluan sekolah. Memang Papi sudah menyuruhku agar segala keperluanku harus meminta kepada Mami, supaya hatinya enak, katanya.<br />
<br />
Papi sudah berangkat kerja. Mami masih di kamarnya. Seperti biasa, kubuka saja pintu kamar Mami, lalu masuk ke dalam. Tapi apa yang kulihat? Ooooh…aku benar-benar dibuat terkejut lalu terpana…karena Mami masih tidur terlentang di tempat tidurnya, dengan kimono terbuka lebar….sehingga sepasang kakinya yang putih mulus itu tak tertutup apa-apa. Tampak jelas dari telapak kaki sampai ke pangkal pahanya. Tapi yang teramat mendebarkan adalah bagian di antara kedua pangkal pahanya itu…oooh…Mami tidur tanpa mengenakan celana dalam !?!?!!<br />
<br />
Maka bagian yang berbulu lebat hitam itu tampak jelas di mataku !<br />
<br />
Aku tak tahu apakah Mami terbiasa tidur tanpa celana dalam atau tengah malam dia buang air dan malas mengenakan kembali celana dalamnya, entahlah. Yang jelas aku jadi gemetaran dan buru-buru keluar lagi dari kamar Mami, dengan perasaan yang tak menentu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb9NoEH0rnlh2ofLOF_Iq1V_lJS3-8SBPTUExV6KpvVXA7FFKxFxjV8pKQBBdhl8o3_qCfPEb283SJmj73WH1D7VTihWqiKusnwPqKJNoLJPk4jTQ5cFQ8TH5EDKyhxuHMCkQ2sYUNgo8/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb9NoEH0rnlh2ofLOF_Iq1V_lJS3-8SBPTUExV6KpvVXA7FFKxFxjV8pKQBBdhl8o3_qCfPEb283SJmj73WH1D7VTihWqiKusnwPqKJNoLJPk4jTQ5cFQ8TH5EDKyhxuHMCkQ2sYUNgo8/s1600/2.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
Gilanya…setelah berada di dalam kamarku lagi, jiwaku jadi dikuasai hasrat yang tak terkendalikan. Penisku ngaceng berat…membayangkan indahnya kalau aku bisa menyentuh dan menggeluti bagian tubuh di antara kedua pangkal paha Mami yang tampak sangat merangsang itu. Ooooh…kenapa aku jadi begini?<br />
<br />
Banyak lagi yang ia tulis di catatan rahasia ini. Kesimpulannya, ia jadi sering membayangkan diriku. Bahkan pada suatu malam ia pernah bermimpi didekati olehku dalam keadaan sama-sama telanjang. Lalu ia melakukan sesuatu yang sering dibayangkannya. Dan esoknya ia mendapati celananya basah, akibat mimpi itu.<br />
<br />
Di catatan itu pun ia mengakui bahwa kalau lamunan tentang diriku tak terkuasai lagi, ia melakukan masturbasi, sambil membayangkan tengah menggeluti tubuhku ! Bahkan ia pernah melakukan onani berkali-kali dalam semalam, untuk meredakan khayalannya tentang diriku.<br />
<br />
Semuanya itu membuatku jadi serba salah. Tadinya aku akan menegur Tito, karena kutemukan video porno di dalam flashdisknya itu. Tapi tulisan di flashdisk itu, yang berisi kekagumannya terhadap diriku, membuatku jadi kikuk. Maka kuambil keputusan untuk meletakkan kembali flashdisk itu di tempatnya semula, lalu aku akan bersikap pura-pura tidak tahu saja.<br />
<br />
Namun di hari-hari berikutnya, aku mulai sering memperhatikan Tito secara diam-diam. Mulai memikirkan apa yang sedang terjadi pada dirinya.<br />
<br />
Dan gilanya, aku mulai membayangkan serunya jika tubuhku digeluti oleh anak muda yang anak tiriku sendiri itu. Maklum, aku baru berusia 30 tahun, sementara suamiku sudah 50 tahun. Sesekali memang aku suka membayangkan sosok muda yang perkasa, yang tidak loyo seperti suamiku. Tapi sungguh, tadinya aku tak pernah membayangkan sosok muda itu anak tiriku sendiri. Apalagi semuda Tito yang baru 17 tahun.<br />
<br />
Bang Martin (suamiku) tidak impoten. Tapi yah….potensi lelaki yang usianya sudah setengah abad, tentu beda dengan yang masih muda. Setiap kali berhubungan sex dengan suamiku, aku selalu tidak puas. Tapi aku tak pernah menggerutu ataupun memperlihatkan sikap tidak puas. Karena tenggang rasaku cukup kuat. Karena di sisi lain, aku mempunyai kepuasan duniawi darinya. Apa pun yang kuinginkan, selalu dikabulkan. Bahkan kehidupan orang tuaku di kampung, sangat diperhatikan oleh suamiku. Rumah baru dibangunkan. Perabotan serba mahal dibelikan. Sehingga derajat orang tuaku jadi meningkat setelah aku menikah dengan Bang Martin.<br />
<br />
Kehidupanku sendiri tak pernah kekurangan. Rumahku cukup megah, di daerah perumahan paling elit di kotaku. Mobil untuk keperluan pribadiku sudah dibelikan. Perhiasan yang mahal-mahal pun sudah menjadi milikku. Maka tiada alasan bagiku untuk tidak merasa puas menjadi istri Bang Martin.<br />
<br />
Tapi kenapa sejak membaca file dari flashdisk Tito, pikiranku jadi sering melayang-layang tak menentu? Kenapa aku jadi sering memperhatikan gerak-gerik Tito secara diam-diam?<br />
<br />
Hari demi hari berlalu dengan pesatnya. Tanpa terasa sebulan telah berlalu. Dan kesempatan yang diam-diam kutunggu pun tiba.<br />
<br />
Bang Martin terbang ke Kaltim, untuk mengurus bisnisnya. Biasanya dia bisa lebih dari sebulan berada di Kaltim. Kali ini pun rencananya 40 hari dia akan berada di sana.<br />
<br />
Rasanya aku tak sabar lagi menunggu kesempatan ini.<br />
<br />
Lalu kuputar otakku. Kuputar sampai sore…sampai Tito tampak sudah pulang dari sekolahnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMjHKl-KxjDcVi4idz5knCAyiY_1ZPZJlusXFvQRtBlwDoUc0so23S-7jBXrm4v7JQiMeozZRZDz90Cvj60WE2ccTsKwjbP_QbExXXjy3K4R-j7INpGZ8y8RGYZBiiQsXoL2lKRKjN6fA/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMjHKl-KxjDcVi4idz5knCAyiY_1ZPZJlusXFvQRtBlwDoUc0so23S-7jBXrm4v7JQiMeozZRZDz90Cvj60WE2ccTsKwjbP_QbExXXjy3K4R-j7INpGZ8y8RGYZBiiQsXoL2lKRKjN6fA/s1600/1.jpg" height="320" width="229" /></a></div>
Aku pun keluar dari kamarku. Menghampiri pintu kamar Tito. Tadinya aku cuma mau mengajak makan di luar padanya. Tapi ketika kubuka pintu kamarnya, o my God…dia baru menanggalkan seluruh seragam sekolahnya, mau mengganti dengan pakaian rumah…dan…aku benar-benar terkejut ketika melihat bagian tubuh anak tiriku yang di bawah perutnya itu. Mungkinkah abg berusia 17 tahun bisa memiliki penis sepanjang dan sebesar itu? Jauh lebih “tinggi tegap” daripada punya ayahnya ! Tapi cepat aku ingat cerita suamiku, bahwa mendiang ibu kandung Tito itu wanita Pakistan. Mungkin anatomi Tito banyak menuruni garis ibunya.Sementara suamiku asli Indonesia, maka penisnya pun biasa-biasa saja.<br />
<br />
“Kita makan di luar aja yuk,” kataku pada Tito yang tampak kaget dan cepat-cepat menutupi kemaluannya dengan kedua tangannya.<br />
<br />
“I…iya Mam…” sahutnya tergagap. Dan aku bersikap seolah tak melihat sesuatu yang aneh.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian aku dan anak tiriku sudah berada di dalam mobil yang melesat ke arah utara. Sengaja kubiarkan Tito yang nyetir mobilku. Karena sekarang ia sudah punya SIM. Dan cara nyetirnya sudah cukup halus.<br />
<br />
“Papi ngasih duit gak?” tanyaku ketika sedanku sudah berada di Jalan Setiabudhi.<br />
<br />
“Enggak Mam,” sahut Tito, “Papi bilang kalau ada kebutuhan minta sama Mami aja.”<br />
<br />
“Iya,” aku mengangguk-angguk kecil. Sementara ingatanku melayang pada yang kulihat sekilas tadi. Sebentuk penis remaja yang terkulai lemas tapi panjang dan gede banget. Gak kebayang seperti apa kalau penis anak tiriku itu sudah tegang….hmmm…gila, diam-diam aku jadi horny nih.<br />
<br />
Tito membelokkan mobil ke pekarangan restoran langgananku. “Di sini kan makannya Mam?” tanyanya sebelum mematikan mesin mobilku.<br />
<br />
“Iya. Kamu juga udah lapar kan?”<br />
<br />
“Hehee….iya Mam. Kan pulang sekolah tadi belum makan.”<br />
<br />
Lalu kami melangkah memasuki restoran itu.<br />
<br />
Pada saat menunggu makanan pesanan datang, aku tatap wajah Tito. Emang tampan wajah anak tiriku itu. Maklum darah campuran dengan Pakistan. Tubuhnya tinggi semampai, hidungnya mancung, matanya bundar dan kulitnya sawo matang.<br />
<br />
“Udah lama gak ke Ciater,” kataku, “Nanti pulangnya ke sana yuk.”<br />
<br />
“Iya Mam,” Tito mengangguk dengan senyum ceria, “Aku paling seneng berendem di Ciater.”<br />
<br />
“Tapi ini sudah sore…pulangnya pasti malem nanti.”<br />
<br />
“Di Ciater kan rame terus duapuluhempat jam Mam. Makin malam makin rame, sampe subuh masih aja banyak orang yang datang. Tapi….”<br />
<br />
“…Kenapa?”<br />
<br />
“Kita gak bawa handuk dan sabun Mam.”<br />
<br />
“Beli aja di sini. Kan di samping restoran ini ada minimart tuh…”<br />
<br />
“Oh, iya…iya Mam. Sekarang aja belinya Mam, sambil nunggu pesanan kita datang.”<br />
<br />
“Iya,” aku mengangguk sambil mengeluarkan ATMku, “Pake debit aja. Beli handuk dua, sabun cair dan shampoo yang biasa mami pakai ya. Nomor pinnya 3050.”<br />
<br />
“Iya Mam.”<br />
<br />
“Ohya, sekalian beli buat cemilan juga To.”<br />
<br />
“Iya,” Tito berdiri dan bergegas keluar dari restoran.<br />
<br />
Diam-diam kubuka tas kecilku. Kuambil sebutir pil kontrasepsi dan kutelan, didorong oleh air teh yang sudah terhidang di mejaku.<br />
<br />
Setengah jam kemudian kami sudah meninggalkan restoran itu. Dan bergerak menuju Lembang, kemudian menuju pemandian air panas mineral Ciater. Udara sudah gelap ketika kami tiba di Ciater. Waktu pintu mobil kubuka, hiii….hawa dingin menyerbu ke dalam mobilku. Dingin sekali.<br />
<br />
“Mami bawa baju renang?” tanya Tito setelah mematikan mesin mobil dan mengeluarkan kantong plastik berisi peralatan mandi yang dibeli tadi.<br />
<br />
“Nggak,” sahutku, “Berendam di kamar mandi aja.”<br />
<br />
“Iya, Mam. Di kamar mandi jauh lebih bersih, karena gak nyampur sama orang-orang.”<br />
<br />
“Tapi temanin mami nanti ya. Takut mandi sendirian udah gelap gini.”<br />
<br />
Tito menatapku sesaat, lalu mengangguk dan menunduk. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Tapi aku yakin dia takkan menyangka bahwa semuanya ini sudah kurencanakan sejak di rumah tadi.<br />
<br />
“Kamar mandinya mau pakai dua apa satu aja Mam?” tanya Tito waktu mau beli tiket kamar mandi.<br />
<br />
“Satu aja,” sahutku, “Kan kamu harus nemanin mami…”<br />
<br />
Waktu menuju ke deretan kamar mandi, kulihat di kolam renang banyak yang sedang berendam air panas. Tapi tidak sebanyak di hari-hari weekend. Dengan sendirinya kamar mandi pun banyak yang kosong.<br />
<br />
Aku dan Tito masuk ke dalam kamar mandi yang terlihat paling bersih. Tito langsung mengalirkan air panas ke bak mandi yang cukup lebar dan dalam itu, sementara aku mengeluarkan peralatan mandi dari kantong plastik.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqeB7Msrf3dVpVUvd0W9byBZjUwlcKWSrrhFxDnv3SAsJ15qs745mY2GIAMIvnlYBRYVpmAU5fTQbDv-cRz1RD9MjssX2DdKn2sHx5FgPNRf42WAmXtE1hpD_Z_CXwFCaTz7bjanZqLWw/s1600/5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqeB7Msrf3dVpVUvd0W9byBZjUwlcKWSrrhFxDnv3SAsJ15qs745mY2GIAMIvnlYBRYVpmAU5fTQbDv-cRz1RD9MjssX2DdKn2sHx5FgPNRf42WAmXtE1hpD_Z_CXwFCaTz7bjanZqLWw/s1600/5.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
Kutanggalkan celana panjang dan baju kausku, sehingga tinggal celana dalam dan beha yang masih melekat di tubuhku. Lalu duduk di bibir bak yang sudah terisi air panas mineral hampir setengahnya.<br />
<br />
“Lho…kamu mau berendam dengan pakaian lengkap gitu? Buka dong semuanya,” kataku pada Tito yang tampak salah tingkah, mungkin karena melihat diriku yang tinggal mengenakan beha dan CD doang.<br />
<br />
“I…iya Mam…” sahutnya tergagap sambil menanggalkan celana jeans dan baju kausnya, kemudian menggantungkannya di kapstok, berdampingan dengan pakaianku.<br />
<br />
Pada saat yang sama aku pun menanggalkan beha dan celana dalamku, kemudian masuk ke dalam bak, duduk sambil melonjorkan kakiku.<br />
<br />
“Ayo masuk sini…buka dulu celana dalamnya, biar jangan kebasahan,” kataku.<br />
<br />
Tito menoleh dan tampak kaget ketika melihatku sudah bertelanjang bulat. Lalu tampak ragu waktu mau menanggalkan celana dalamnya.<br />
<br />
“Ayolah….cepetan buka celananya,” kataku lagi, “Di dalam kamar mandi kan gak boleh lama-lama, karena uap belerangnya bisa bikin sesak napas.”<br />
<br />
“I…iya Mam,” Tito membelakangiku sambil menurunkan celana dalamnya. Kemudian melangkah ke arah bak sambil menutupi kemaluannya dengan kedua tangannya. Dan aku pura-pura tidak memperhatikannya.<br />
<br />
Lalu ia duduk bersandar ke dinding di sampingku. Genangan air panas sudah mencapai dadaku. Tapi beningnya air membuat sekujur tubuhku tampak jelas. Termasuk kemaluanku yang berbulu lebat ini (karena suamiku melarang mencukurnya).<br />
<br />
Tapi Tito tetap menutupi penisnya dengan kedua tangannya. Dan sepertinya tidak berani memandang ke arah kemaluanku.<br />
<br />
“Kalau sudah rendaman di sini enak ya…badan kita seperti abis dipijitin,” kataku sambil meraih sabun cair dari bibir bak. Lalu kuelus-eluskan ke sekujur tubuhku, sehingga air panas ini mulai dipenuhi busa sabun.<br />
<br />
“Iya Mam…” sahut Tito hampir tak terdengar.<br />
<br />
Untuk mengusir kecanggungan Tito, aku duduk membelakangi Tito sambil berkata, “Sabuni punggung mami, To.”<br />
<br />
“Iya Mam…” suara anak tiriku makin tersendat, seperti sedang menahan napas. Lalu kurasakan telapak tangannya mengeluskan sabun cair ke punggungku. Kubiarkan agak lama ia menyabuni punggungku.<br />
<br />
“Punggung Mami mulus gak To?” tanyaku pada satu saat.<br />
<br />
“Mu…mu…mulus sekali, Mam…” sahutnya tersendat-sendat.<br />
<br />
Kuambil gayung plastik dan kusirami punggungku dengan air panas. Lalu aku berdiri, tetap membelakangi Tito. “Paha dan kakinya juga To. Nanti gantian…setelah mami, nanti giliran kamu yang akan mami sabuni,” kataku.<br />
<br />
Tito tetap duduk sambil melakukan perintahku. Mulai menyabuni paha bagian belakangku. Meski gemetaran tangannya terasa enak menggosok-gosokkan sabun dari lipatan lutut sampai pangkal pahaku.<br />
<br />
Sengaja kurenggangkansepasang pahaku, agar ia bisa leluasa memandang bagian yang di antara kedua pangkal pahaku.<br />
<br />
“Jangan ragu-ragu gitu To…sabuni semua yang bisa kamu sabuni,” kataku.<br />
<br />
“Ya…ya…ya Mam….” sahutnya dengan suara napas yang tersengal-sengal.<br />
<br />
Sekarang tangan kirinya terasa memegang paha kiriku, sementara tangan kanannya mulai menyabuni selangkanganku, sementara bunyi napasnya semakin terengah-engah, seperti orang yang habis lari marathon.<br />
<br />
Dan aku ingin melihat ekspresi wajahnya saat ini. Lalu aku membalik…menghadap ke arah Tito yang tampak kaget, terbelalak memandang kemaluanku yang sekarang tepat berada di depan matanya.<br />
<br />
“Sabuni ininya juga, To…” kataku sambil menunjuk ke arah kemaluanku.<br />
<br />
Dengan takut-takut Tito menyabuni kemaluanku. Dan tahukah dia bahwa sejak tadi mataku tertuju ke arah penisnya yang dahsyat itu?<br />
<br />
Kucurahkan sabun cair ke telapak tanganku, lalu kueluskan ke penis Tito yang panjang gede ini. Dia agak terkejut. Tapi lalu terdiam salah tingkah ketika aku mulai menyabuni batang kemaluannya, tentu saja dengan cara yang terarah…seperti sedang mengocoknya.<br />
<br />
“Mam…oooh…” Tito terpejam.<br />
<br />
“Kenapa? Kamu sudah lama ingin menyentuh kemaluan mami kan? Sentuhlah …kenapa jadi berhenti? Mami gak marah kok…”<br />
<br />
“Oh…Mami baik sekali…” tangan Tito mulai menggerayangi kemaluanku. Tangannya terasa semakin gemetaran. Sementara aku sendiri mulai asyik mempermainkan penis anak tiriku yang makin lama makin membesar dan menegang ini.<br />
<br />
Kemaluanku jadi penuh dengan busa sabun. Batang kemaluan Tito juga. Dan Tito diam saja ketika batang kemaluannya kutarik, lalu kuelus-eluskan ke belahan vaginaku. Wah…aku sudah benar-benar horny. Dan tak peduli lagi penis siapa yang sedang kuelus-eluskan ke celah vaginaku ini.<br />
<br />
“Punyamu udah tegang gini, To…” kataku sambil membayangkan nikmatnya kalau penis Tito mengenjot liang kemaluanku, “Kamu sudah pernah main sama cewek?”<br />
<br />
“Ma…main gimana, Mam?” Tito tampak ragu menatapku.<br />
<br />
“Bersetubuh…pernah?”<br />
<br />
“Belum Mam.”<br />
<br />
“Masa?”<br />
<br />
“Berani sumpah, belum pernah Mam....”<br />
<br />
“Tapi ngocok sih suka kan?”<br />
<br />
“I…iya Mam….kok Mami bisa tau?!”<br />
<br />
“Tau lah. Mami juga tau kamu pernah lihat kemaluan mami waktu mami masih tidur kan? Ngaku aja terus terang….mami gak marah kok.”<br />
<br />
“I…iya…tapi itu gak sengaja Mam….”<br />
<br />
Aku tersenyum. Kukecup pipinya, lalu berbisik, “Ya udah…gak apa-apa. Sejak saat itu kamu mikirin mami terus kan? Jujur aja jawab. Mami suka anak yang jujur.”<br />
<br />
“Iya Mam,” Tito menunduk, “Mami cantik sekali….aku…aku sering membayangkan mami.”<br />
<br />
“Tapi kita gak boleh berlama-lama di kamar mandi ini. Nanti habis napas kita. Mending pulang aja yuk. Nanti kita lanjutkan di rumah aja. Tapi harus hati-hati…jangan sampai ketahuan sama pembantu-pembantu.”<br />
<br />
“Iya Mam…tapi….”<br />
<br />
“Kenapa?”<br />
<br />
“Di sini kan ada hotel….”<br />
<br />
“Oh, iya ya….kamu udah gak sabar ya?”<br />
<br />
Tito cuma nyengir malu-malu.<br />
<br />
“Ya udah, kita cek in di hotel sini aja.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-6lfDqzzdSIvnwz2L5xvf_PBXKhwmclzZaUQ8Yy4lmHmF0x-gaQRXh61FKWT6MITI6lMB_tHuEKMKFnaBAQYTLIyqw6n1EEVf8yirGDbj2jumncW_1boDqKNB8YCxXXvG2CzTLvzcG3U/s1600/9.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-6lfDqzzdSIvnwz2L5xvf_PBXKhwmclzZaUQ8Yy4lmHmF0x-gaQRXh61FKWT6MITI6lMB_tHuEKMKFnaBAQYTLIyqw6n1EEVf8yirGDbj2jumncW_1boDqKNB8YCxXXvG2CzTLvzcG3U/s1600/9.jpg" height="320" width="218" /></a></div>
Kubilas tubuhku dengan air panas, lalu kulap dengan handuk. Dan kukenakan lagi pakaianku. Tito juga melakukan hal yang sama.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian aku dan Tito sudah berada di kamar hotel yang masih berada di dalam kompleks pemandian air panas itu juga.<br />
<br />
Setelah menguncikan pintu kamar hotel, kupeluk pinggang Tito sambil berkata perlahan, “Kamu gak nyangka semuanya ini bakal terjadi kan?”<br />
<br />
“Iya Mam,” Tito membalas dengan pelukan di pinggangku, “Rasanya seperti mimpi…”<br />
<br />
“Kamu udah punya pacar?” tanyaku sambil mengecup pipinya.<br />
<br />
“Belum Mam.”<br />
<br />
“Kenapa? Biasanya anak SMA sekarang kelas satu juga udah punya pacar….”<br />
<br />
“Aku…aku...”<br />
<br />
“Kenapa? Kok seperti takut-takut gitu ngomongnya?”<br />
<br />
“Aku telanjur mengagumi Mami…jadi gak ada semangat buat deketin cewek di sekolah, Mam…” kata Tito bergetar.<br />
<br />
Sambil tersenyum aku membisiki telinga Tito, “Malam ini mami akan menjadi milikmu. Kamu boleh melakukan apa saja pada mami. Tapi ingat…ini rahasia kita berdua ya.”<br />
<br />
“Iya Mam. Aku janji akan merahasiakan semua ini.”<br />
<br />
Aku tersenyum, lalu melepaskan baju kaus dan celana panjangku. Tito memandangku dengan sorot yang jauh beda daripada biasanya. Aku tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. “Lepasin dong pakaianmu,” kataku sambil duduk di pinggir tempat tidur.<br />
<br />
“Iya Mam,” Tito mengangguk, lalu menanggalkan celana jeans dan t-shirtnya. Tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhnya, sementara aku pun sudah menanggalkan behaku.<br />
<br />
Pandanganku tertumbuk ke arah celana dalam Tito. Tampak jelas, ada tonjolan, ada yang mendorong dari balik celana dalam anak tiriku itu.<br />
<br />
Dengan perasaan semakin dikuasai nafsu, kutarik pergelangan tangan Tito, lalu kupeluk lehernya sambil berkata, “Kalau mami kasih apa yang selama ini selalu kamu bayangkan, apa yang pertama kali ingin kamu lakukan pada mami?”<br />
<br />
“Kalau aku berterus terang, Mami marah gak?” Tito balik bertanya dengan suara agak tertahan.<br />
<br />
“Nggak.” aku menggeleng, “Apa yang sangat ingin kamu lakukan pertama kalinya?”<br />
<br />
“Aku…aku ingin menciumi bibir Mami…menciumi leher Mami…menciumi payudara Mami….”<br />
<br />
“Cuma itu?”<br />
<br />
“Aku juga ingin…ingin menciumi dan menjilati kemaluan Mami…”<br />
<br />
“Seperti di video yang sering kamu lihat?”<br />
<br />
“I…iya Mam….tapi…Mami gak marah kan?”<br />
<br />
“Nggak,” aku menggeleng lagi. Lalu mengecup bibir Tito dengan sepenuh gairah. Dan kataku, “Mami sayang kamu….karena itu semuanya akan mami kasih…tapi mami minta semangat belajarmu harus meningkat, jangan sebaliknya, ya.”<br />
<br />
“I…iya Mam…aku juga sayang Mami….” kata Tito tergagap, karena aku mulai menyelinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dan terasa batang kemaluannya yang dahsyat ini sudah tegang sekali. Membuatku makin dikuasai nafsu. Lalu aku tarik pinggang Tito dan meraihnya ke atas tempat tidur, sementara tanganku tetap memegang penis tegang dan hangat ini.<br />
<br />
Supaya leluasa, kutanggalkan celana dalamku, kemudian kusuruh Tito pun melepaskan celana dalamnya.<br />
<br />
Dalam keadaan sudah sama-sama telanjang bulat ini, tiada lagi rahasia di antara fisik kami. Lalu aku merebahkan diri, menelentang sambil tersenyum kepada anak tiriku yang tampak masih sangat canggung itu. Dan kuraih badannya ke atas dadaku sambil berkata, “Ayolah...katanya ingin mencium bibir mami.”<br />
<br />
Tito yang sudah telungkup di atas dadaku spontan menjawab dengan tindakan. Dengan ganas ia mencium bibirku dan kusambut dengan lumatan dan pelukan bergairah.<br />
<br />
Dan penis Tito yang sudah tegang itu terasa menempel ke kemaluanku. Ini membuatku bergairah untuk memegangnya. Aah...benar-benar dahsyat batang kemaluan anak tiriku ini. Membuat napsuku makin menggila. Rasanya ini penis yang sangat aduhai. Panjang besar, ereksinya pun sempurna. Benar-benar keras, tidak seperti penis ayahnya. Maklum ayahnya sudah tua, sementara Tito masih sangat muda.<br />
<br />
Dan aku tak sabar lagi. Aku ingin segera menikmati gesekan penis yang sempurna ereksinya ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlm1dBTEmCbhcJrYtQcB12jXlAn1aTjSxAGbwvsJuqugw0Y-sqoxHJblzUMdiOOFKiZRi0DY0XvrSitJ_DuOdsKRobuZnXfUY7N0QNJ0vUVi5sWc0SEqAFZ_S3U8hotELrvGvgn9rd_VQ/s1600/16.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlm1dBTEmCbhcJrYtQcB12jXlAn1aTjSxAGbwvsJuqugw0Y-sqoxHJblzUMdiOOFKiZRi0DY0XvrSitJ_DuOdsKRobuZnXfUY7N0QNJ0vUVi5sWc0SEqAFZ_S3U8hotELrvGvgn9rd_VQ/s1600/16.jpg" height="239" width="320" /></a></div>
Maka diam-diam kutarik penis Tito, sampai agak membenam ke liang vaginaku yang sudah membasah ini. Lalu kataku, “Kalau mau ngemut vegy mami nanti aja di rumah ya. Supaya kamu bisa sepuasnya menjilati vegy mami. Sekarang dorong aja penisnya To....biar masuk...”<br />
<br />
“I...iya Mam....” sahut Tito dengan napas memburu. Lalu terasa batang kemaluan aduhai itu mendesak kuat ke dalam liang vaginaku yang sudah licin oleh lendir birahiku ini.<br />
<br />
“Ooooh...sudah masuk sedikit To....iiiiyaaaa....dorong lagi....ooooh......” desahku sambil memeluk leher anak tiriku. Benar-benar mantap....batang kemaluan yang sangat tegang dan gagah ini sudah masuk setengahnya. Membuat desir birahiku makin menggila. Bukan main rasanya...baru dibenamkan separuh saja sudah menimbulkan nikmat yang begini dahsyatnya...<br />
<br />
Spontan saja pahaku membuka selebar-lebarnya, seolah mengucapkan selamat datang buat sebentuk penis perkasa yang siap memuasi hasrat birahiku.<br />
<br />
“Iya...ayun dikit-dikit...” bisikku.<br />
<br />
“Ayun?” Tito tampak bingung.<br />
<br />
“Iya...entotin dikit-dikit...nanti lama-lama juga masuk semua...” bisikku sambil memeluk pinggang Tito.<br />
<br />
“I...iya Mam...” sahutnya sambil melakukan perintahku. Awalnya seperti ragu-ragu menggerak-gerakkan penisnya. Tapi akhirnya ia mulai mengayun penisnya dengan benar. Maju mundur, maju mundur, maju mundur...dan makin lama penisnya makin dalam membenam ke dalam liang kemaluanku.<br />
<br />
Disusul dengan suara Tito yang tersendat-sendat dan bergetar, “Duuuh...Maaaam.... duuuuuuh....enak banget Mam....”<br />
<br />
Kusambut dengan pelukan erat di pinggang Tito, dengan kecupan-kecupan penuh nafsu di pipinya, di bibirnya...aaah....tahukah dia bahwa sebenarnya aku pun tengah merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa saat ini?<br />
<br />
Namun sayangnya, baru sebentar Tito mengayun penisnya, tiba-tiba ia menahan napasnya, lalu mendengus...dan terasa penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan hangatnya. Aaah...dia sudah ejakulasi. Padahal aku belum apa-apa.<br />
<br />
Tapi aku memakluminya. Yah, maklum ia belum berpengalaman. Dan mungkin tadi ia terlalu bernafsu, sehingga tak kuasa mengontrol diri lagi. Biarlah...aku yakin ia bisa dengan cepat dibangkitkan lagi.<br />
<br />
Aku tak mau protes dengan ejakulasi prematurnya Tito. Takut nanti jadi beban negatif baginya. Tapi aku belum puas. Tadi baru pemanasan dan belum mencapai orgasme satu kali pun. Maka dengan cara yang terlatih, kugenggam penis Tito dan kuremas-remas dengan lembut. Sesekali kuelus moncongnya…mulai menegang lagi sedikit demi sedikit. Sebenarnya aku ingin mengulum dan menyelomotinya. Tapi aku takut terkesan seperti wanita nakal. Terutama karena cowok yang sedang bersamaku ini adalah anak tiriku sendiri.<br />
<br />
Lagian cowok seremaja Tito tak perlu "terapi" yang terlalu ekstrim. Dengan elusan dan remasan pun sudah tegang lagi.<br />
<br />
"Barusan cepat sekali ya Mam," kata Tito waktu kudorong dadanya sampai terlentang. Dan aku berjongkok dengan kaki di kanan-kiri pinggul Tito.<br />
<br />
"Biasa…yang pertama mah biasanya begitu. Tapi kan kita bisa lanjutkan ke ronde kedua, ketiga dan seterusnya," sahutku sambil tersenyum. Sementara tanganku memegang penis Tito yang sudah ngaceng berat, moncongnya kuarahkan ke mulut vaginaku.<br />
<br />
Tito diam saja. Aku pun menurunkan pantatku, sehingga penis Tito mulai terbenam lagi di dalam liang kewanitaanku.<br />
<br />
Sekarang aku yang aktif, menaik turunkan pinggulku, sehingga kenikmatan pun kurasakan lagi, kenikmatan pergeseran penis Tito dengan dinding liang kewanitaanku. Tapi aku tak mau aktif sambil jongkok begini. Lalu aku menjatuhkan dadaku ke atas dada Tito dan melanjutkan gerakan vaginaku sambil merangkul leher anak tiriku yang tampan ini.<br />
<br />
Tito tampak keenakan dengan aktivitasku. Bahkan ia mulai aktif juga. Pada waktu vaginaku maju, ia pun mendesakkan penis gagahnya. Dan pada waktu vaginaku mundur, ia pun menarik penisnya. Aaaah…tak kusangka akan mengalami semuanya ini. Sesuatu yang indah sekali, yang sulit kudapatkan dari suamiku.<br />
<br />
Ketika bibirku bersentuhan dengan bibir Tito, reaksinya pun spontan. Ia bahkan melumat bibirku dengan mesranya. Sementara kedua tangannya melingkar di pinggangku, memelukku dengan erat dan mesranya.<br />
<br />
Kali ini Tito mulai terasa tangguh. Sudah setengah jaman aku mengayun vaginaku di atas perutnya, belum juga terlihat tanda-tanda ia mau ngecrot. Malah keringatku mulai membasahi leher dan pipiku.<br />
<br />
"Duuuh….gantian kamu yang di atas lagi ya," kataku sambil menggulingkan tubuh ke samping dan berusaha agar penis Tito jangan sampai terlepas dari jepitan vaginaku.<br />
<br />
"Ayo…sekarang kamu yang genjot lagi," kataku setelah aku terlentang dan Tito berada di atas dadaku.<br />
<br />
"Iya Mam…" sahut Tito dengan penuh semangat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Bd5KjBTdupAHB1aBIqOI288Ls8kp_sDYTTFTAU-IrOJiFGKhFGvtPTb1RcZwSAWWRVd5hyphenhyphena-jP9tityPnVdhQFyILTGS7wmhzab9jV4I0iQ5eRJ_S7P3q1jEKzb5u-H8GTRMxFYJRBg/s1600/14.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_Bd5KjBTdupAHB1aBIqOI288Ls8kp_sDYTTFTAU-IrOJiFGKhFGvtPTb1RcZwSAWWRVd5hyphenhyphena-jP9tityPnVdhQFyILTGS7wmhzab9jV4I0iQ5eRJ_S7P3q1jEKzb5u-H8GTRMxFYJRBg/s1600/14.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
Tito sudah mulai lancar menggauliku. Batang kemaluannya mulai mantap memompa liang kewanitaanku. Aku pun sengaja merentangkan kedua pahaku selebar mungkin, supaya batang kemaluan Tito bisa membenam sedalam mungkin. Bahkan terasa berkali-kali moncong penisnya menyundul-nyundul mulut rahimku. Ini membuatku terpejam-pejam dalam nikmat, membuatku tiada hentinya merintih-rintih lirih sambil meremas-remas rambut anak tiriku yang tampan ini.<br />
<br />
Tak lama kemudian aku merasa akan mencapai titik orgasme. Lalu kubisiki telinga Tito, "Cepetin gerakannya….iya….iya…nah gitu….Mami mau nyampe nih….ayo…enjot terus sayang…Tito…oooh….Mami sayang sama kamu, Titooo…..ooooh…ooooooh…."<br />
<br />
Akhirnya sekujur tubuhku mengejang. Aku menahan napas sambil menggeliat. Dan….oooh…akhirnya aku mencapai puncak kenikmatanku….yang membuat liang kewanitaanku mengedut-ngedut, lalu basah dengan lendir kenikmatanku.<br />
<br />
Tito masih asyik mengayun batang kemaluannya, bermaju-mundur di dalam liang kewanitaanku yang sudah mencapai kepuasan. Kubiarkan saja dia aktif sendiri, sambil menghayati kenikmatan yang baru saja kurasakan.<br />
<br />
Tapi beberapa menit kemudian gairahku bergejolak lagi. Aku seperti berpacu dengan waktu, ingin merasakan orgasme yang kedua. Selama ini apa yang kunikmati bersama Tito ini adalah sesuatu yang langka dalam hidupku.<br />
<br />
Maka ketika Tito sedang lancar-lancarnya mengayun penisnya, aku pun mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dengan gerakan yang meliuk-liuk dan menghentak-hentak. Dengan sendirinya liang kewanitaanku seperti memilin-milin dan membesot-besot batang kemaluan anak tiriku. Sedangkan aku sendiri bertujuan agar clitorisku bisa bergesekan dengan kejantanan Tito. Dan ini nikmat sekali rasanya. Keringat Tito pun semakin bercucuran bergalau dengan keringatku.<br />
<br />
Belasan menit kemudian kurasakan seperti mau orgasme lagi. Maka dengan terengah kuminta Tito mempercepat gerakan penisnya, "Biar kita bisa meletus bareng-bareng….pasti enak banget," kataku.<br />
<br />
Lalu kami seperti sepasang manusia kesurupan. Saling cengkram. Saling lumat bibir. Sampai akhirnya Tito merintih, "Aduh…Maaam….kayaknya mau ngecrot nih…."<br />
<br />
"Iya sayang…" sahutku tersengal juga sambil mempergila goyangan pinggulku, karena aku tak mau sampai terlambat mencapai orgasme.<br />
<br />
Lalu….Tito mendesakkan batang kemaluannya sampai terasa mendorong ujung liang kewanitaanku. Dan saat itulah kami menggelepar bersamaan, menahan napas bersamaan….kemudian sama-sama mendengus…meledak di puncak kenikmatan yang tiada taranya.<br />
<br />
O, puasnya aku….<br />
<br />
Ketika mengenakan kembali pakaianku, Tito pun keluar dari kamar mandi dalam keadaan sudah berpakaian lengkap. Dengan mesra kupeluk anak tiriku dan kutanya perlahan, "Enak?"<br />
<br />
Malu-malu Tito menyahut lugu, "Sangat-sangat enak, Mam…."<br />
<br />
Maka kucium bibirnya mesra. Kataku, "Nanti di rumah kalau masih mau, Mami kasih."<br />
<br />
"Bener Mam?" ia tersenyum ceria.<br />
<br />
"Iya sayang, mau berapa kali pun Mami kasih. Sekarang kita pulang dulu yuk. Bahaya rumah ditinggalin kosong malem-malem gini."<br />
<br />
Tito mengangguk dan meraih kunci mobil dari meja kecil. Dalam perjalanan pulang, ketika Tito nyetir di tengah gelapnya malam, suasana perasaanku jadi jauh berbeda dengan sebelumnya. Tanganku tiada bosannya mengelus pahanya yang sudah ditutupi celana jeans. Bahkan terkadang kukecup pipinya dengan mesra.<br />
<br />
Dan hari sudah lewat tengah malam ketika kami tiba di rumah. Tubuhku serasa dilolosi, lunglai sekujur-kujur. Tapi setibanya di dalam kamar, aku langsung masuk ke kamar mandi. Menanggalkan seluruh busanaku dan memutar handle shower air panas.<br />
<br />
Seharusnya lewat tengah malam gini tak boleh mandi. Tapi biarlah. Aku sudah terbiasa mandi kapan saja, terutama kalau merasa perlu membersihkan tubuhku. Lagian mandi dengan air panas begini, rasanya enak-enak saja.<br />
<br />
Aku jarang berendam di bathtube, karena merasa lebih bersih kalau mandi sambil berdiri begini. Sekujur tubuhku kusabuni. Kemaluanku juga kusabuni lalu kusemprot dengan air hangat. Setelah merasa bersih semuanya kuhanduki sampai kering. Lalu kuambil kimono bersih dari lemari kaca kamar mandi.<br />
<br />
Kukenakan kimono sutra putih itu tanpa mengenakan celana dalam.<br />
<br />
Ketika keluar dari kamarku, tampak Tito sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil nonton sepakbola di tv. Dia memang pecandu sepakbola, khususnya liga Inggris.<br />
<br />
"Belum ngantuk?" tanyaku sambil duduk di Tito yang sudah mengenakan piyama coklat bergaris-garis putih.<br />
<br />
"Belum Mam," sahutnya sambil menatapku sesaat dengan senyum manis. Memang manis senyum anak tiriku itu, "Sekarang kan malam Minggu….hari Senin libur pula…"<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFHMCO9y8B0WSn198y2QJ5zzhHvdIJhw27gEEc5XAaoL9Ym58SPZsfDRcHdwRGUC77GDUdcfVgr2bRrFoRvSWd4foJLR4-o945_YyMeqb7JlHtJizW7QcBiQfXdE0Z3AWq8IEM7diAA-k/s1600/25.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFHMCO9y8B0WSn198y2QJ5zzhHvdIJhw27gEEc5XAaoL9Ym58SPZsfDRcHdwRGUC77GDUdcfVgr2bRrFoRvSWd4foJLR4-o945_YyMeqb7JlHtJizW7QcBiQfXdE0Z3AWq8IEM7diAA-k/s1600/25.jpg" height="320" width="311" /></a></div>
"So?" kurapatkan dudukku ke sampingnya, lalu kugigit daun telinganya perlahan, sambil melepaskan ikatan tali komonoku.<br />
<br />
"Ja…jadi bisa begadang…." sahutnya tergagap. Mungkin karena ia baru menyadari bahwa aku tak mengenakan beha dan celana dalam. Bahkan dengan sengaja kusembulkan sepasang payudaraku.<br />
<br />
"Payudara Mami bagus sekali…masih kencang banget," desisnya sambil meraba payudaraku dengan tangan yang terasa gemetaran.<br />
<br />
"Ya iyalah….Mami kan belum pernah menyusui anak….sekarang kamulah yang pertama netek ke Mami," sahutku sambil meraih kepalanya, mengarahkan mulutnya ke payudara kiriku.<br />
<br />
Tanpa menunggu komando lagi Tito mengulum pentil payudara kiriku. Dan terasa menyedot-nyedot seperti bayi netek.<br />
<br />
"Elus-elus pentilnya dengan ujung lidahmu, sayang," kataku sambil menyelinapkan tangan ke lingkaran karet celana piyamanya. Wow….ternyata penis Tito sudah ngaceng lagi !<br />
<br />
Tito mengikuti perintahku. Sambil menyedot pentil buah dadaku, ia menjilatinya juga. Pasti membuatku horny lagi. Sementara aku pun asyik meremas-remas batang kemaluannya dengan casra yang sudah terlatih (karena aku sudah terbiasa harus merangsang suamiku setiap kali aku ingin digaulinya).<br />
<br />
Sesaat kemudian, "Katanya pengen jilatin punya Mami….sekarang masih kepengen?" kataku sambil merentangkan kimonoku, merentangkan sepasang pahaku….sehingga kemaluanku seolah menantang Tito untuk diperlakukan sekehendak hatinya.<br />
<br />
"Boleh Mam?" Tito berjongkok di atas karpet, menghadap ke arah kemaluanku.<br />
<br />
"Boleh sayang. Sekarang Mami kan sudah kamu miliki. Lakukanlah apa pun yang kamu mau…."<br />
<br />
Tito tampak bersemangat sekali. Ia berlutut di karpet, di antara kedua belah pahaku yang kurentangkan selebar mungkin. Dengan hati-hati ia menyibakkan bulu kemaluanku yang menutupi celah vaginaku. Lalu kusentuhkan ujung telunjukku ke clitorisku sambil memberi petunjuk, "Ini yang harus sering kamu jilati ya….tapi jangan kasar, karena clitoris ini bagian paling peka...."<br />
<br />
Tito mengangguk. "Yang lainnya boleh dijilati gak?"<br />
<br />
"Sesukamu jilati bagian mana pun….biar variatif….tapi yang paling sering harus dijilati ya clitorisnya itu. Kamu kan sering nonton bokep….masa belum ngerti juga."<br />
<br />
"Heheheee…iya Mam. Jembut Mami lebat sekali," kata Tito sambil menempelkan mulutnya ke vaginaku.<br />
<br />
"Iya…maunya sih dicukur sampai bersih, tapi Papi melarang…."<br />
<br />
"Emang iya Mam….jangan dicukur….gondrong gini malah merangsang banget."<br />
<br />
"Ayah dan anak sama seleranya," kataku sambil tersenyum.<br />
<br />
Dan…aaah….Tito mulai menjilati kemaluanku….dari celahnya sampai ke clitorisku. Aku pun menyandar di sofa dengan mata terpejam. Dalam nikmat.<br />
<br />
Dengan sedikit petunjuk dariku, Tito mulai pandai menjilati kemaluanku. Mulai rajin menyedot clitorisku dan menjilatinya dengan penuh semangat.<br />
<br />
Sebenarnya suamiku juga sering menjilati kemaluanku. Tapi rasanya jauh lebih enak jilatan Tito. Gila. Kenapa begini ya? Entahlah. Mungkin ini yang disebut SII….selingkuh itu indah. Terlebih-lebih selingkuh dengan anak tiriku sendiri.<br />
<br />
"Cukup dulu sayang. Nanti memek mami keburu becek," kataku sambil mengangkat kepala Tito. Lalu kuminta Tito melepaskan pakaiannya dan duduk di sofa. Setelah Tito telanjang, aku pun menanggalkan kimonoku, kemudian duduk di atas pangkuan anak tiriku, sambil memegang batang kemaluannya yang lalu dengan mudah berhasil kumasukkan ke dalam liang kenikmatanku.<br />
<br />
Dalam posisi begini aku yang aktif menggerak-gerakkan vaginaku membesot-besot penis Tito sambil memeluk lehernya. Tito pun memeluk pinggangku erat-erat sambil menggerak-gerakkan penisnya juga dengan arah yang berlawanan dengan gerakan vaginaku. Waktu vaginaku maju, ia mendesakkan penisnya, sementara kalau vaginaku mundur ia pun menarik penisnya. Wow….enaknya bukan main !<br />
<br />
Tito sermakin pandai melakukannya. Ketika senggama posisi duduk berhadapan itu terjadi, tangannya pun mulai aktif. Terkadang meremas buah pantatku, terkadang meremas payudaraku. Dan ketika kuciumi bibirnya, ia pun melumat bibirku dengan penuh kehangatan.<br />
<br />
O Tito anak tiriku tercinta !<br />
<br />
Dinihari itu banyak posisi yang kami lakukan. Bukan cuma posisi duduk di atas sofa. Agar Tito mengenalinya satu persatu. Di satu saat aku merangkak di atas karpet, Tito kusuruh memasukkan penisnya dari belakang, dalam posisi doggy itu kami lanjutkan persetubuhan kami. Setelah akuj orgasme dan Tito dua kali ejakulasi, kuajak ia tidur di kamarku. Tapi di dalam kamarku, Tito sudah bernafsu lagi. Maka kuijinkan ia menyetubuhiku dalam posisi klasik saja, karena sesungguhnya aku mulai letih dan ngantuk. Karena fajar pun mulai menyingsing.<br />
<br />
Kedua pembantuku, Inah dan Wati terdengar sudah datang. Mereka biasa membawa kunci pintu pavilyun, supaya bisa masuk tanpa membangunkanku kalau masih tidur.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/">http://vitalitasherbalpasutri.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-76942175693479539152015-04-06T02:29:00.001+07:002015-04-06T02:29:10.539+07:00Aku Pengganti Bapakku<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/04/aku-pengganti-bapakku.html">Aku Pengganti Bapakku</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_8UmpcqVIV9X_g-Zt61z7DMKBziQvoqZnIqvoyEFrOXaidUKpXkOgrqTJlt7Xh9GzmI-Rc06wE6_4uYrLar0GmVV_fadXL2lc6Ktttil2V_JOeAhnQo5Bj3lulgR2SBOkizDAbwH7Z1Q/s1600/37.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_8UmpcqVIV9X_g-Zt61z7DMKBziQvoqZnIqvoyEFrOXaidUKpXkOgrqTJlt7Xh9GzmI-Rc06wE6_4uYrLar0GmVV_fadXL2lc6Ktttil2V_JOeAhnQo5Bj3lulgR2SBOkizDAbwH7Z1Q/s1600/37.jpg" height="320" width="221" /></a></div>
Aku Dodi Umurku sekarang 35 tahun, aku mau menceritakan kisah cintaku dengan ibu kandungku sendiri 9 tahun yang lalu, waktu itu umurku masih 26 tahun dan ibuku berumur 47 tahun Ibuku seorang janda, Bapakku meninggal waktu aku berumur 20 tahun, dan aku anak tunggal.<br />
<br />
Ibuku bernama Ros,wajahnya cantik, kulit putih bersih, badan montok, tinggi 160cm beratnya 70kg, sejak umurku 24 tahun aku semakin sayang pada ibuku, dan ingin menggauli ibuku sendiri, aku paling terangsang jika melihat leher ibuku yang putih mulus dan ada anak rambut di tengkuk lehernya, ingin sekali aku mencium atau menjilat leher ibuku saat itu, jika aku onani aku selalu membayangkan tubuh ibuku, dua tahun sudah aku selalu memuja ibuku dalam kerahasiaanku,.....<br />
<br />
Setelah aku ber umur 26 tahun aku semakin tidak kuat menahan hasratku ini ingin menyetubuhi ibu kandungku sendiri, malam itu jam 9 malam ibuku sudah tidur dikamarnya, setengah jam kemudian aku menyusul ibu kekamar,aku bangunkan ibuku dan aku utarakan niatku, aku sangat mencintainya dan inggin menjadi pengganti bapak dalam hal apapun termasuk dikamar,,ibuku kaget luar biasa dan menjalaskan bahwa itu tidak boleh,,lalu aku ancam ibuku kalau ibu tidak mau aku akan bunuh diri saja,<br />
<br />
Kalau ibu berkata "jangan ya sayang,,,,,cuma kamu milik ibu sekarang,,,,ibu mau asal kamu janji nggak akan bunuh diri,,,dan kamu juga harus janji tidak akan meninggalkan ibu",,,,, "iya bu,,,aku janji asal ibu mau jadi istriku,,,,aku sudah lama mencintai ibu,,,,aku inggin ibu jadi milikku saja,,,," "ooh sayang,,, ibu sebenarnya juga butuh laki laki untuk penganti bapakmu,,,tapi kalau kamu mau sama ibu , ibu sanggat bahagia,,,,tapi apa kamu udah berfikir matang matang,,,ibu sudah tua,,,dan gemuk,,,kan masih banyak wanita cantik,,,," "tidak bu,,,aku tetap mencintaimu dan mengginginkan mu,,,,tak ada wanita lain secantik dirimu bu,,,,"dan aku melai mendekat an aku peluk ibuku, dan ibu juga balas peluk aku,,,,lama aku saling peluk,dan aku mulai mencium bibir ibuku , aku lumat lumat bibirnya dan ibu juga mulai membalas lumatanku,,,lama kita saling kulum lidah kami saling membelit,<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMS7jSybTZmboED8tIlmwtwXzRUCb_f1xPv82_oVdchZgjs7MCGV9hXNqyT5fEV0Jg1CvyuD6rClMhepmCHjiNFHKhkw1eTpplzZ-LTSDA88DcxUOrRKclxoNbRCNFP3eu1henvJLhOzU/s1600/wanita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMS7jSybTZmboED8tIlmwtwXzRUCb_f1xPv82_oVdchZgjs7MCGV9hXNqyT5fEV0Jg1CvyuD6rClMhepmCHjiNFHKhkw1eTpplzZ-LTSDA88DcxUOrRKclxoNbRCNFP3eu1henvJLhOzU/s1600/wanita.jpg" /></a></div>
Kita saling tukar air ludah kita, ....aku geser ciumanku ke pipi ibuku dan ke daun telinganya aku jilat jilat lobang telinga ibu dan ibuku mendesis "ssssssttttttzzzzz oooohhhhhh anakkuuuu,,,,"dan aku ucapkan "aku mencintaimu bu,,,,,maukah kamu jadi istriku sayanggg,,,," ibuku menjawab " ohhhh sayangg,,,anakku sayang,,,,sssssttttzzzz aku mau jadi istrimu mas dodi,,,,,,"lalu aku jilati leher dan tungkuk ibuku lama sekali aku nikmati leher ibuku yang putih mulus itu,,,,,aku gigit gigit kecil dan aku buat cupang di leher ibuku, seakan akan aku sudah memilikinya aku tak bosan mencium menjilat leher dan tengkuk ibuku,,,,sampai ibuku jadi pasrah dan kelihatanya ibu klimax akibat lehernya aku sedut,,,,<br />
<br />
"ooooohhhhhsssssssstttttxzzzz sayang,,,,,,ibu keluar sayang,,,,,,ssssstzzz ibu mencintaimu anakku sayang,,,,,,oooohhhhh sssstttttzzzz",,,,aku buka daster ibuku dan aku copot BH dan celana dalam ibuku. aku ciumi lagi dada dan punting susu ibuku,,, aku kenyot kenyot puntingnya,,, aku angkat lengan ibu dan ku cium ketiak ibuku yang bersih dan wangi itu,,,,"oooohhhhhh bu,,,,,, tubuhmu nikmat sekali sayang,,,,,,,,,,oooohhhhh rosssss aku mencintaimu",,,,,dan kulihat ibu tampak tersenyum manis sekali,,,sambil kuremas remas susu ibuku aku kulum lagi bibir ibuku kita ciuman lagi,,,dan aku cium seluruh wajah ibuku dan aku turun dan mencium vagina ibuku, jembut ibuku tidak terlalu banyak,,,langsung saja aku jilat vagina ibuku lama sekali sampai ibu klimax lagi yang ke dua,,,, lalu aku naik keatas dan mencium mulut ibuku lagi,,,,,sambil kita saling kulum aku telanjangi diriku, dan penisku sudah mengacung kaku,,ibuku langsung pegang penisku dan mengarahkan ke vaginanya,sebelum ku tekan kita saling berpandangan dan saling senyum dan ibuku menganggukkan kepala,aku langsung darong penisku masuk kedalam vagina ibuku,,,, " oooohhhhh sayang,,,,penismu panjang dan nikmat nak,,,,,,,ooooohhhhh sssssttttzzzzz" ibuku mengerang. dan aku genjot pelan penisku yang ber ukuran 20cm dan 4inci itu, sambil menikmati nikmatnya vagina ibuku yang masih serat dan pulen ini,<br />
<br />
" ooohhhh bu,,,,,vaginamu nikmat sekali sayangg,,,,aku tidak akan menyesal menjadikanmu istriku,,,,,,ooohhhh rosssss,,,,aku inggin anak darimu sayang,,,,,,," dan ibu tidak menjawab cuma dengan senyuman dan anggukan saja sambil menikmati penisku yang keluar masuk vaginanya,,,. ibu terus merintih rintih nikmat sambil menyebut yebut namaku,,,,,,setelah kurang lebih 20 menit aku mau keluar, dan ibuku juga akan keluar yang ketiga kalinya, "oooohhhh sayangggg,,,,ibu mau keluar sayang,,,,ssssssttttzzz sirami rahim ibu nak,,,,,," oohhh buuuuu,,,aku juga mau keluar sayang,,,,,aku mau mengisi rahimmu ya sayang,,,,ooooohhhhhh!!!!!!!!!" dan crot crot....ada 5X tembakan sepermaku memenuhi rahim ibuku dan bersamaan ibuku juga keluar,,,,kita saling berpelukan erat sekali,,,,,,sambil aku jilat jilat leher ibuku ,,,,dan aku masih saja menyatu di atas tubuh ibuku, karna waktu aku mau menarik penisku ibuku menahanku sambil berbisik..."jangan dicabut sayangggggg biar benihmu mengisi rahim ibu dulu ya mas"......aku dan ibu saling tersenyum sambil saling mencium....setelah 20 menit aku cabut penisku dan aku langsukng tidur di sebelah ibuku, dan ibu terus memelukku,,,dan kita ketiduran sampai pagi....<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRh_-dslEhAv5zmgpSxgvGr_NP0S52V0xBTK07WG38suQVGk_GBgb4OItScmRXplf0IZBc4bfLFcBkYBauwdGOkT6nL4La20ETqhSW15krDDVO1EC_CK7pN5arPD4Sr1FK-gz0YmMvmMo/s1600/wanita+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRh_-dslEhAv5zmgpSxgvGr_NP0S52V0xBTK07WG38suQVGk_GBgb4OItScmRXplf0IZBc4bfLFcBkYBauwdGOkT6nL4La20ETqhSW15krDDVO1EC_CK7pN5arPD4Sr1FK-gz0YmMvmMo/s1600/wanita+2.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
Paginya ibu bangun duluan dan kelihatan berseri seri,,,,dia ada di dapur dan aku peluk dari belakang sambil kujilat tengkuk lehernya " pagi sayanggggg" ibuku berkata, aku jawab, "pagi juga bu,,,," terus ibu bilang lagi, "kamu itu gimana sihh,,,,,katanya aku sekarang istrimu kok masih panggil aku bu????? kalau hanya kita berdua aku inggin di panggil sayang atau namaku saja gak papa ko mas,,,,,kan mulai tadi malam ibu sudah sah jadi istrimu",,,,,,sambil ibuku tersenyum,,,aku jawab<br />
"terimakasih sayang,,,,,aku makin mencintaimu ros....." dan kita langsung kuluman bibir lagi. kita lama sekalu saling ciuman aku kasih ludahku dan ibuku langsung telan ludahku,,,,,tak terasa kita sudah telanjang lagi,,,,,dan di dapur kita main lagi selama 1jam,,,,,<br />
<br />
Setelah 1bulan kemudian ibuku hamil ibuku sangat bahagia sekali dan akupun juga demikian,,,,,hubunganku dengan ibu semakin panas saja sampai anak kita lahir......3tahun kemudian ibu hamil lagi pada umur 51 tahun. dan setelah itu ibuku tak dapat bisa hamil lagi karena sudah menpause. tapi kami masih terus bersetubuh dan semakin hot saja,. hingga kini umurku sudah 35 tahun aku tetap menjadikan ibuku sebagai istriku, aku janji tidak akan menikah selama ibuku masih ada, karena dia sudah memberikan kenikmatan yang sangat nikmat padaku. terimakasih sudah membaca ceritaku. jika anda punya kelainan sek seperti saya coba aja pada ibu kalian. jangan perkosa ibumu, karna dia akan memberikan padamu jika kamu mengatakan dengan sungguh sungguh. dan berjanji akan menyayangi dia sampai mati. ini semua cerita sesungguhya, terserah kalian pembaca percaya atau tidak, aku asli anak indonesia.di daerah Jawa Timur. maaf aku tidak akan mengatakan tempat tinggalku dengan jelas. Terima Kasih.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-73065250124420414602015-03-22T03:08:00.001+07:002015-03-22T03:08:52.264+07:00Hasrat yang Tak Terbendung<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/03/hasrat-yang-tak-terbendung.html">Hasrat yang Tak Terbendung</a></span></b></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiTp7zsamSzWPl5ZkOG3m-vDxnywFxqKd2wPaTzXfEnajzQ85T8hrP7CWD3_YfuTvBNd3VPd9IMFMo8ulvPIvIN5F1dBhyNrqtD7z41j4WME4xbVtCeoCNmldiBGpS1t2WYVAlKjT5Gks/s1600/e1e.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiTp7zsamSzWPl5ZkOG3m-vDxnywFxqKd2wPaTzXfEnajzQ85T8hrP7CWD3_YfuTvBNd3VPd9IMFMo8ulvPIvIN5F1dBhyNrqtD7z41j4WME4xbVtCeoCNmldiBGpS1t2WYVAlKjT5Gks/s1600/e1e.jpg" /></a></div>
Sudah masuk tahun ketiga aku buka praktek di sini semuanya berjalan biasa-biasa saja seperti layaknya praktek dokterr umum lainnya. Pasien bervariasi umur dan status sosialnya. Pada umumnya datang ke tempat praktekku dengan keluhan yang juga tak ada yang istimewa. Flu, radang tenggorokan, sakit perut, maag, gangguan pencernaan, dll.<br />
Akupun tak ada masalah hubungan dengan para pasien. Umumnya mereka puas atas hasil diagnosisku, bahkan sebagian besar pasien merupakan pasien “langganan”, artinya mereka sudah berulang kali konsultasi kepadaku tentang kesehatannya. Dan, ketika aku iseng memeriksa file-file pasien, aku baru menyadari bahwa 70 % pasienku adalah ibu-ibu muda yang berumur antara 20 – 30 tahun. Entah kenapa aku kurang tahu.<br />
<br />
“Mungkin dokter ganteng dan baik hati” kata Nia, suster yang selama ini membantuku.<br />
“Ah kamu . bisa aja”<br />
“Bener Dok” timpal Tuti, yang bertugas mengurus administrasi praktekku.<br />
Oh ya, sehari-hari aku dibantu oleh kedua wanita itu. Mereka semua sudah menikah. Aku juga sudah menikah dan punya satu anak lelaki umur 2 tahun. Umurku sekarang menjelang 30 tahun.<br />
Aku juga berpegang teguh pada sumpah dan etika dokter dalam menangani para pasien. Penuh perhatian mendengarkan keluhan mereka, juga Aku tak “pelit waktu”. Mungkin faktor inilah yang membuat para ibu muda itu datang ke tempatku. Diantara mereka bahkan tidak mengeluhkan tentang penyakitnya saja, tapi juga perihal kehidupan rumah tangganya, hubungannya dengan suaminya. Aku menanggapinya secara profesional, tak ingin melibatkan secara pribadi, karena aku mencintai isteriku.<br />
<br />
Semuanya berjalan seperti biasa, wajar, sampai suatu hari datang Ny. Syeni ke meja praktekku ..<br />
Kuakui wanita muda ini memang cantik dan seksi. Berkulit kuning bersih, seperti pada umumnya wanita keturunan Tiong-hwa, parasnya mirip bintang film Hongkong yang aku lupa namanya, langsing, lumayan tinggi, dan …. inilah yang mencolok : dadanya begitu menonjol ke depan, membulat tegak, apalagi sore ini dia mengenakan blouse bahan kaos yang ketat bergaris horsontal kecil2 warna krem, yang makin mempertegas keindahan bentuk sepasang payudaranya. Dipadu dengan rok mini warna coklat tua, yang membuat sepasang kakinya mulusnya makin “bersinar”.<br />
Dari kartu pasien tertera Syeni namanya, 28 tahun umurnya.<br />
“Kenapa Bu .” sapaku.<br />
“Ini Dok . sesak bernafas, hidung mampet, trus perut saya mules”<br />
“Kalau menelan sesuatu sakit engga Bu “<br />
“Benar dok”<br />
“Badannya panas ?”<br />
Telapak tangannya ditempelkan ke dagunya.<br />
“Agak anget kayanya”<br />
Kayanya radang tenggorokan.<br />
“Trus mulesnya . kebelakang terus engga”<br />
“Iya Dok”<br />
“Udah berapa kali dari pagi”<br />
“Hmmm . dua kali”<br />
“Ibu ingat makan apa saja kemarin ?”<br />
“Mmm rasanya engga ada yang istimewa . makan biasa aja di rumah”<br />
“Buah2 an ?”<br />
“Oh ya . kemarin saya makan mangga, 2 buah”<br />
“Coba ibu baring disitu, saya perika dulu”<br />
Sekilas paha putih mulusnya tersingkap ketika ibu muda ini menaikkan kakinya ke dipan yang memang agak tinggi itu.<br />
Seperti biasa, Aku akan memeriksa pernafasannya dulu. Aku sempat bingung. Bukan karena dadanya yang tetap menonjol walaupun dia berbaring, tapi seharusnya dia memakai baju yang ada kancing ditengahnya, biar aku gampang memeriksa. Kaos yang dipakainya tak berkancing.<br />
Stetoskopku udah kupasang ke kuping<br />
Ny. Syeni rupanya tahu kebingunganku. Dia tak kalah bingungnya.<br />
“Hmmm gimana Bu”<br />
“Eh .. Hmmm .. Gini aja ya Dok” katanya sambil agak ragu melepas ujung kaos yang tertutup roknya, dan menyingkap kaosnya tinggi-tinggi sampai diatas puncak bukit kembarnya. Kontan saja perutnya yang mulus dan cup Bhnya tampak.<br />
Oohh . bukan main indahnya tubuh ibu muda ini. Perutnya yang putih mulus rata, dihiasi pusar di tengahnya dan BH cream itu nampak ketat menempel pada buah dadanya yang ampuun .. Putihnya . dan menjulang.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsDk0Rh7zcumYx12rjh_RqSisF_VYlk8_C-Gq3f-C5sTNdvAsS_G4QketSJWPnwFZaSMnK8G4L9yWtU8rCrZN9AIMdo0U_-njQvBzKG14a-km8_6Si3SDh0bPSy8xSzWe6SKSDJI_i-wo/s1600/36.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsDk0Rh7zcumYx12rjh_RqSisF_VYlk8_C-Gq3f-C5sTNdvAsS_G4QketSJWPnwFZaSMnK8G4L9yWtU8rCrZN9AIMdo0U_-njQvBzKG14a-km8_6Si3SDh0bPSy8xSzWe6SKSDJI_i-wo/s1600/36.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Sejenal aku menenangkan diri. Aku sudah biasa sebenarnya melihat dada wanita. Tapi kali ini, cara Ibu itu membuka kaos tidak biasa. Bukan dari atas, tapi dari bawah. Aku tetap bersikap profesional dan memang tak ada sedikitpun niatan untuk berbuat lebih.<br />
Kalau wanita dalam posisi berbaring, jelas dadanya akan tampak lebih rata. Tapi dada nyonya muda ini lain, belahannya tetap terbentuk, bagai lembah sungai di antara 2 bukit.<br />
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil menyingkap lagi kaosnya lebih keatas. Tak ada maksud apa-apa. Agar aku lebih leluasa memeriksa daerah dadanya.<br />
“Engga apa-apa Dok” kata ibu itu sambil membantuku menahan kaosnya di bawah leher.<br />
Karena kondisi daerah dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya stetoskop itu “harus” menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.<br />
“Ambil nafas Bu.”<br />
Walaupun tanganku tak menyentuh langsung, melalui stetoskop aku dapat merasakan betapa kenyal dan padatnya payudara indah ini.<br />
Jelas, banyak lendir di saluran pernafasannya. Ibu ini menderita radang tenggorokan.<br />
“Maaf Bu ya ..” kataku sambil mulai memencet-mencet dan mengetok perutnya. Prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas.<br />
Jelas, selain mulus dan halus, perut itu kenyal dan padat juga. Kalau yang ini tanganku merasakannya langsung.<br />
Jelas juga, gejalanya khas disentri. Penyakit yang memang sedang musim bersamaan tibanya musim buah.<br />
“Cukup Bu .”<br />
Syeni bangkit dan menurunkan kakinya.<br />
“Sakit apa saya Dok” tanyanya. Pertanyaan yang biasa. Yang tidak biasa adalah Syeni masih membiarkan kaosnya tersingkap. Belahan dadanya makin tegas dengan posisnya yang duduk. Ada hal lain yang juga tak biasa. Rok mini coklatnya makin tersingkap menampakkan sepasang paha mulus putihnya, karena kakinya menjulur ke bawah menggapai-gapai sepatunya. Sungguh pemandangan yang amat indah .<br />
“Radang tenggorokan dan disentri”<br />
“Disentri ?” katanya sambil perlahan mulai menurunkan kaosnya.<br />
“Benar, bu. Engga apa-apa kok. Nanti saya kasih obat” walaupun dada dan perutnya sudah tertutup, bentuk badan yang tertutup kaos ketat itu tetap sedap dipandang.<br />
“Karena apa Dok disentri itu ?” Sepasang pahanya masih terbuka. Ah ! Kenapa aku jadi nakal begini ? Sungguh mati, baru kali ini aku “menghayati” bentuk tubuh pasienku. Apa karena pasien ini memang luar biasa indahnya ? Atau karena cara membuka pakaian yang berbeda ?<br />
“Bisa dari bakteri yang ada di mangga yang Ibu makan kemarin” Syeni sudah turun dari pembaringan. Tinggal lutut dan kaki mulusnya yang masih “tersisa”<br />
<br />
Oo .. ada lagi yang bisa dinikmati, goyangan pinggulnya sewaktu dia berjalan kembali ke tempat duduk. Aku baru menyadari bahwa nyonya muda ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. Hah ! Aku makin kurang ajar. Ah engga.. Aku tak berbuat apapun. Cuma tak melewatkan pemandangan indah. Masih wajar.<br />
Aku memberikan resep.<br />
“Sebetulnya ada lagi Dok”<br />
“Apa Bu, kok engga sekalian tadi” Aku sudah siap berkemas. Ini pasien terakhir.<br />
“Maaf Dok .. Saya khawatir .. Emmm ..” Diam.<br />
“Khawatir apa Bu “<br />
“Tante saya kan pernah kena kangker payudara, saya khawatir .”<br />
“Setahu saya . itu bukan penyakit keturunan” kataku memotong, udah siap2 mau pulang.<br />
“Benar Dok”<br />
“Ibu merasakan keluhan apa ?”<br />
“Kalau saya ambil nafas panjang, terasa ada yang sakit di dada kanan”<br />
“Oh . itu gangguan pernafasan karena radang itu. Ibu rasakan ada suatu benjolan engga di payudara” Tanpa disadarinya Ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar2 montok itu.<br />
“Saya engga tahu Dok”<br />
“Bisa Ibu periksa sendiri. Sarari. Periksa payudara sendiri” kataku.<br />
“Tapi saya kan engga yakin, benjolan yang kaya apa ..”<br />
Apakah ini berarti aku harus memeriksa payudaranya ? Ah engga, bisa-bisa aku dituduh pelecehan seksual. Aku serba salah.<br />
“Begini aja Bu, Ibu saya tunjukin cara memeriksanya, nanti bisa ibu periksa sendiri di rumah, dan laporkan hasilnya pada saya”<br />
Aku memeragakan cara memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, dengan mengambil boneka manequin sebagai model.<br />
“Baik dok, saya akan periksa sendiri”<br />
“Nanti kalau obatnya habis dan masih ada keluhan, ibu bisa balik lagi”<br />
“Terima kasih Dok”<br />
“Sama-sama Bu, selamat sore”<br />
Wanita muda cantik dan seksi itu berlalu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1oFzM3-_6Uv_v4xbksArqBrrLhX3tsj4PoejDWL6VuPTvyBDVCH7_CUZErZY5iWJ0mg2bUgjhOBHTp7rnvl_9XZaLREAjDP0kRvvVMvrCTzmd2RXjW6ER0Hyr7kBgoTFq4Nrmkqm3b3w/s1600/ngoc%5B8%5D.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1oFzM3-_6Uv_v4xbksArqBrrLhX3tsj4PoejDWL6VuPTvyBDVCH7_CUZErZY5iWJ0mg2bUgjhOBHTp7rnvl_9XZaLREAjDP0kRvvVMvrCTzmd2RXjW6ER0Hyr7kBgoTFq4Nrmkqm3b3w/s1600/ngoc%5B8%5D.jpg" height="320" width="231" /></a></div>
Lima hari kemudian, Ny Syeni nongol lagi di tempat praktekku, juga sebagai pasien terakhir. Kali ini ia mengenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan buah kembarnya yang memang sempurna bentuknya, bukan kaos ketat seperti kunjungan lalu. Masih dengan rok mininya.<br />
“Gimana Bu . udah baikan”<br />
“Udah Dok. Kalo nelen udah engga sakit lagi”<br />
“Perutnya ?”<br />
“Udah enak”<br />
“Syukurlah … Trus, apa lagi yang sakit ?”<br />
“Itu Dok .. Hhmmm .. Kekhawatiran saya itu Dok”<br />
“Udah diperiksa belum ..?”<br />
“Udah sih . cuman …” Dia tak meneruskan kalimatnya.<br />
“Cuman apa .”<br />
“Saya engga yakin apa itu benjolan atau bukan ..”<br />
“Memang terasa ada, gitu “<br />
“Kayanya ada kecil . tapi ya itu . saya engga yakin”<br />
Mendadak aku berdebar-debar. Apa benar dia minta aku yang memeriksa . ? Ah, jangan ge-er kamu.<br />
“Maaf Dok .. Apa bisa …. Saya ingin yakin” katanya lagi setelah beberapa saat aku berdiam diri.<br />
“Maksud Ibu, ingin saya yang periksa” kataku tiba2, seperti di luar kontrol.<br />
“Eh .. Iya Dok” katanya sambil senyum tipis malu2. Wajahnya merona. Senyuman manis itu makin mengingatkan kepada bintang film Hongkong yang aku masih juga tak ingat namanya.<br />
“Baiklah, kalau Ibu yang minta” Aku makin deg-degan. Ini namanya rejeki nomplok. Sebentar lagi aku akan merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih dan mulus !<br />
Oh ya . Lin Chin Shia nama bintang film itu, kalau engga salah eja.<br />
Tanpa disuruh Syeni langsung menuju tempat periksa, duduk, mengangkat kakinya, dan langsung berbaring. Berdegup jantungku, sewaktu dia mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas CD-nya terlihat, hitam juga warnanya. Ah . paha itu lagi . makin membuatku nervous. Ah lagi, penisku bangun ! baru kali ini aku terangsang oleh pasien.<br />
“Silakan dibuka kancingnya Bu”<br />
Syeni membuka kancing bajunya, seluruh kancing ! Kembali aku menikmati pemandangan seperti yang lalu, perut dan dadanya yang tertutup BH. Kali ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak pualam.<br />
“Dada kanan Bu ya .”<br />
“Benar Dok”<br />
Sambil sekuatnya menahan diri, aku menurunkan tali BH-nya. Tak urung jari2ku gemetaran juga. Gimana tidak. Membuka BH wanita cantik, seperti memulai proses fore-play saja ..<br />
“Maaf ya Bu .” kataku sambil mulai mengurut. Tanpa membuka cup-nya, aku hanya menyelipkan kedua telapak tanganku. Wow ! bukan main padatnya buah dada wanita ini.<br />
Mengurut pinggir-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.<br />
“Yang mana Bu benjolan itu ?”<br />
“Eehh . di dekat putting Dok . sebelah kanannya .”<br />
Aku menggeser cup Bhnya lebih kebawah. Kini lebih banyak bagian buah dada itu yang tampak. Makin membuatku gemetaran. Entah dia merasakan getaran jari-jariku atau engga.<br />
“Dibuka aja ya Dok” katanya tiba2 sambil tangannya langsung ke punggung membuka kaitan Bhnya tanpa menunggu persetujuanku. Oohhh . jangan dong . Aku jadi tersiksa lho Bu, kataku dalam hati. Tapi engga apa-apa lah ..<br />
Cup-nya mengendor. Daging bulat itu seolah terbebas. Dan .. syeni memelorotkan sendiri cup-nya …<br />
Kini bulatan itu nampak dengan utuh. Oh indahnya … benar2 bundar bulat, putih mulus halus, dan yang membuatku tersengal, putting kecilnya berwarna pink, merah jambu !<br />
Kuteruskan urutan dan pencetanku pada daging bulat yang menggiurkan ini. Jelas saja, sengaja atau tidak, beberapa kali jariku menyentuh putting merah jambunya itu ..<br />
Dan .. Putting itu membesar. Walaupun kecil tapi menunjuk ke atas ! Wajar saja. Wanita kalau disentuh buah dadanya akan menegang putingnya. Wajar juga kalau nafas Syeni sedikit memburu. Yang tak wajar adalah, Syeni memejamkan mata seolah sedang dirangsang !<br />
Memang ada sedikit benjolan di situ, tapi ini sih bukan tanda2 kangker.<br />
“Yang mana Bu ya .” Kini aku yang kurang ajar. Pura-pura belum menemukan agar bisa terus meremasi buah dada indah ini. Penisku benar2 tegang sekarang.<br />
“Itu Dok . coba ke kiri lagi .. Ya .itu .” katanya sambil tersengal-sengal. Jelas sekali, disengaja atau tidak, Syeni telah terrangsang .<br />
“Oh . ini ..bukan Bu . engga apa-apa”<br />
“Syukurlah”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTGJo6Wm8L7WcsLCwV4GOsEUa3k3TZ3VJkB21ihuRo60rE_sjiHH_251lspPDmRsVY_Dqnf-G-e8MXoyKQa-Fq9FXR2uccphaNPKlDVU7s61hDq_rssyvJF9xbLnai4Xb7MCbZcxEttJA/s1600/31.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTGJo6Wm8L7WcsLCwV4GOsEUa3k3TZ3VJkB21ihuRo60rE_sjiHH_251lspPDmRsVY_Dqnf-G-e8MXoyKQa-Fq9FXR2uccphaNPKlDVU7s61hDq_rssyvJF9xbLnai4Xb7MCbZcxEttJA/s1600/31.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
“Engga apa-apa kok” kataku masih terus meremasi, mustinya sudah berhenti. Bahkan dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras ! Tapi Syeni membiarkan kenakalanku. Bahkan dia merintih, amat pelan, sambil merem ! Untung aku cepat sadar. Kulepaskan buah dadanya dari tanganku. Matanya mendadak terbuka, sekilas ada sinar kekecewaan.<br />
‘Cukup Bu” kataku sambil mengembalikan cup ke tempatnya. Tapi …<br />
“Sekalian Dok, diperiksa yang kiri .” Katanya sambil menggeser BH nya ke bawah. hah ? Kini sepasang buah sintal itu terbuka seluruhnya. Pemandangan yang merangsang .. Putting kirinyapun sudah tegang . Sejenak aku bimbang, kuteruskan, atau tidak. Kalau kuteruskan, ada kemungkinan aku tak bisa menahan diri lagi, keterusan dan ,,,, melanggar sumpah dokter yang selama ini kujunjung tinggi. Kalau tidak kuteruskan, berarti aku menolak keinginan pasien, dan terus terang rugi juga dong . aku kan pria tulen yang normal. Dalam kebimbangan ini tentu saja aku memelototi terus sepasang buah indah ciptaan Tuhan ini.<br />
“Kenapa Dok ?” Pertanyaan yang mengagetkan.<br />
“Ah .. engga apa-apa … cuman kagum” Ah ! Kata-kataku meluncur begitu saja tak terkontrol. Mulai nakal kamu ya, kataku dalam hati.<br />
“Kagum apa Dok” Ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. Sudah jelas kok ditanyakan.<br />
“Indah .” Lagi-lagi aku lepas kontrol<br />
“Ah . dokter bisa aja .. Indah apanya Dok” Lagi-lagi pertanyaan yang tak perlu.<br />
“Apalagi .”<br />
“Engga kok . biasa-biasa aja” Ah mata sipit itu .. Mata yang mengundang !<br />
“Maaf Bu ya .” kataku kemudian mengalihkan pembicaraan dan menghindari sorotan matanya.<br />
Kuremasi dada kirinya dengan kedua belah tangan, sesuai prosedur.<br />
Erangannya tambah keras dan sering, matanya merem-melek. Wah . ini sih engga beres nih. Dan makin engga beres, Syeni menuntun tangan kiriku untuk pindah ke dada kanannya, dan tangannya ikut meremas mengikuti gerakan tanganku .. Jelas ini bukan gerakan Sarari, tapi gerakan merangsang seksual . herannya aku nurut saja, bahkan menikmati.<br />
Ketika rintihan Syeni makin tak terkendali, aku khawatir kalau kedua suster itu curiga. Kalaupun suster itu masuk ruangan, masih aman, karena dipan-periksa ini ditutup dengan korden. Dan . benar juga, kudengar ada orang memasuki ruang praktek. Aku langsung memberi isyarat untuk diam. Syeni kontan membisu. Lalu aku bersandiwara.<br />
“Ambil nafas Bu ” seolah sedang memeriksa. Terdengar orang itu keluar lagi.<br />
Tak bisa diteruskan nih, reputasiku yang baik selama ini bisa hancur.<br />
“Udah Bu ya . tak ada tanda-tanda kangker kok”<br />
“Dok ..” Katanya serak sambil menarik tanganku, mata terpejam dan mulut setengah terbuka. Kedua bulatan itu bergerak naik-turun mengikuti alunan nafasnya. Aku mengerti permintaanya. Aku sudah terangsang. Tapi masa aku melayani permintaan aneh pasienku? Di ruang periksa?<br />
Gila !<br />
Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami sudah beradu. Kami berciuman hebat. Bibirnya manis rasanya .<br />
Aku sadar kembali. Melepas.<br />
“Dok .. Please . ayolah .” Tangannya meremas celana tepat di penisku<br />
“Ih kerasnya ..”<br />
“Engga bisa dong Bu ..’<br />
“Dokter udah siap gitu .”<br />
“Iya .. memang .. Tapi masa .”<br />
“Please dokter .. Cumbulah saya .”<br />
Aku bukannya tak mau, kalau udah tinggi begini, siapa sih yang menolak bersetubuh dengan wanita molek begini ?<br />
“Nanti aja . tunggu mereka pulang” Akhirnya aku larut juga .<br />
“Saya udah engga tahan .”<br />
“Sebentar lagi kok. Ayo, rapiin bajunya dulu. Ibu pura-pura pulang, nanti setelah mereka pergi, Ibu bisa ke sini lagi” Akhirnya aku yang engga tahan dan memberi jalan.<br />
“Okey ..okey . Bener ya Dok”<br />
“Bener Bu”<br />
“Kok Ibu sih manggilnya, Syeni aja dong”<br />
“Ya Syeni” kataku sambil mengecup pipinya.<br />
“Ehhhhfff”<br />
Begitu Syeni keluar ruangan, Nia masuk.<br />
“habis Dok”<br />
Dia langsung berberes. Rapi kembali.<br />
“Dokter belum mau pulang ?”<br />
“Belum. Silakan duluan”<br />
“Baiklah, kita duluan ya”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKsgeeoBMwevddDj_MS4x0vOYdfZZ03jwxttYNjP4BkBMfVOHruF_DSQCgHg1ZAWgktmghLdKSJF8gTO_K60P2wBxWQ7PQ3BiWv6-tlX5at2mJf8jfNY-tKfYa0KoNXg86QZrANN04Pvw/s1600/images+(3).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKsgeeoBMwevddDj_MS4x0vOYdfZZ03jwxttYNjP4BkBMfVOHruF_DSQCgHg1ZAWgktmghLdKSJF8gTO_K60P2wBxWQ7PQ3BiWv6-tlX5at2mJf8jfNY-tKfYa0KoNXg86QZrANN04Pvw/s1600/images+(3).jpg" /></a></div>
Aku amati mereka berdua keluar, sampai hilang di kegelapan. Aku mencari-cari wanita molek itu. Sebuah baby-bens meluncur masuk, lalu parkir. Si tubuh indah itu nongol. Aku memberi kode dengan mengedipkan mata, lalu masuk ke ruang periksa, menunggu.<br />
Syeni masuk.<br />
“Kunci pintunya” perintahku.<br />
Sampai di ruang periksa Syeni langsung memelukku, erat sekali.<br />
“Dok …”<br />
“Ya .Syeni .”<br />
Tak perlu kata-kata lagi, bibir kami langsung berpagutan. Lidah yang lincah dan ahli menelusuri rongga-ronga mulutku. Ah wanita ini .. Benar-benar ..ehm ..<br />
Sambil masih berpelukan, Syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan pasien, menyandarkan pinggangnya pada tepian dipan, mata sipitnya tajam menatapku, menantang. Gile bener ..<br />
Aku tak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dll. Dihadapanku berdiri wanita muda cantik dan sexy, dengan gaya menantang.<br />
Kubuka kancing bajunya satu-persatu sampai seluruhnya terlepas. Tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup BH hitam yang tadi aku urut dan remas-remas. Kali ini gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisinya tegak, tak berbaring seperti waktu aku meremasnya tadi. Benar2 mendebarkan ..<br />
Syeni membuka blousenya sendiri hingga jatuh ke lantai. Lalu tangannya ke belakang melepas kaitan Bhnya di punggung. Di saat tangannya ke belakang ini, buah dadanya tampak makin menonjol. Aku tak tahan lagi …<br />
Kurenggut BH hitam itu dan kubuang ke lantai, dan sepasang buah dada Syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.<br />
“Ooohhh .. Maaassss ..” Syeni merintih keenakan, sekarang ia memanggilku Mas !<br />
Aku engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal banget, agak susah aku menggigitnya. Putingnya juga istimewa. Selain merah jambu warnanya, juga kecil, “menunjuk”, dan keras. Tampaknya, belum seorang bayipun menyentuhnya. Sjeni memang ibu muda yang belum punya anak.<br />
“Maaaasss .. Sedaaaap ..” Rintihnya ketika aku menjilati dan mengulumi putting dadanya.<br />
Syeni mengubah posisi bersandarnya bergeser makin ke tengah dipan dan aku mengikuti gerakannya agar mulutku tak kehilangan putting yang menggairahkan ini. Lalu, perlahan dia merebahkan tubuhnya sambil memelukku. Akupun ikut rebah dan menindih tubuhnya. Kulanjutkan meng-eksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan dan kiri.<br />
Tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba2 sekarang bergerak menolak punggungku.<br />
“Lepas dulu dong bajunya . Mas .” kata Syeni<br />
Aku turun dari pembaringan, langsung mencopoti pakaianku, seluruhnya. Tapi sewaktu aku mau melepas CD-ku, Syeni mencegahnya. Sambil masih duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang nongol keluar dari Cdku, membuatku makin tegang aja .. Lalu, dengan perlahan dia menurunkan CD-ku hingga lepas. Aku telah telanjang bulat dengan senjata tegak siap, di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy dan telanjang dada.<br />
“Wow .. Bukan main ..” Katanya sambil menatap penisku.<br />
Wah . tak adil nih, aku sudah bugil sedangkan dia masih dengan rok mininya. Kembali aku naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, dan mulai melepas kaitan dan rits rok pendeknya. Perlahan pula aku menurunkan rok pendeknya. Dan …. Gila !<br />
Waktu menarik roknya ke bawah, aku mengharapkan akan menjumpai CD hitam yang tadi sebelum memeriksa dadanya, sempat kulihat sekejap. Yang “tersaji” sekarang dihadapanku bukan CD hitam itu, meskipun sama-sama warna hitam, melainkan bulu-bulu halus tipis yang tumbuh di permukaan kewanitaan Syeni, tak merata. Bulu-bulu itu tumbuh tak begitu banyak, tapi alurnya jelas dari bagian tengah kewanitaannya ke arah pinggir. Aku makin “pusing” …<br />
Kemana CD-nya ? Oh .. Dia udah siap menyambutku rupanya. Dan Syeni kulihat senyum tipis.<br />
“Ada di mobil” katanya menjawab kebingunganku mencari CD hitam itu.<br />
“Kapan melepasnya ?”<br />
“Tadi, sebelum turun .”<br />
Kupelorotkan roknya sampai benar2 lepas .. kini tubuh ibu muda yang putih itu seluruhnya terbuka. Ternyata di bawah rambur kelaminnya, tampak sebagian clit-nya yang berwarna merah jambu juga ! Bukan main. Dan ternyata, pahanya lebih indah kalau tampak seluruhnya begini. Putih bersih dan bulat.<br />
Syeni lalu membuka kakinya. Clitnya makin jelas, benar, merah jambu. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka, merebahkan tubuhku menindihnya, dan kami berciuman lagi. Tak lama kami berpagutan, karena ..<br />
“Maass .. Masukin Mas .. Syeni udah engga tahan lagi ..” Wah . dia maunya langsung aja. Udah ngebet benar dia rupanya. Aku bangkit. Membuka pahanya lebih lebar lagi, menempatkan kepala penisku pada clitnya yang memerah, dan mulai menekan.<br />
“Uuuuuhhhhhh .. Sedaaaapppp ..” Rintihnya. Padahal baru kepala penisku aja yang masuk.<br />
Aku menekan lagi.<br />
“Ouufff .. Pelan-pelan dong Mas ..”<br />
“Sorry …” Aku kayanya terburu-buru. Atau vagina Syeni memang sempit.<br />
Aku coba lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, tapi pasti … Sampai penisku tenggelam seluruhnya. Benar, vaginanya memang sempit. Gesekannya amat terasa di batang penisku. Ohh nikmatnya ..<br />
Sprei di pembaringan buat pasien itu jadi acak2an. Dipannya berderit setiap aku melakukan gerakan menusuk.<br />
Sadarkah kau?<br />
Siapa yang kamu setubuhi ini?<br />
Pasienmu dan isteri orang!<br />
Mestinya kamu tak boleh melakukan ini.<br />
Habis, dia sendiri yang meminta. Masa minta diperiksa buah dadanya, salah siapa dia punya buah dada yang indah ? Siapa yang minta aku merabai dan memijiti buah dadanya? Siapa yang meminta remasannya dilanjutkan walaupun aku sudah bilang tak ada benjolan ? Okey, deh. Dia semua yang meminta itu. Tapi kamu kan bisa menolaknya? Kenapa memenuhi semua permintaan yang tak wajar itu? Lagipula, kamu yang minta dia supaya datang lagi setelah para pegawaimu pulang . Okey deh, aku yang minta dia datang lagi. Tapi kan siapa yang tahan melihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita dan minta disetubuhi?<br />
<br />
Begitulah, aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil terus menggenjot memompa di atas tubuh telanjangnya … sampai saatnya tiba. Saatnya mempercepat pompaan. Saatnya puncak hubungan seks hampir tiba. Dan tentu saja saatnya mencabut penis untuk dikeluarkan di perutnya, menjaga hal-hal yang lebih buruk lagi.<br />
Tapi kaki Syeni menjepitku, menahan aku mencabut penisku.<br />
Karena memang aku tak mampu menahan lagi .. Creetttttttt………..Kesempr otkan kuat-kuat air maniku ke dalam tubuhnya, ke dalam vagina Syeni, sambil mengejang dan mendenyut ….<br />
Lalu aku rebah lemas di atas tubuhnya.<br />
Tubuh yang amat basah oleh keringatnya, dan keringatku juga. …<br />
Oh .. Baru kali ini aku menyetubuhi pasienku.<br />
Pasien yang memiliki vagina yang “legit” ..<br />
Aku masih lemas menindihnya ketika handphone Syeni yang disimpan di tasnya berbunyi. Wajah Syeni mendadak memucat. Dengan agak gugup memintaku untuk mencabut, lalu meraih Hpnya sambil memberi kode supaya aku diam. Memegang HP berdiri agak menjauh membelakangiku, masih bugil, dan bicara agak berbisik. Aku tak bisa jelas mendengar percakapannya. Lucu juga tampaknya, orang menelepon sambil telanjang bulat ! Kuperhatikan tubuhnya dari belakang. Memang bentuk tubuh yang ideal, bentuk tubuh mirip gitar spanyol.<br />
“Siapa Syen” tanyaku.<br />
“Koko, Suamiku” Oh .. Mendadak aku merasa bersalah.<br />
“Curiga ya dia”<br />
“Ah .engga .” katanya sambil menghambur ke tubuhku.<br />
“Syeni bilang, masih belum dapat giliran, nunggu 2 orang lagi” lanjutnya.<br />
“Suamimu tahu kamu ke sini”<br />
“Iya dong, memang Syeni mau ke dokter” Tiba2 dia memelukku erat2.<br />
“Terima kasih ya Mas … nikmat sekali .. Syeni puas”<br />
“Ah masa .. “<br />
“Iya bener .. Mas hebat mainnya .”<br />
“Ah . engga usah basa basi”<br />
“Bener Mas .. Malah Syeni mau lagi .”<br />
“Ah .udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu”<br />
“Lain kali Syeni mau lagi ya Mas”<br />
“Gimana nanti aja .. Entar jadi lagi”<br />
“Jangan khawatir, Syeni pakai IUD kok” Inilah jawaban yang kuinginkan.<br />
“Oh ya ..?”<br />
“Si Koko belum pengin punya anak”<br />
Kami berberes. Syeni memungut BH dan blouse-nya yang tergeletak di lantai, terus mengenakan blousenya, bukan BH-nya dulu. Ternyata BH-nya dimasukkan ke tas tangan.<br />
“Kok BH-nya engga dipakai ?”<br />
“Entar aja deh di rumah”<br />
“Entar curiga lho, suamimu”<br />
“Ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPjj5YfYofIPYnBzjdBFWP6u-443-ZtIDR8bOzv1rq5u6kYFCIPJ2YUXqaOefSixvEYw13s4nh82QnHQU9AlIZVLr3Y8iqZSYhMjazaq0f46ZqhWP6vM8AJxXjTCOjfYl67zHndyohWjM/s1600/947156_620149114664883_1571033834_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPjj5YfYofIPYnBzjdBFWP6u-443-ZtIDR8bOzv1rq5u6kYFCIPJ2YUXqaOefSixvEYw13s4nh82QnHQU9AlIZVLr3Y8iqZSYhMjazaq0f46ZqhWP6vM8AJxXjTCOjfYl67zHndyohWjM/s1600/947156_620149114664883_1571033834_n.jpg" height="320" width="299" /></a></div>
Dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. Sexy banget wanita muda yang baru saja aku setubuhi ini. Blose ketatnya membentuk sepasang bulatan dada yang tanpa BH. Bauh dada itu berguncang ketika dia mengenakan rok mini-nya. Aku terrangsang lagi … Cara Syeni mengenakan rok sambil sedikit bergoyang sexy sekali. Apalagi aku tahu di balik blouse itu tak ada penghalang lagi.<br />
“Kok ngliatin aja, pakai dong bajunya”<br />
“Habis . kamu sexy banget sih …”<br />
“Ah .. masa .. Kok bajunya belum dipakai ?”<br />
“Entar ajalah . mau mandi dulu .”<br />
Selesai berpakaian, Syeni memelukku yang masih bugil erat2 sampai bungkahan daging dadanya terasa terjepit di dadaku.<br />
“Syeni pulang dulu ya Yang . kapan-kapan Syeni mau lagi ya .”<br />
“Iya .. deh . siapa yang bisa menolak..” Tapi, kenapa nih .. Penisku kok bangun lagi.<br />
“Eh .. Bangun lagi ya ..” Syeni ternyata menyadarinya.<br />
Aku tak menjawab, hanya balas memeluknya.<br />
“Mas mau lagi .?”<br />
“Ah . kamu kan ditunggu suami kamu”<br />
“Masih ada waktu kok …” katanya mulai menciumi wajahku.<br />
“Udah malam Syen, lain waktu aja”<br />
Syani tak menjawab, malah meremasi penisku yang udah tegang. Lalu dituntunnya aku menuju meja kerjaku. Disingkirkannya benda2 yang ada di meja, lalu aku didudukkan di meja, mendorongku hingga punggungku rebah di meja. Lalu Syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku, menyingkap rok mininya, memegang penisku dan diarahkan ke liang vaginanya, terus Syeni menekan ke bawah duduk di tubuhku. ..<br />
Penisku langsung menerobos vaginanya ..<br />
Syeni bergoyang bagai naik kuda .<br />
Sekali lagi kami bersetubuh .<br />
Kali ini Syeni mampu mencapai klimaks, beberapa detik sebelum aku menyemprotkan vaginanya dengan air maniku …<br />
Lalu dia rebah menindih tubuhku .. Lemas lunglai.<br />
“Kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana ..” Katanya sebelum pergi.<br />
“Ngaco . suamimu .?”<br />
“Kalo dia sedang engga ada dong ..”<br />
Baiklah, kutunggu undanganmu.<br />
<br />
Sejak “peristiwa Syeni” itu, aku jadi makin menikmati pekerjaanku. Menjelajahi dada wanita dengan stetoskop membuatku jadi “syur”, padahal sebelum itu, merupakan pekerjaan yang membosankan. Apalagi ibu-ibu muda yang menjadi pasienku makin banyak saja dan banyak di antaranya yang sexy.<br />
<br />
TAMAT<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-37681165111782788982015-03-08T05:31:00.001+07:002015-03-08T05:31:24.065+07:00Shinta Sekretaris Yang Hot<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/03/shinta-sekretaris-yang-hot.html">Shinta Sekretaris Yang Hot</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIJpMXQ-rXOR8PuoknaIXPwI4NZiE58lkvyXy_ayV0-hisvbjd4Ep0LQIueYNam181qbJw-njeo6tUfTqK1je_mHcj3oDezNpGVpjsmwi_DTcPtd_QsucLD7fx7Eei0KK7chWnXyyDwKo/s1600/sekretaris.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIJpMXQ-rXOR8PuoknaIXPwI4NZiE58lkvyXy_ayV0-hisvbjd4Ep0LQIueYNam181qbJw-njeo6tUfTqK1je_mHcj3oDezNpGVpjsmwi_DTcPtd_QsucLD7fx7Eei0KK7chWnXyyDwKo/s1600/sekretaris.jpg" height="320" width="256" /></a></div>
Hari Senin itu adalah hari kerja pertama bagi Shinta. Saat itu Shinta terlihat sedang sibuk di kantornya. Walau gajinya sebagai sekretaris tidak seberapa besar tapi ia dengan senang hati melakoni profesinya itu. Saat ia sedang menyiapkan beberapa arsip untuk diberikan kepada supervisornya dalam laporan bulanan rapat sore nanti, tiba-tiba saja perutnya terasa sakit tak karuan. Segera saja ia bangkit dari duduknya menuju kamar kecil di ruang belakang kantornya.<br />
<br />
Saking buru-burunya, ia tidak membaca lagi tulisan atau gambar yang menunjukkan bahwa WC itu untuk pria atau untuk wanita. Ia langsung masuk saja. Namun.., begitu tiba di dalam WC itu, ia melihat seorang pria bertubuh atletis sedang pipis. Ups! Pria itu terkejut dan menoleh.., “Eh Shinta.., kamu salah masuk.., ini WC pria..” Shinta terkejut setengah mati. Ternyata sang supervisor sedang pipis di situ. Dan tanpa sengaja, kedua mata Shinta terarah pada benda panjang bulat dari ritsluiting celana panjang yang sedang dipegang sang supervisor. Ternyata batang kemaluan si supervisor belum dimasukkan ke sarangnya. Dengan muka tersipu memerah karena malu, Shinta membuang mukanya dan segera ingin berlalu dari tempat itu. Sial..! gerutunya dalam hati.<br />
<br />
Tapi rupanya si supervisor tidak ingin membuang kesempatan emas itu. Dengan sigapnya tangan Shinta ditarik dan tubuhnya disandarkan ke tembok. “Shin.. sudah lama sebenarnya aku ingin menikmati keindahan tubuhmu.. Pasti kau juga pernah mendengar bahwa di kantor ini yang paling perkasa adalah aku.. Nah sekarang tiba saatnya kita mencoba apa yang kamu dengar dari teman-teman..”<br />
<br />
Mendengar itu Shinta kaget setengah mati. Ia tidak menyangka bahwa supervisor yang sangat dihormati karena kharismanya, memiliki hati yang demikian bejadnya. “Tapi Pak.., saya sedang sakit perut nih.., lagian Bapak ‘khan supervisor saya.., masa Bapak tega melakukannya pada saya?”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb6pU0nh_uB6YU8bMMrLzRCDWTrvQfbPVFvUK7ewI0PCLlIVkvWBWER_3W1QNE14AmH3vp1ZhGYzYB3lx5gUeTzg_KcNgcnhuYqJePkBuwcdvjc-P0lVcplauUF92jEJcFXNwnPubE9_w/s1600/sekretaris+sexy.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgb6pU0nh_uB6YU8bMMrLzRCDWTrvQfbPVFvUK7ewI0PCLlIVkvWBWER_3W1QNE14AmH3vp1ZhGYzYB3lx5gUeTzg_KcNgcnhuYqJePkBuwcdvjc-P0lVcplauUF92jEJcFXNwnPubE9_w/s1600/sekretaris+sexy.jpeg" height="312" width="320" /></a></div>
“Oh.., jangan kuatir Shin.., cuma sebentar kok.. Ibu Edi saja pernah melakukannya denganku kok..”, kata si supervisor sambil dengan kasar membuka kancing stelan atas yang dipakai Shinta. “Ja.., jangan Pak.., tolong jangan.., ingat posisi Bapak di kantor..”, jerit Shinta. “To.., tolong.., tolong..!”, tampak Shinta berusaha meronta-ronta karena tangan si supervisor mulai masuk ke dalam BH-nya yang berukuran super besar, 38C. Dan.., bret.., bret.., baju Shinta terlihat sudah sobek di sana sini.. Dan dengan sekali hentakan, BH Shinta turun dan jatuh ke lantai. Walau sudah berusaha mendorong dan menendang tubuh atletis itu, namun nafsu si supervisor yang sudah demikian buas terus membuatnya bisa mencengkeram tubuh mulus Shinta yang kini hanya mengenakan celana dalam dan terus menghimpitnya ke tembok WC itu.<br />
<br />
Karena merasa yakin bahwa ia sudah tidak bisa lari lagi dari sana, Shinta hanya bisa pasrah. Sekarang mulut si supervisor sudah mulai menghisap-hisap puting susunya yang besar. Persis seperti bayi yang baru lahir sedang menyusu ke ibunya. Gairah dalam diri Shinta tiba-tiba muncul dan bergejolak. Dengan sengaja diraihnya batang kemaluan si supervisor yang sudah berdiri dari tadi. Dan dikocok-kocokknya dengan pelan. Memang batang kemaluan itu amat besar dan panjang. “Wah, pasti enak nih kalo ngisi lubang gue.., udah lama gue ngangenin batang kenikmatan yang segini besar dan panjangnya..”, pikir Shinta dalam hati.<br />
<br />
Sementara itu tangan si supervisor pun sudah melepaskan seluruh celana dalam putih yang dikenakan Shinta… Dan si supervisor pun ikut membuka semua pakaiannya.., hingga kini keduanya sama-sama dalam keadaan tanpa busana selembar benangpun. Si supervisor mengangkat kaki kanan Shinta ke pingggangnya lalu dengan perlahan ia memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaan Shinta. Bles.., bless.., jebb.., setengah dari batang kemaluan itu masuk dengan sempurna ke liang surga wanita yang rupanya sudah tidak lagi perawan itu. Shinta terbeliak kaget merasakan besarnya batang kemaluan itu di dalam liang kewanitaannya. Si supervisor terus saja mendorong maju batang kemaluannya sambil mencium dan melumat bibir Shinta yang seksi itu. Shinta tak mau kalah. Ia pun maju mundur menghadapi serangan si supervisor. Jeb.., jeb.., jebb..! Batang kemaluan yang besar itu keluar masuk berkali-kali.. Shinta sampai terpejam-pejam merasakan kenikmatan yang tiada taranya… Sakit perutnya pun sudah terlupakan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLPbsbGe4eB6McJLIx7uA1eWF96zSU7bmV6Hf1GM6QfhSOoasDxw0uQp8fpknMzLcBjV3uLqJ2Dz7G7BCnffiFCQHhTXE_mRm8QnoqAZw7CwCVq5cUv0W0QYcS1VFzDrSfIn4niL_vJ9c/s1600/sekretaris8.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLPbsbGe4eB6McJLIx7uA1eWF96zSU7bmV6Hf1GM6QfhSOoasDxw0uQp8fpknMzLcBjV3uLqJ2Dz7G7BCnffiFCQHhTXE_mRm8QnoqAZw7CwCVq5cUv0W0QYcS1VFzDrSfIn4niL_vJ9c/s1600/sekretaris8.jpg" /></a></div>
Sepuluh menit kemudian, mereka berganti posisi. Shinta kini berpegangan ke bagian atas kloset dan pantatnya di hadapkan ke si supervisor. Melihat pemandangan menggairahkan itu, tanpa membuang-buang waktu lagi si supervisor segera memasukkan batang kemaluannya dari arah belakang kemaluan Shinta.., bless.., bless.., jeb.., jebb..! Si supervisor dengan asyik melakukan aksinya itu. Tangan kanannya berusaha meraih payudara Shinta sambil terus menusukkan batang kemaluan supernya ke kewanitaan Shinta.<br />
<br />
“Bapak duduk aja sekarang di atas kloset ini.., biar sekarang gantian saya yang aktif..”, kata Shinta di tengah-tengah permainan mereka yang penuh nafsu. Supervisor itu pun menurut. Tanpa menunggu lagi, Shinta meraih batang kemaluan yang sudah 2 kali lebih keras dan besar itu, untuk segera dimasukkan ke liang kenikmatannya. Ia pun duduk naik turun di atas batang kemaluan ajaib itu. Sementara kedua mata si supervisor terpejam-pejam merasakan kenikmatan surgawi itu. Kedua tangannya meremas-remas gunung kembar Shinta. “Ooh.., oh.., ohh..”, erang Shinta penuh kenikmatan.<br />
<br />
Batang kemaluan itu begitu kuat, kokoh dan keras. Walau sudah berkali-kali ditusukkan ke depan, belakang, maupun dari atas, belum juga menunjukkan akan menyemburkan cairan putih kentalnya. Melihat itu, Shinta segera turun dari pangkuan supervisor itu. Dengan penuh semangat ia meraih batang kemaluan itu untuk segera dimasukkan ke mulutnya. Dijilatnya dengan lembut kemudian dihisap dan dipilin-pilin dengan lidahnya… oooh.., oh.., oohh.., kali ini ganti si supervisor yang mengerang karena merasakan kenikmatan. Lima belas menit kemudian, wajah si supervisor tampak menegang dan ia mencengkeram pundak Shinta dengan sangat erat.. Shinta menyadari apa yang akan terjadi.., tapi ia tidak menghiraukannya.., ia terus saja menghisap batang kemaluan ajaib itu.., dan benar.., crot.., crot.., crott..! Semburan air mani masuk ke dalam mulut seksi Shinta tanpa bisa dihalangi lagi. Shinta pun menelan semua mani itu termasuk menjilat yang masih tersisa di batang kemaluan supervisor itu dengan lahapnya…<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDlPtIsEbfdg0Unoy9lufbmSsONcdZ1cljN6apC8057PSr_v90CBmiM64Lfsi2v39cRTHGrgafadm4UYVBk_eHGuUW7RotFZ82RvvK8zeWl2zbczVW1Rm2cAZOca3aYabFK3pRxtMP0m0/s1600/sekretaris1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDlPtIsEbfdg0Unoy9lufbmSsONcdZ1cljN6apC8057PSr_v90CBmiM64Lfsi2v39cRTHGrgafadm4UYVBk_eHGuUW7RotFZ82RvvK8zeWl2zbczVW1Rm2cAZOca3aYabFK3pRxtMP0m0/s1600/sekretaris1.jpg" height="211" width="320" /></a></div>
Sejak peristiwa di WC itu, mereka tidak henti-hentinya berhubungan intim di mana saja dan kapan saja mereka bernafsu.., di mobil, di hotel, di rumah si supervisor (bahkan walau sang isteri sedang hamil).<br />
<br />
Bagi pembaca wanita yang ingin merasakan apa yang Shinta rasakan seperti dalam cerita di atas, silakan hubungi saya secepatnya!<br />
<br />
TAMAT<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-32642417242944956192015-02-21T01:39:00.000+07:002015-02-21T01:39:07.331+07:00Gairah Ibu Bella<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/02/gairah-ibu-bella.html">Gairah Ibu Bella</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim0f4LMfulnHNN7WveOy9c8km5eIzgEk9i47rw7Q5jGk_R0C-mJJZMp0Nb8gie90I_w9NQGIYdrCnbGjLxOlBFjPPGlUynYFYnbxtldGma-MKnNrVpqWhThOPcQgTnA1pae4DKmC1HTA4/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEim0f4LMfulnHNN7WveOy9c8km5eIzgEk9i47rw7Q5jGk_R0C-mJJZMp0Nb8gie90I_w9NQGIYdrCnbGjLxOlBFjPPGlUynYFYnbxtldGma-MKnNrVpqWhThOPcQgTnA1pae4DKmC1HTA4/s1600/1.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
Awal aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai produk yang akan dipesannya. Sebagai marketing, perusahaan mengutusku untuk menemuinya. Pada awal pertemuan siang itu, aku sama sekali tidak menduga bahwa Ibu Bella yang kutemui ternyata pemilik langsung perusahaan.<br />
<br />
Wajahnya cantik, kulitnya putih laksana pualam, tubuhnya tinggi langsing (Sekitar 175 cm) dengan dada yang menonjol indah. Dan pinggulnya yang dibalut span ketat membuat bentuk pinggangnya yang ramping kian mempesona, juga pantatnya wah.. sungguh sangat montok, bulat dan masih kencang.<br />
<br />
Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100%, melihat gaya bicaranya yang intelek, gerakan bibirnya yang sensual saat sedang bicara, apalagi kalau sedang menunduk belahan buah dadanya nampak jelas, putih dan besar.<br />
<br />
Di sofa yang berada di ruangannya yang mewah dan lux, kami akhirnya sepakat mengikat kontrak kerja. Sambil menunggu sekretaris Ibu Bella membuat kontrak kerja, kami mengobrol kesana-kemari bahkan sampai ke hal yang agak pribadi. Aku berani bicara kearah sana karena Ibu Bella sendiri yang memulai. Dari pembicaraan itu, baru kuketahui bahwa usianya baru 25 tahun, dia memegang jabatan direktur sekaligus pemilik perusahaan menggantikan almarhum suaminya yang meninggal karena kecelakaan pesawat.<br />
<br />
“Pak gala sendiri umur berapa”, bisiknya dengan nada mesra.<br />
“Saya umur 26 tahun, Bu!” balasku.<br />
“sudah berkeluarga”, pertanyaannya semakin menjurus, aku sampai GR sendiri.<br />
“Belum, Bu!”<br />
Tanpa kutanya, Ibu Bella menerangkan bahwa sejak kematian suaminya setahun lalu, dia belum mendapatkan penggantinya.<br />
“Ibu cantik, masih muda, saya rasa seribu lelaki akan berlomba mendapatkan Ibu bella”, aku sedikit memujinya.<br />
“Memang, ada benarnya juga yang Bapak Gala ucapkan, tapi mereka rata-rata juga mengincar kekayaan saya”, nadanya sedikit merendah.<br />
<br />
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, Ibu Bella bangkit berdiri membukakan pintu, ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerjanya.<br />
“Kalau begitu, saya permisi pulang, Bu!, semoga kerjasama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan”, aku segera pamit dan mengulurkan tangan.<br />
“Semoga saja”, tangannya menyambut uluran tanganku.<br />
“Terima kasih atas kunjungannya, pak Gala.”<br />
Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tangannya yang bagaikan sutera, namun sebentar kemudian aku segera menarik tanganku, takut dikira kurang ajar. Namun naluri laki-lakiku bekerja, dengan halus aku mulai merancang strategi mendekatinya.<br />
<br />
“Oh ya, Bu Bella, sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan mengawali kerjasama kita, bagaimana kalau Ibu Bella saya undang untuk makan malam bersama”, aku mulai memasang jerat.<br />
“Terima kasih”, jawabnya singkat.<br />
“Mungkin lain waktu, saya hubungi Pak Gala, untuk tawaran ini.”<br />
“Saya tunggu, Bu.. permisi”<br />
Aku tak mau mendesaknya lebih lanjut. Aku segera meninggalkan kantor Ibu Bella dengan sejuta pikiran menggelayuti benakku. Sepanjang perjalanan, aku selalu terbayang kecantikan wajahnya, postur tubuhnya yang ideal. Ah.. kayaknya semua kriteria cewek idaman ada padanya.<br />
<br />
Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku sering mampir ke tempat Ibu Bella dalam kurun waktu tersebut, tapi tidak kutemui tanda-tanda aku bisa mengajaknya sekedar Dinner. Meskipun hubunganku dengannya menjadi semakin akrab.<br />
<br />
Menginjak bulan ke-2, akhirnya aku bisa mengajaknya keluar sekedar makan malam. Aku ingat sekali waktu itu malam Minggu, kami bagai sepasang kekasih, meskipun pada awalnya dia ngotot ingin menggunakan mobilnya yang mewah, akhirnya dia bersedia juga menggunakan mobil Katanaku yang bisa bikin perut mules.<br />
<br />
Beberapa kali malam Minggu kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri, aku hanya berani menggenggam jarinya saja, itupun aku gemetaran, degup-degup di jantungku terasa berdetak kencang padahal hubungan kami sudah sangat dekat, bahkan aku dan dia sama-sama saling memanggil nama saja, tanpa embel-embel Pak atau Bu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPEupSG2fZq6Lt78o-hyTYqdQWt6_KydkbJWYna7Oaddz2r3SGUnTooos6hIwMOXCAUjIRJipQqphIfjoGd_I5fvoxU5FQO9afk75FlEvcHpa3EyF-yhR1B0-k_dfVWoOs2S4eyjQSiS8/s1600/40.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPEupSG2fZq6Lt78o-hyTYqdQWt6_KydkbJWYna7Oaddz2r3SGUnTooos6hIwMOXCAUjIRJipQqphIfjoGd_I5fvoxU5FQO9afk75FlEvcHpa3EyF-yhR1B0-k_dfVWoOs2S4eyjQSiS8/s1600/40.JPG" /></a></div>
Sampai pada malam Minggu yang kesekian kalinya, kuberanikan diri untuk memulainya, waktu itu kami di dalam bioskop. Dalam keremangan, aku menggenggam jarinya, kuelus dengan mesra, kelembutan jarinya mengantarkan desiran-desiran aneh di tubuhku, kucoba mencium tangannya pelan, tidak ada respon, kulepas jemari tangannya dengan lembut. Kurapatkan tubuhku dengan tubuhnya, kupandangi wajahnya yang sedang serius menatap layar bioskop.<br />
<br />
Dengan keberanian yang kupaksakan, kukecup pipinya. Dia terkejut, sebentar memandangku. Aku berpikir pasti dia akan marah, tapi respon yang kuterima sungguh membuatku kaget. Dengan tiba-tiba dia memelukku, mulutnya yang mungil langsung menyambar mulutku dan melumatnya. Sekian detik aku terpana, tapi segera aku sadar dan balas melumat bibirnya, ciumannya makin ganas, lidah kami saling membelit mencoba menelusuri rongga mulut lawan. Sementara tangannya semakin kuat mencengkram bahuku. Aku mulai beraksi, tanganku bergerak merambat ke punggungnya, kuusap lembut punggungnya, bibirku yang terlepas menjalar ke lehernya yang jenjang dan putih, aku menggelitik belakang telinganya dengan lidahku.<br />
<br />
“Bella, aku sayang kamu”, kubisikkan kalimat mesra di telinganya.<br />
“Gal, akupun sayang kamu”, suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit.<br />
Dan saat tanganku menyusup ke dalam blousnya, erangannya semakin jelas terdengar. Aku merasakan kelembutan buah dadanya, kenyal. Kupilin halus putingnnya, sementara tanganku yang satunya menelusuri pinggangnya dan meremas-remas pinggulnya yang sangat bahenol.<br />
<br />
Segera kubuka kancing blous bagian depannya, suasana bioskop yang gelap sangat kontras sekali dengan buah dadanya yang putih. Perlahan kukeluarkan buah dadanya dari branya, kini di depanku terpampang buah dadanya yang sangat indah, kucium dan kujilat belahannya, hidungku bersembunyi diantara belahan dadanya, lidahku yang basah dan hangat terus menciumi sekelilingnya perlahan naik hingga ke bagian putingnya. Kuhisap pelan putingnya yang masih mungil, kugigit lembut, kudorong dengan lidahku. Bella semakin meracau. Tanganya menekan kuat kepalaku saat putingnya kuhisap agak kuat. Sementara aku merasakan gerakan di celanaku semakin kuat, senjataku sudah menegang maksimal.<br />
<br />
Tanganku yang satunya sudah bergerak ke pahanya, spannya kutarik ke atas hingga batang pahanya tampak mulus, putih. Kubelai, kupilin pahanya sementara mulutku mengisap terus puting buah dadanya kiri dan kanan. Dan saat jariku sampai di pangkal pahanya, aku menemukan celana dalamnya. Perlahan jari-jariku masuk lewat celah celana dalamnya, kugeser ke kiri, akhirnya jari-jariku menemukan rambut kemaluannya yang sangat lebat.<br />
<br />
Dengan tak sabar, kugosokkan jariku di klitorisnya sementara mulutku masih asyik menjilati puting buah dadanya yang semakin mencuat ke atas pertanda gairahnya sudah memuncak, meskipun jari-jariku sedikit terhalang celana dalamnya tapi aku masih dapat menggesek klitorisnya, bahkan dengan cepat kumasukkan jariku ke dalam celahnya yang lembat, terasa agak basah. Jariku berputar-putar di dalamnya, sampai kutemukan tonjolan lembut bergerigi di dalam kemaluannya, kutekan dengan lembut G-spotnya itu, kekiri dan kekanan perlahan.<br />
<br />
“Achhh… Gala.. aku sudah nggak tahan.. Terus Gal… oh…” Suaranya makin keras, birahinya sudah dipuncak. Tangannya menekan kepalaku ke buah dadanya hingga aku sulit bernafas, sementara tangan yang satunya menekan tanganku yang di kemaluannya semakin dalam. Akhirnya kurasakan seluruh tubuhnya bergetar, kuhisap kuat puting susunya, kumasukkan jariku semakin dalam. “Ahhh… oh.. Gal.. aku ke..lu..ar…” Kurasakan jariku hangat dan basah. “Makasih Gal, sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini.” Aku hanya bisa diam, menahan tegangnya senjataku yang belum terlampiaskan tapi rupanya Bella sangat pengertian. Dengan lincahnya dibukanya reitsleting celanaku, jari-jarinya mencari senjataku. Aku membantunya dengan menggerakan sedikit tubuhku. Saat tangannya mendapatkan apa yang dicarinya, sungguh reaksinya sangat hebat. “Oh… besar sekali Gal.. aku suka.. aku suka barang yang besar..” Bella seperti anak kecil yang mendapatkan permen.<br />
<br />
Senjataku yang sudah kaku perlahan dikocoknya, aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara tangannya asyik mengocok batang senjataku, tangan satunya membuka kancing bajuku, mulutnya yang basah menciumi dadaku dan menjilati putingku, sesekali Bella menghisap putingku. Aliran darahku semakin panas, gairahku makin terbakar. Aku merasakan spermaku sudah mengumpul di ujung, sementara kepala senjataku semakin basah oleh pelumas yang keluar.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQr8gA_1mhTfQ8q_EIsAuenFaKdDQeGWDiYQY2VhYVufhuBrQTE58Mhfar2UXnAmS9PJJUJBZL8M30FXHirEFo9PcYOg975dPJk5q4P-lU01RC3F1bc9JsjMkxlTzdNheF4Lymom8Vnws/s1600/Kisah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQr8gA_1mhTfQ8q_EIsAuenFaKdDQeGWDiYQY2VhYVufhuBrQTE58Mhfar2UXnAmS9PJJUJBZL8M30FXHirEFo9PcYOg975dPJk5q4P-lU01RC3F1bc9JsjMkxlTzdNheF4Lymom8Vnws/s1600/Kisah.jpg" height="320" width="283" /></a></div>
“Bella, aku sudah nggak tahan…”<br />
“Tahan sebentar, Gal..”<br />
Bella melepaskan jilatan lidahnya di dadaku dan langsung memasukkan senjataku ke dalam mulutnya, aku merasakan kuluman mulutnya yang hangat dan sempit. Kulihat mulutnya yang mungil sampai sesak oleh kemaluanku. Bella semakin kuat mengocok batang senjataku ke dalam mulutnya. Akhirnya kakiku sedikit mengejang untuk melepaskan spermaku. “Awas Bell, aku mau keluar..” kutarik rambutnya agar menjauh dari batang senjataku, tapi Bella malah memasukkan senjataku ke dalam mulutnya lebih dalam, aku tak tahan lagi, kulepaskan tembakanku, 7 kali denyutan cukup memenuhi mulutnya yang mungil dengan spermaku. Bella dengan lahap langsung menelannya dan membersihkan cairan yang tertinggal di kepala senjataku dengan lidahnya. Aku menarik nafas panjang mengatur degup jantungku yang tadi sangat cepat.<br />
<br />
Setelah lampu menyala kembali pertanda pertunjukan telah usai, kami sudah rapi kembali. Kulihat jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 10.00 malam. Aku langsung mengantarnya pulang, dalam perjalanan kami tak banyak bicara, kami saling memikirkan kejadian yang baru saja kami alami bersama.<br />
<br />
Sampai di rumahnya yang mewah di bilangan Pluit, aku langsung ditariknya menuju kamar pribadinya yang sangat luas. “Gal, saya belum puas, kita teruskan permainan yang tadi..” Tangannya langsung membuka kancing bajuku dan mulai membangkitkan gairahku, sementara pikiranku semakin bingung, kenapa Bella yang tadinya kalem bisa berubah ganas begini? Tapi pikiranku kalah dengan gairah yang mulai berkobar di dadaku, terlebih saat tangannya dengan lihai mengusap dadaku. Bagai musafir seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya dengan penuh nafsu. Aku pun tak mau kalah sigap, di ranjangnya yang empuk kami bergulat saling memilin, melumat, dan saling menghisap.<br />
<br />
Saat pakaian kami mulai tertanggal dari tempatnya. Kami saling melihat, aku melihat kesempurnaan tubuhnya, apalagi di daerah selangkangannya yang putih bersih, sangat kontras dengan bulu kemaluannya yang sangat hitam dan lebat. Dan Bella memandangi senjataku yang mengacung menunjuk langit-langit kamar. Hanya sebentar kami berpandangan, aku langsung meraih tubuhnya dan memapahnya ke ranjang. Kuletakkan hati-hati tubuhnya yang gempal dan lembut, aku mulai menciumi seluruh tubuhnya, lidahku menari-nari dari leher sampai ke jari-jari kakinya. Kuhisap puting buah dadanya yang kemerahan, kujilat dan sesekali kugigit mesra. Ssementara tanganku yang lain meremas-remas pinggul dan pantatnya yang sangat kenyal.<br />
<br />
Pergulatan kami semakin seru, kini posisi kami berbalikan seperti angka 69, kami saling menghisap puting dada. Saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya, kurasakan juga perutku dijilati dan akhirnya lidah kami saling menghisap kemaluan.<br />
<br />
Aku merasakan hangat di kepala senjataku saat lidahku menari-nari menelusuri celah kemaluannya, lidahku semakin dalam masuk ke dalam celah kewanitaannya yang telah basah, kuhisap klitorisnya kuat-kuat, kurasakan tubuhnya bergetar hebat.<br />
<br />
Lima belas menit sudah kami saling menghisap, nafsuku yang sudah di ubun-ubun menuntut penyelesaian. Segera aku membalikkan tubuhku. Kini kami kembali saling melumat bibir, sementara senjataku yang sudah basah oleh liurnya kuarahkan ke celah pahanya, sekuat tenaga aku mendorongnya namun sulit sekali. Tubuh kami sudah bersimbah peluh. Akhirnya tak sabar tangan Bella memandu senjataku, setelah sampai di pintu kemaluannya, kutekan kuat, Bella membuka pahanya lebar-lebar dan senjataku melesak ke dalam kemaluannya. Kepala senjataku sudah berada di dalam celahnya, hangat dan menggigit. Kutahan pantatku, aku menikmati remasan kemaluannya di batanganku. Perlahan kutekan pantatku, senjataku amblas sedalam-dalamnya. Gigi Bella yang runcing tertancap di lenganku saat aku mulai menaikturunkan pantatku dengan gerakan teratur.<br />
<br />
Remasan dan gigitan liang kewanitaannya di seluruh batang senjataku terasa sangat nikmat. Kubalikan tubuhnya, kini tubuh Bella menghadap ke samping. Senjataku menghujam semakin dalam, kuangkat sebelah kakinya ke pundakku. Batang senjataku amblas sampai mentok di mulut rahimnya. Puas dari samping, tanpa mencabut senjataku, kuangkat tubuhnya, dengan gerakan elastis kini aku menghajarnya dari belakang. Tanganku meremas bongkahan pantatnya dengan kuat, sementara senjataku keluar masuk semakin cepat. Erangan dan rintihan yang tak jelas terdengar lirih, membuat semangatku semakin bertambah. Ketika kurasakan ada yang mau keluar dari kemaluanku, segera kucabut senjataku. “Pllop..” terdengar suara saat senjataku kucabut, mungkin karena ketatnya lubang kemaluan Bella mencengkram senjataku. “Achh, kenapa Gal.. aku sedikit lagi”, protes Bella. Dia langsung mendorong tubuhku, kini aku telentang di bawah, dengan sigap Bella meraih senjataku dan memasukkannya ke dalam lubang sorganya sambil berjongkok.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuTa-7kUjNfM1N5ELZFVoPzKTKovZNicb6HYowTfPEDfp_zv-9oC173qLbKCSBegTwWX1fsh7f7WWGW_wJw38lIlDfB0EXd4rsvC42Qw3zAENfEUj99uYFx5RGQfHyRv46B8tTU4Fzemg/s1600/images+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuTa-7kUjNfM1N5ELZFVoPzKTKovZNicb6HYowTfPEDfp_zv-9oC173qLbKCSBegTwWX1fsh7f7WWGW_wJw38lIlDfB0EXd4rsvC42Qw3zAENfEUj99uYFx5RGQfHyRv46B8tTU4Fzemg/s1600/images+(1).jpg" /></a></div>
Kini Bella dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sementara aku di bawah sudah tak sanggup rasanya menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Bella, apalagi saat pinggulnya sambil naik-turun digoyangkan juga diputar-putar, aku bertahan sekuat mungkin.<br />
<br />
Satu jam sudah berlalu, kulihat Bella semakin cepat bergerak, cepat hingga akhirnya aku merasakan semburan hangat di senjataku saat tubuhnya bergetar dan mulutnya meracau panjang. “Oh.. aku puas Gal, sangat puas..” tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, namun senjataku yang sudah berdenyut-denyut belum tercabut dari kemaluannya. Kurasakan buah dadanya yang montok menekan tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya.<br />
<br />
Setelah beberapa saat, aku sudah merasakan air maniku tidak jadi keluar, segera kubalikkan tubuhnya kembali. Kini dengan gaya konvensional aku mencoba meraih puncak kenikmatan, kemaluannya yang agak basah tidak mengurangi kenikmatan. Aku terus menggerakkan tubuhku. Perlahan gairahnya kembali bangkit, terlebih saat batang senjataku mengorek-ngorek lubang kemaluannya kadang sedikit kuangkat pantatku agar G-spotnya tersentuh. Kini pinggul Bella yang seksi mulai bergoyang seirama dengan gerakan pantatku. Jari-jarinya yang lentik mengusap dadaku, putingku dipilin-pilinnya, hingga sensasi yang kurasakan tambah gila.<br />
<br />
Setengah jam sudah aku bertahan dengan gaya konvensional. Perlahan aku mulai merasakan cairanku sudah kembali ke ujung kepala senjataku. Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Bella pada putingku dan pitingan kakinya di pinggangku, kusemprotkan air maniku ke dalam kemaluannya, kami berbarengan orgasme.<br />
<br />
Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya. Aku baru tahu bahwa gairahnya sangat tinggi, selama ini dia bersikap alim, karena tidak mau sembarangan main dengan cowok. Dia mau denganku karena aku sabar, baik dan tidak mengejar kekayaannya. Apalagi begitu dia tahu bahwa senjataku dua kali lipat mantan suaminya, tambah lengket saja. Memang yang kukejar hanyalah kenikmatan dunia yang didasari Cinta. Kalau harta sih, ada sukur, nggak ada ya.. cari dong.<br />
<br />
TAMAT<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-3558609195072167342015-02-11T23:25:00.000+07:002015-02-11T23:25:21.408+07:00Hukuman Untuk Ibu Mertuaku<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/02/hukuman-untuk-ibu-mertuaku.html">Hukuman Untuk Ibu Mertuaku</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGir6VnCxic9rjH3uqjSOocNutV1P70ZmLdMLGgduC8J0bnJbqMAy821gumH0AXbEsW_gJzkGHqMyE9MYMdovoaK_ozI1YpZ6nAnX86qM5SUNc67xAPuzRgjg6aoM0l7Ua6Cuxjl-obWU/s1600/free9.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGir6VnCxic9rjH3uqjSOocNutV1P70ZmLdMLGgduC8J0bnJbqMAy821gumH0AXbEsW_gJzkGHqMyE9MYMdovoaK_ozI1YpZ6nAnX86qM5SUNc67xAPuzRgjg6aoM0l7Ua6Cuxjl-obWU/s1600/free9.jpg" height="320" width="212" /></a></div>
<div>
Perkenalkan ini istriku, Nama ku Nuel berumur 28 Tahun. Sejak aku dan istriku menikah aku tinggal dirumah Mertuaku, dimana tempat itu adalah tempat tinggal istriku sedari kecil. Aku berpacaran dengan Istriku selama hampir 5 tahun dan akhirnya menikah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku akan mencritakan pengalaman ku dengan Ibu Mertua, yang memang sejak aku mulai pacaran dengan Istriku aku sudah sangat kesemsem dengan Ibu Mertuaku. Ibu Mertuaku bernama Dian, tapi kami biasa memanggil dengan pangilan,”IBU”, cukup itu saja. Ibu mertuaku berumur 48 Tahun pada tahun ini, dimana memang terpaut umur cukup jauh dengan suaminya 10 Tahun lebih tua darinya. Bapak mertuaku biasa kami panggil dengan panggilan,”AYAH” yang berumur 58 Tahun. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hampir satu tahun kami menikah tapi kami belum dikaruniai seorang anak, tapi aku dan istriku pun memang sangat menginginkan seorang anak, itu pasti, mungkin memang belum waktunya.Dengan umur Ibu Mertuaku yang sudah STW, tetapi dia sangat memperhatikan kecantikan dan kesehatan tubuhnya. Sering sekali aku melihat BH dan CD nya sewaktu dijemur ketika habis dicuci, ukuran BH-nya 34C memang sangat memukau bila dipadukan dengan tinggi badannya 165 cm dan berat badan 55 Kg, meski lingkar dadanya kecil tapi buah dadanya sangat aduhai. Apalagi jika dipadukan dengan wajah cantik dan rambutnya yang agak kecoklatan bila terkena cahaya, serta kulitnya yang mulus dan berwarna putih. Bergetar selalu hatiku jika menatapnya. Bisa dibilang, Ibu Mertuaku ini lebih cantik dari Istriku dan memang aku sangat terobsesi agar aku bisa bercinta dengannya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Suatu waktu aku pulang kantor agak cepat, kebetulan sesampainya dirumah aku melihat garasi cukup sepi hanya suara gongongan anjing2 kami yang mengisi keheningan itu. Mobil Ayah Mertua dan mobil istriku pun belum terlihat di garasi. Aku masuk dengan menaruh sepeda motor ku di garasi, dan aku melihat kedalam jendela ternyata ada Ibu Mertuaku yang hendak membukakan pintu, aku pikir pembantu rumah, setelah pintu di bukakan Ibu Mertua ku langsung ngacir kembali masuk kedalam kamarnya, aku hanya melihat sekelebat. Ketika aku masuk rumah aku lihat lantai agak basah dengan titik2 air, dan aku pun berpikir, ternyata Ibu Mertuaku ini sedang mandi sore, langsung otak kotor mulai membuju untuk memuaskan obsesiku terhadap ibu mertuaku, lagi pula pembantu rumah sudah pulang dan adik2 istriku belum pulang dari kuliahnya. Aku langsung naik kekamar ku dan mengganti pakaian, tetapi sayang, ketika aku turun lagi kebawah ternyata Ibu Mertuaku sudah selesai mandi, dan dia sedang berada di meja makan. Lalu aku mendekatinya dan berkata, “ Bu, tadi yang bukain pintu siapa, koq hanya terlihat sekelebat saja...?? “, lalu Ibu mertuaku menjawab, “ Iya Sorrry, tadi Ibu yang buka pintu, Ibu lagi mandi...jadi buka pintunya cepet2..soalnya pas bgt lagi keramas “. Ternyata Ibu Mertuaku tadi membukakan pintu dengan mungkin dalam keadaan telanjang atau dengan hanya terbungkus handuk saja, pikiranku langsung menelanjangi tubuh Ibu Mertuaku sendiri. Kadang2 sempat aku berhasil mengintip Ibu mertuaku yang sedang mandi, dari celah2 pintu kamarnya yang sedikit kubuka, memang tubuhnya sangat luar biasa, apalagi sewaktu dia menyabuni Payudara dan vaginanya....sumpah membuat ku ngaceng berat. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hari2 yang kulalui dengan keluarga istriku sangat biasa saja, dan sudah pasti aku selalu curi2 pandang kepada Ibu Mertuaku sendiri. Saking terobsesinya diriku terhadap Ibu Mertuaku, sering kali ku curi sebentar CD-nya dan akupun berkhayal bercinta dengan Ibu Mertuaku, lalu aku menyemprotkan spermaku di CD Ibu Mertuaku, itu sangat sering kulakukan. Atau kadang aku berpura2 sakit dan tidak masuk kantor, kadang aku pun bereksebisi di depan Ibu Mertuaku dari dalam kamarku dengan pintu yang sedikit aku buka agar Ibu Mertuaku bisa leluasa melihat kekamarku ketika dia sedang menyetrika pakaian atau sedang lewat di depan kamar ku. Sering pula aku mengintipnya jika iya sedang berganti pakaian, wah..lekuk indah dan kemulusan tubuhnya..sulit dilukiskan dengan kata2. Setelah itu kulampiaskan nafsu ku itu dengan ber-onani ria dengan pakaian dalamnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWL2-dWMLp9zL9_MRClG-0dSO6HY8sqm_ROem-QgI4Pm3G0QZUu1s9uyimkunBvFYoJf_dKUrHzTdISMJ_Pd3kfLZEHUl77XX16mfXSuQV6mVvVyoipIyjatoQ3r56J7aDSMZIsdNv398/s1600/black0.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWL2-dWMLp9zL9_MRClG-0dSO6HY8sqm_ROem-QgI4Pm3G0QZUu1s9uyimkunBvFYoJf_dKUrHzTdISMJ_Pd3kfLZEHUl77XX16mfXSuQV6mVvVyoipIyjatoQ3r56J7aDSMZIsdNv398/s1600/black0.jpg" height="320" width="266" /></a></div>
<div>
Hingga suatu hari, aku sengaja mengambil Cuti, pada saat itu Ayah mertuaku sedang ada urusan kerja di Luar kota sementara pada siang harinya adik2 istriku kuliah dan istriku sendiri ke kantor, dan pembantu jam 9 pagi sudah pulang karena memang hanya mencuci baju saja. Nah inilah saat yang kutunggu untuk benar2 mewujudkan obsesiku untuk menyetubuhi Ibu Mertuaku, dimana hasrat seksualku terhadap kesintalan tubuh Ibu Mertuaku semakin memuncak. Pada saat aku bangun pagi, kulihat istriku sedang ber make-up siap2 utk berangkat kerja, lalu istriku berpamitan padaku, mencium keningku saat aku masih berbaring di tampat tidur, lalu istriku langsung berangkat ke kantor. Ku lanjutkan tidurku karena itu masih jam 6 pagi, aku merancang rencanaku sambil terngantuk2 dan akhirnya kembali tertidur. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dalam tidurku aku mendengar suara langkah kaki di depan kamarku, langkah kaki mondar madir, lalu aku terbangun dan kulihat jam sudah jam 9.30, dan aku langsung berpikir, itu pasti suara langkah kaki Ibu mertuaku, dan sudah jam segini pasti kami hanya berdua saja dirumah. Aku beranjak dari tempat tidur menuju ke pintu kamar dengan kubuka sedikit pintu kamarku dari celah itu aku bisa melihat sesosok tubuh sintal, dan benar saja itu adalah ibu mertuaku yang sedang membereskan baju yang telah selesai disetrika oleh pembantu. Suatu pemandangan yang luar biasa yang sangat jarang sekali aku lihat selama aku tinggal di rumah mertuaku ini. Mungkin Ibu mertuaku berpikir bahwa dia sedang sendirian dirumah, karena pada saat itu dia masih memakai daster tidurnya yang berwarna krem berbahan katun tanpa lengan hanya sebuah tali tipis yang menggantung pada kedua pundaknya, daster itupun terlihat lumayan pendek kira2 10-15 cm diatas dengkul –nya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bulu kuduk-ku langsung berdiri ketika aku melihat pemandangan tersebut, dari celah pintu, kulihat lekuk tubuhnya yang sangat sintal terlihat jelas dengan bantuan sinar mahari pagi yang menerpa melalui sela2 jendela. Dari terpaan sinar tersebut lah mataku dapat menerawang dengan jelas kesintalan Tubuh Ibu mertuaku yang ada di balik dasternya itu. Aku sangat yakin akan pengelihatanku, bahwa pada saat itu Ibu Mertuaku tidak memakai BH, karena pentil buah dadanya menyembul terjeplak di Dasternya, tapi dia tetap memakai CD warna hitam dan berenda. Pahanya yang putih dan mulus, payudaranya yang montog membusung membuatku sangat terasang dan ingin sekali kuterjang dirinya pada saat itu. Melihat pemandangan seperti itu, aku langsung membuka baju dan celanaku, ku pandangi tubuhnya dari celah pintu sambil mengocok batang penisku. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tiba2 pergerakannya seperti mengarah kearah kamar ku, dan benar saja. Secara spontan dan panik tapi tetap berpikir, ini adalah kesempatan sesuai dengan rencanaku, aku langsung melompat ke tempat tidur dan aku hanya menutupi selangkangan ku dengan bantal dan berpura2 tidur. Dia langsung masuk membuka pintu kamarku, dari pengelihatanku melalui sela2 kelopak mataku, dia sangat kaget karena melihat Menantunya ternyata masih ada di tempat tidur dalam keadaan telanjang pula, tetapi karena dia melihat aku masih tertidur, dia tetap masuk dan mengambil majalah diatas meja sambil terus memandangi ketelanjangan tubuhku ini, entah dia memang mau mengambil majalah atau hanya berpura2 saja agar dia bisa melihat ketelanjangan menantunya ini. </div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8F3WK2r2iWLXtaMha0nYmIspe_oU-JhwmirJxszw7NlMnXiTC5UolPR_q4VZV_s3UHzq28K1dfvthxKSownQgEO8WKQmTW0TAbSWvPIBKYTQCYFL1t5tRU0IiddREfCykuNXJctVJil8/s1600/14+-+1b.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8F3WK2r2iWLXtaMha0nYmIspe_oU-JhwmirJxszw7NlMnXiTC5UolPR_q4VZV_s3UHzq28K1dfvthxKSownQgEO8WKQmTW0TAbSWvPIBKYTQCYFL1t5tRU0IiddREfCykuNXJctVJil8/s1600/14+-+1b.jpg" height="320" width="209" /></a></div>
<div>
Secara tiba2 aku berpura2 terbangun dan pura2 kaget dengan menarik selimut untuk menutupi penuh penis ku, sambil berkata, “ Eh Ibu...knp Bu ?? “, dengan lontaran kata2 ku seperti itu, Ibu Mertuaku semakin kaget dan bertambah malu lalu menjawab, “ Nuel gak kerja... Maaf ya..sorry..sorry..Ibu kira udah pada berangkat semua...mau matiin AC...Ibu kira udah pada berangkat tp koq AC masih nyala... “. Ibu mertuaku terlihat kelagapan dan sedikit malu. “ Iya Bu...saya lagi cuti nih Bu “, kataku membalas pernyataannya. Lalu dia terlihat menganggukan kepalanya dan memohon maaf sekali lagi kepadaku, sambil bergegas keluar dari kamarku sambil menutupi sembulan pentil payudara yang terlihat jelas pada dasternya dengan menggunakan majalah yang diselipkan diantara lipatan tangannya, dan dia pun keluar dari kamar ku dan menghilang dari pandangan, untuk menuju ke kamarnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Begitu Ibu Mertuaku sudah tak terlihat pandangan mata, aku menunggu sekitar 10-15 menit dan aku langsung bangun dari tempat tidur dan segera berpakaian, aku langsung mengendap-endap menuju kamarnya. Setelah sampai pada depan pintu kamarnya, aku memperkirakan sepertinya dia sedang berada di dalam kamar mandi, kubuka sedikit pintu kamarnya, dari celah itu kutelusuri ruangan kamarnya yang memang kosong dan ketika aku melihat kearah pintu kamar mandi yang berada di dalam kamarnya memang seperti perkiraan ku dia sedang Mandi. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku masuk kedalam kamarnya secara perlahan tanpa bersuara, kulihat sepertinya dia sudah melepas daster dan celana dalamnya yang digeletakan begitu saja di atas tempat tidurnya, kudekati pintu kamar mandinya yang dilapisi oleh kaca buram, tetapi tetap menampilkan suatu tampilan yang luar biasa, bayangan tubuh Ibu Mertuaku yang sedang mandi, lekukan tubuhnya yang sangat sintal dan bahenol, perutnya yang cukup rata, payudaranya yang membusung dan masih kencang serta pantatnya yang begitu menggemaskan membuat penisku ereksi total secara spontan, walau buram tapi tetap membuatku sangat bergairah. Secara otomatis aku mulai menggosok penisku dari luar celana, apalagi ketika dia menyabuni ketek lalu ke payudaranya dan terus kebawah sampai dia menyabuni selakangannya, yang terlihat samar2 buram aku perkirakan adalah bulu2 halus pada Vaginanya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sampai pada akhirnya dia mematikan pancuran air, dan aku agak panik dan segera keluar dari kamarnya, tetapi aku tidak menutup rapat pintu kamarnya, dan sebelum keluar aku berhasil mendapatkan celana dalamnya yang tergantung dibelakang pintunya, dan mungkin belum sempat tercuci, dimana celana dalam itu akan kugunakan sebagai obyek onani-ku. Sekeluarnya aku dari kamarnya aku tidak langsung pergi begitu saja, pintu kamarnya yang tidak kututup terlalu rapat akan menjadi media pengelihatanku sewaktu Ibu Mertuaku berpakaian. Terlihat dari celah pintu kamarnya, dia keluar dari kamar Mandi hanya berlilitkan handuk, lalu dia duduk di kursi meja rias, sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan pengering rambut, sungguh pemandangan yang sangat seksi. Pergerakan tangannya utk mengeringkan rambut, membuat lilitan handuknya sedikit demi sedikit melonggar dan akhirnya terlepas, kulihat dari pantulan kaca meja riasnya, sepasang buah Dada yang selama ini hanya bisa kulihat dari luar bajunya, kini aku bisa melihat dengan sempurna, apalagi ketika Ibu Mertuaku berdiri dan berjalan menuju lemari untuk berpakaian, tubuhnya yang sangat sempurna mambuat aku susah untuk menahan gejolak pada penisku, aku mulai mengocok penisku disitu, sampai akhirnya dia selesai berpakaian dan akupun kembali ke kamarku untuk meneruskan masturbasiku, tetapi tidak seperti biasanya kusemprotkan spermaku pada celana dalam – nya, tapi kali ini kusimpan sperma ku untuk nanti ketika aku bisa menetubuhinya dan aku pun bergegas mandi, untuk bergabung bersamanya di ruang tengah, sambil aku meletakan CD nya yg kucuri tadi di tempat pakaian kotor. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada saat mandi aku berpikir mengulang semua kejadian tadi, menurutku tidak mungkin dia tidak tau, tadi aku mengintip, karena memang pintunya terbuka kurang lebih sekitar 3 inci, pasti dia tau tetapi dia diam saja, atau mungkin dia juga haus akan seks. Aku menjadi semakin penasaran. Dan akupun sudah mempersiapkan rencana selanjutnya, dengan menggodanya dan mengajaknya minum bir dingin dengan campuran sesuatu, karena sudah pasti dia akan tidur siang dengan sangat nyenyak. Selesai mandi aku bergabung dengan Ibu Mertuaku di ruang tengah, hari menunjukan jam 12.00, waktunya makan siang. Pada saat itu ibu mertuaku berpakaian biasa2 saja dengan daster berwarna pink memang daster berlengan dan cukup panjang sampai hampir menutupi betisnya, tetapi tetap tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang sintal. Sejenak kami mengobrol satu sama lain, sampai pada waktunya Ibu Mertuaku mengajak makan, dan Ibu Mertua ku pun beranjak dari sofa ruang tengah menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang untuk kami. Siang itu memang udara Jakarta terasa sangat panas, seperti yang biasa terjadi sehabis makan siang kami masih berada di ruang makan dengan percakapan yang cukup ringan. </div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrVWA0wXJk_C_BBAj9FCflUXO_YbGk4QUn3QRghGwD9nSUHY_ATGFA3uvO7agGmVV4rldWbdQJ-Nq3wX-ElfAWD3ZtpHC4Wr17agXi8t_f2pzxD4XXp5VR8Y_gWVV562hnsAfJxjcjUZI/s1600/baru41.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrVWA0wXJk_C_BBAj9FCflUXO_YbGk4QUn3QRghGwD9nSUHY_ATGFA3uvO7agGmVV4rldWbdQJ-Nq3wX-ElfAWD3ZtpHC4Wr17agXi8t_f2pzxD4XXp5VR8Y_gWVV562hnsAfJxjcjUZI/s1600/baru41.jpg" height="320" width="213" /></a></div>
<div>
Pada saat itu aku pun aku mulai menggodanya, “ Panas banget ya hari ini Bu “, sambil menegadah keatas, dan mengipas2kan tangan ke leher. Lalu Ibu Mertuaku menjawab, “ Iya...gerah banget ya...abis mandi...trus makan....malah jadi tambah gerah “. Langsung aku menimpali perkataannya, “ Mungkin juga faktor baju kali Bu...makanya Ibu ke gerahan....mungkin kalo pake baju tanpa lengan dan agak sedikit longgar...bisa rada adem bu, lagi pula kalo menurut saya, badan Ibu tuh ya...masih pantes tau...klo pake tank top atau you can see “. Dia terlihat mengerutkan dahinya, dan berkata, “ Ah....kamu bisa aja...orang udah umur segini, udah tua, malu ah”. Aku balas pernyataannya dengan berkata, “ Bu...orang juga gak nyangka kli umur Ibu 48, klo bilang umur 35 juga orang masih percaya Bu....lagi pula kenapa harus malu, kan dirumah gak ada orang pula “. Ibu Mertuaku terlihat tertawa simpul dengan rona merah di pipinya, lalu berkata, “ Iiiihhh kamu koq genit yach..sama Ibu Mertua mu...,kamu tuh yang harus ganti baju, basah keringatan tuh...nanti masuk angin !!! “, kata2 nya itu mengakhiri percakapan kami di meja makan, dan dia langsung pergi dan masuk ke kamarnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mendengar komentarnya tadi, aku jadi sedikit deg2an dan makin penasaran, lalu aku pun masuk ke kamarku dan mengganti kaos ku yang basah berkeringat, dan sekalian mengganti celanaku dengan celana boxer tapi aku sengaja tidak memakai celana dalam. Begitu aku keluar kamar aku melihat ruang tengah masih kosong, dan kulihat sepertinya Ibu Mertuaku masih ada didalam kamarnya, yang ada di benak ku...Apakah dia mengganti bajunya seperti yang aku sarankan?....Atau mungkin dia malu utk keluar karena memakai pakaian yang agak terbuka, dan telihat oleh Menantu laki2nya....Tetap ku tunggu kehadirannya di Sofa ruang tengah sambil aku persiapkan Bir dingin dari lemari es dan ku letakan di meja sofa, dan akupun menunggunya dengan menonton TV. Beberapa menit kemudian aku mendengar pintu kamarnya bedecit dan terbuka keluarlah Ibu Mertuaku dari dalam kamarnya, benar saja ternyata dia mengganti bajunya dan sekarang memakai daster berwarna merah tanpa lengan tapi tidak terlalu mini seperti daster tidurnya, tidak terlalu pendek juga pas sedengkul. Aku tetap stay cool, pada saat itu...tetapi jantungku ini makin berdebar makin keras. Kami duduk dalam satu sofa tapi tetap dengan jarak yang berjauhan, kubuka kaleng Bir itu, dan menawarkan kepadanya....dengan senang hati dia menerima tawaranku. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karena aku tau Ibu Mertuaku pasti tidak akan minum banyak, makan dengan rencana busuk-ku, ku bubuh kan sedikit obat tidur pada gelasnya secara diam2, dengan harapan dia menjadi mengantuk, setelah beberapa saat. Obat tidur ini adalah sangat special, aku lupa namanya yang jelas....obat ini memang membuat orang tidak berdaya alias sedikit tertidur jika meminumnya, tetapi orang yang meminumnya akan tetap merasakan yang terjadi pada tubuhnya. Mungkin rasanya seperti mimpi yang nyata. Jam menunjukan pukul 13.30, kami bercakap2, sambil sesekali aku melirik kearah payudara dan terkadang melihat betisnya, memang sangat menggiurkan. Setelah beberapa menit, percakapan itu berlangsung sambil kami minum minuman yang tadi kupersiapkan, dia mulai merasa bahwa dia sangat mengantuk. Pada saat itu obat tidur yang kuberikan mulai bereaksi pada tubuhnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu aku mengatakan kepada nya, agar tidur siang saja. Akhirnya dia bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya. Ku tunggu sebentar kurang lebih 15 menit, dan aku sudah sangat tidak sabar ingin menikmati tubuh Ibu Mertuaku itu. 15 Menit terasa sangat lama tapi akhirnya menit demi menit itupun berlalu, waktu hampir menunjukan jam 14.00, aku harus segera melaksanakan dan menuntaskan birahi ini agar cepat terselsaikan, karena bila semakin sore takut istri dan adik2nya pulang. Aku punya waktu kurang lebih 1-2 jam. Maka aku segera bangkit dari sofa dan masuk ke kamar Ibu Mertua ku, kulihat dia sudah tertidur lelap dan agak mengorok pelan. Aku kembali keluar rumah untuk menggembok pintu dan tidak lupa mengunci pintu utama rumah, agar tidak ada siapapun yang bisa langsng masuk entah itu istriku ataupun adik2nya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah semua sudah terasa aman aku masuk kembali ke kamar nya, pintu kamarnya tidak kututup terlalu rapatkubuka sedikit agak lebar agar bisa terdengar suara dari luar jika ada yang datang. Kumatikan lampu kamarnya dan kututup korden jendela kamarnya, agar agak remang2, berjaga bila Ibu Mertuaku mulai tersadar dia tetap merasa bahwa itu mimpi, karena memang dosis obat tidur yang kuberikan sangat ringan. Karena aku ingin suatu efek dan dampak dari dirinya bila disetubuhi, karena sensasinya itu pasti akan jauh lebih membawaku terbang. Kubuka semua pakaianku, dalam keadaan bugil ini aku langsung naik keatas tempat tidur mertuaku. Sebelum kulucuti pakaiannya, sedikit kutampar pipi –nya tetapi tidak keras, untuk memastikan dirinya tidak berdaya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah yakin, baru kulepaskan satu2 pakaiannya, mulai dari dasternya kulepaskan memang agak sulit karena dia berbaring agak meringkuk, tetapi akhirnya lepas juga, setelah itu BHnya, yang dapat dengan mudah kulepaskan karena pengaitnya ada di depan diantara cup BH-nya, lalu terpampanglah payudara seorang Ibu2 berumur 48 tahun yang sangat ranum, putih dengan pentilnya yang berwarna merah muda kecoklatan, dengan sedikit remasan pada kedua payudaranya, aku langsung menuju kebawah, yaitu CD nya yang berwarna coklat dengan renda. CD seperti itulah yang selama ini membuat ku sangat bernafsu, kali ini aku bisa mendapatkan isi dari CD itu. Kuturunkan CD nya sampai terlepas dari kedua kakinya, dan terlihatlah Vagina Ibu Mertuaku dengan bulu2 halusnya yang sangat terawat dan tercukur rapih. </div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUlpvAHcuLJM0Y5Rs9thCO07UQIL6O8OiVEeMJXpeSltG_m9xTLvia26eRE5VzcEH_jvjT6zzvA67SR8FsahwTftQIy3ehFoQvS59ER6kUbk5x7px0tMvin4nlqx-kcpq_-5rOu-LbFkQ/s1600/images+(2).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUlpvAHcuLJM0Y5Rs9thCO07UQIL6O8OiVEeMJXpeSltG_m9xTLvia26eRE5VzcEH_jvjT6zzvA67SR8FsahwTftQIy3ehFoQvS59ER6kUbk5x7px0tMvin4nlqx-kcpq_-5rOu-LbFkQ/s1600/images+(2).jpg" height="240" width="320" /></a></div>
<div>
Sekarang kami berdua sudah dalam keadaan telanjang, ketelanjangan antara seorang Ibu Mertua dengan menatu laki2nya. Kupandangi beberapa detik tubuh telanjangnya yang terlentang pasrah di tempat tidur, dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya, terlihat sangat indah, cantik, putih mulus tak bercela dan sangat menggairahkan, lalu ku lebarkan sepasang kakinya selebar mungkin dan terlihatlah Vagina-nya yang terawat dengan bulu2 yang tercukur sangat rapih. Penisku sudah ngaceng total, kereksian yang benar2 fulll. Lalu aku beranjak berlutut diantara kedua pahanya yang telah ku lebarkan, dan aku mulai membaringkan tubuh bugilku diatas tubuh Ibu Mertuaku, kucium dahinya sambil ku belai rambutnya, kulumat bibirnya sambil terus ku jejali lidahku ke dalam mulutnya sedalam mungkin dan penis ku yang sudah mengeras secara otomatis tergesek membelah bibir Vaginanya dan membuat gesekan pada klitorisnya, setelah itu kutelusuri leher-nya yang jenjang kuberikan sedikit cupangan kecil pada lehernya, aku ingin membuatnya penasaran saat dia sadar nanti, kuremas payudaranya dan kusedot satu persatu kedua puting susunya, dan aku merasa puting susunya seperti mengeras dan semakin meruncing, ketika kuraba Vaginanya yang sudah agak basah, menurutku mungkin dia sudah sedikit tersadar tetapi mungkin dia masih bertanya dalam hatinya ini mimpi atau fakta. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kuturunkan kepalaku diantara pahanya lalu kujilat Vaginanya dengan sedikit membuka bibr vaginanya dengan jari2 ku, kumasukan jari telunjuk kedalam Vaginanya yang sudah basah, sambil kuhisap klitorisnya yang juga sudah membesar sebesar kacang, sambil terkadang ku lihat kearah wajahnya, matanya seperti membuka sedikit demi sedikit, lalu terpejam lagi, belum puas aku melihat efek dari raut wajanya, kumasukan 2 sampai 3 jari kedalam vaginanya, kucocok dan kuaduk jari2 ku di dalam Vaginanya, aku mulai mendegar rintihan kecil dari mulutnya yang agak terbuka. Aku sudah tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Ibu Mertuaku ini. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Maka kusiapkan batang penisku yang sudah keras dan tegang, tetapi sebelum kutancapkan kedalam vaginanya, kumasukan terlebih dahulu penisku kedalam mulutnya, kujejali semua batang penisku kedalam mulutnya dengan gaya 69, sambil aku menjilati Vaginanya dan kuputar lidahku di sekitar liang anusnya. Kurasakan mulutnya mulai melakukan pergerakan2 menolak dan berusaha memuntahkan penisku dari dalam mulutnya, sepertinya dia sudah mulai tersadar, dengan pergerakan tubuhnya sedikit demi sedikit, dan matanya pun mulai terbuka sedikit. Ku perbaiki posisiku dengan kembali berbaring diatasnya, lalu dengan sekali sodok saja, penisku masuk kedalam Vagina Ibu mertuaku...blesssss....rasa yang sangat luar biasa, dalam keadaan tidak sadar saja Vaginanya seperti menghisap dan memijat dari dalam...apalagi bila dalam keadaan sadar. Kukocok penisku sedalam2 nya, dengan sangat brutal dan liar....Vaginanya lama kelamaan makin becek aku mulai merasakan ada sesuatu yang mengalir yang menyemprot kepala penisku dari dalam Vaginya, dan tubuhnya pun seperti menegang dan bergetar. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Harus kuakui Vagina Ibu Mertua ku lebih mantap dari Vagina Istriku. Sepertinya Ibu Mertuaku sudah mengalami orgasme. Waktu terus berjalan, aku kocok terus penisku sedalam dalamnya pada Vagina Ibu Mertuaku semakin kencang, akupun sudah khampir keluar, tetapi aku sepertinya mulai merasakan tolakan2 dari tubuhnya, tanganya mulai bergerak lemas seperti mau melepaskan penetrasiku terhadapanya, pahanya pun seperti ingin merapat, tapi pergerakan itu malah membuat penetrasiku semakin kencang. Akhirnya kumuntahkan cairan maniku ku dengan 4-5 kali semprotan ke dalam Rahim Ibu Mertuaku, dan aku langsung terkulai lemas terbaring diatas tubuhnya. Sambil kucium bibirnya, kucabut penisku dari vaginanya, ku bersihkan penisku memakai celana dalam Ibu Mertuaku, lalu aku duduk di kursi yang berada disebelah tempat tidurnya, sambil memandangi tubuh Ibu Mertuaku. Sperma yang kusemprotkan sangat banyak, mengalir keluar dari dalam Vagina-nya yang telah bercampur dengan cairan kewanitaan Ibu Mertuaku. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aku sedikit termenung, apakah dia juga puas akan perbuatan ku kepadanya, posisi nya belum berubah masih terlentang dan mengangkang. Apakah dia sudah sadar atau belum, jika sadar berarti dia juga mau....mungkin setengah sadar dan masih menganggap semua ini adalah mimpi indah. Penisku yang tadinya sudah lemas kembali bangkit lagi bergairah, setelah beberapa saat, kulihat jam waktu menunjukan pukul 15.00, mungkin aku masih ada sedikit waktu. Kuambil sedikit bodi lotion Ibu Mertuaku dari meja riasnya, dan aku pun merubah posisinya...membalikan badannya menjadi tengkurap dan mengganjal perutnya dengan dua buah bantal agar pantatnya membusung ke atas, dan juga tidak lupa melebarkan sepasang pahanya. Posisi ibu mertuaku menjadi menungging, dan aku pun sudah berlutut di belakangnya siap menyodoknya dengan posisi doogy style, kumasukan kembali penisku kedalam vaginanya....posisi ini rasanya memang lebih nikmat, sambil kusodok Vaginanya...aku mengambil lotion dan kutaruh pada jari telunjuk ku kugosokan jari telunjuk ku pada lubang anus Ibu Mertuaku sambil sedikit demi sedikit kumasukan telunjuk ku ke dalam anusnya, dalam beberapa saat pada posisi doogy style aku merasakan kembali sesuatu menyemprot penis ku dari dalam Vaginanya, serta di iringi getaran pada tubuhnya serta desahan lembut yang terdengar seperti bebisik pelan, dia telah mengalami orgasme untuk yang kedua kalinya, kataku dalam hati. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pikiranku makin liar, kucabut penisku...dari Vaginanya yang becek oleh cairan oragsmenya, dan kembali mengoleskan lotion itu pada kepala penis dan batang penis ku, kukocok dengan tanganku agar rata...lalu aku mulai mengambil ancang2 untuk memasukan penisku kedalam lubang anusnya, saat itu memang menegangkan, karena Ibu Mertuaku seperti tersadar dari tidurnya....pinggulnya mulai bergerak menolak bergeser ke kanan dan kekiri, kulihat wajahnya tetapi matanya masih tertutup tetapi memang dahinya agak berkerut, aku takut dia sadar, tapi experiment ku kali ini harus berhasil. Ku pengang erat pinggulnya agar tidak bergerak, sampil tetap ku tekan tanganku pada punggungnya agar dia tetap merebah, lalu kutekan kuat2 penisku kedalam anusnya, sulit sekali masuk...akhirnya dengan sedikit ludah yang kuteteskan dari mulutku ke kepala penisku, penisku dapat masuk mulai dari kepala, kutekan sedikit lagi sampai pada batangnya, setelah masuk semua dengan perlahan mulai kukocok penisku di liang anusnya, sambil sesekali kulihat kearah wajahnya dengan mata tertutup tetapi giginya seperti mengigit bibir bawahnya dan dahinya pun berkerut...” Ssshhhh....Mmmpffffff...... “, itu saja yang terdengar dari mulut Ibu Mertuaku, </div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLCmPSSCtZRdPzQvxztuQ47ZvqRsmWh_YiB5ornwyxrRoeYAFpMoWYPO5ONWYxXi_mGBywa4o_2Ox9g6TbJRpbnz3M8iqU-alsHH5d6xTKSZ6FP4JU3VfB3xvdbgwpAXk_wkCiCSFnLDQ/s1600/wanita_paling.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLCmPSSCtZRdPzQvxztuQ47ZvqRsmWh_YiB5ornwyxrRoeYAFpMoWYPO5ONWYxXi_mGBywa4o_2Ox9g6TbJRpbnz3M8iqU-alsHH5d6xTKSZ6FP4JU3VfB3xvdbgwpAXk_wkCiCSFnLDQ/s1600/wanita_paling.jpg" /></a></div>
<div>
Aku merasa bahwa pasti sekarang Ibu Mertuaku sedang menahan perih pada anusnya, sementara aku sedang menahan nikmatnya anus Ibu Mertua yang memang belum pernah di jamah siapapun, dan menahan semburan spermaku pada lubang anusnya. Karena saking sempitnya anus Ibu Ku dan sangat kesat, dengan beberapa kocokan yang sangat cepat dan dalam, aku langsung menyemburkan spermaku kembali pada liang anusnya. Rasa yang luar biasa...surga Dunia yang sempurna. Setelah kucabut batang penisku dari dalam anusnya. Aku langsung beranjak dari tempat tidur, kubiarkan posisinya tetap seperti itu, akan kubereskan nanti setelah aku selesai membersihkan penisku. Kulangkahkan kaki ku ke kamar mandi yang berada didalam kamarnya...kucuci penisku, sambil merenung dalam hati, aku tidak pernah berhungan anal dengan istriku karena memang dia sangat tidak mau, hahaha...tetapi aku bisa mendapatkanya dari Ibu-nya, yang mungkin ayah mertua ku pun belum pernah merasakan lubang yang satu itu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah selesai aku kembali lagi kepadanya, dan melihat posisinya sudah berubah menjadi meringkuk sangat rapat, dan melihat sperma segarku yang mengalir dari anusnya membasahi seprai tempat tidur. Melihat keadaannya yang seperti itu, gairahku kembali memuncak, kulihat jam menunjukan hampir jam 4 sore, kupikir masih ada waktu 15 menit untuk satu buah ekxperimen lagi. Dalam keadaan ku yang masih telanjang, kupandangi wajah Ibu Mertuaku, ekor matanya agak basah, apakah dia sadar terus menangis....masa bodoh apa boleh buat....kupegang rahangnya kubuka paksa dan aku menyodokan penisku kembali kedalam mulutnya, saking bernafsunya aku....Ibu mertuaku sampai mengeluarkan air mata, kutanamkan penisku sampai kepada kerongkongannya...dan aku rasakan ibu mertuaku seperti menahan ingin muntah.....sekitar 10 menit eksperimen ini berlangsung, dan akhirnya ku semprotkan sisa spermaku memang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu kental kedalam tenggorokannya kujepit hidungnya sesaat agar dia mau menelan spermaku, dan spermaku pun habis tertelan olehnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kucabut penisku dari mulutnya. Dan ku lap penisku dengan celana dalamnya, lalu aku langsung berpakaian, dan aku pun tidak lupa untuk membereskan dan memakaikan kembali pakaiannya BH sampai celana dalamnya yang penuh dengan ceceran cairan surge milik kami berdua, dimana celana dalam itu kupakai untuk membersihkan penisku, Vagina Ibu Mertuaku dan lubang anusnya dari aliran2 spermaku. Setelah kuyakinkan semua beres, aku buka kembali semua pintu yang tadi kukunci dan aku masuk kekamarku duduk dengan manis menunggu istriku pulang. Pas jam setengah enam sore, istriku pulang dan aku keluar dari kamar untuk menyambutnya, kulihat ibu mertuaku juga sudah bangun, dan agak menatap sinis kepadaku, aku hanya tersenyum sedikit, walau memang agak deg2an, tapi aku yakin dia tidak akan bilang pada siapapun, karena aku tau dia pun juga menikmatinya. Ku sapa Ibu Mertuaku, dan dia membalas tegoranku dengan sangat datar. Saat makan malam tiba dan kami makan bersama, Aku dan Ibu Mertua ku pun saling bertatapan penuh arti, sampai pada keesokan paginya...aku masih cuti....kulihat dia dengan pakaian tidur yang seksi dan sudah agak cuek dengan penampilannya yang minim di depan menantunya. Kulihat Ibu Mertuaku sedang menjemur sperai, celana dalamnya, ternyata dia pun langsung mencucinya mungkin untuk mengilangkan jejak...hahaha tawaku dalam hati. Mungkin lain kali akan kusetubuhi dia dalam keadaan sadar. </div>
<div>
<b>TAMAT.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
</div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-48385080059511779542015-02-09T01:50:00.003+07:002015-02-09T01:50:40.122+07:00Aku, Istriku dan Mantan pacarku<div style="text-align: center;">
<a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/02/aku-istriku-dan-mantan-pacarku.html"><b><span style="font-size: x-large;">Aku, Istriku dan Mantan pacarku</span></b></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTaKIVLf8SLquKCjCoL7TGiWboRBQWjUqtjfO0gWoUkjUB6_unhayJSl6p0DGlloBlOj_RDyBaAgXitNdsoAgAiYwVwnrGfDtrtILvSX5s4fmek2VDH1EQowdTbhAd7j2r8wPGigo0EP8/s1600/60.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTaKIVLf8SLquKCjCoL7TGiWboRBQWjUqtjfO0gWoUkjUB6_unhayJSl6p0DGlloBlOj_RDyBaAgXitNdsoAgAiYwVwnrGfDtrtILvSX5s4fmek2VDH1EQowdTbhAd7j2r8wPGigo0EP8/s1600/60.jpg" /></a></div>
Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel 'S', kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J.<br />
Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).<br />
<br />
Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona "Maya.." kataku setengah gugup. "Ayo masuk," pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).<br />
<br />
Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.<br />
"Ini Maya, Mah kenalin," mereka pun saling berjabat tangan.<br />
"Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?" kata Maya kemudian.<br />
Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,<br />
"Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!"<br />
Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, "Aaahh.. aahh.." dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. "Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus.." Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.<br />
Aku, Istriku dan Mantan pacarku<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcQFIvuSvv_MCjimV_bbX07BVneFm2RNbQLk_LIcz-rA7wMkbt3h67ZlnPzVB9XSy91MbyWCmlO_0BdrSYtpIJ63CwnRWbU-50CcDzvfd7UZRtlz4lpGTp-w6QSO1imQNlynqhMZ68X9w/s1600/52.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcQFIvuSvv_MCjimV_bbX07BVneFm2RNbQLk_LIcz-rA7wMkbt3h67ZlnPzVB9XSy91MbyWCmlO_0BdrSYtpIJ63CwnRWbU-50CcDzvfd7UZRtlz4lpGTp-w6QSO1imQNlynqhMZ68X9w/s1600/52.jpg" /></a></div>
"Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih.." lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, "Bleess.. sleepp.." begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang "Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh.." Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, "Enak Mas cairan istrimu ini," katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, "May, aku pengen.." Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.<br />
<br />
Lalu "Bleess.." penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. "Jilati Mas.." pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, "Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh.." cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan "dildo", aku dan istriku baru tahu waktu itu.<br />
<br />
Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. "May.. terus.." Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, "Aauugghh.." teriak istriku. "Enak Mas.. lebih enak dari punyamu.." katanya, aku hanya tersenyum. Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, "Bleess.." Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.<br />
Aku, Istriku dan Mantan pacarku<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLo50hWE6aFuzQvCVtaoawWr6zAGf22wQgHwcm61Y8pGK9b9it12Ez1rFNoDwd0xSVnfHFG6w0U1IvztvhqcOon3gwaFd63j48wOj1LnFnIBcMwevJuxRx99TWb1VEH7sxKkqxB1Qv0do/s1600/sange4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLo50hWE6aFuzQvCVtaoawWr6zAGf22wQgHwcm61Y8pGK9b9it12Ez1rFNoDwd0xSVnfHFG6w0U1IvztvhqcOon3gwaFd63j48wOj1LnFnIBcMwevJuxRx99TWb1VEH7sxKkqxB1Qv0do/s1600/sange4.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, "Ahh.. May.. sayang.." Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, "Aagghh sa.. kit.." istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, "Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la.." kembali cairan panas menyerang penisku.<br />
<br />
Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.<br />
<br />
Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga. Semoga!<br />
<br />
TAMAT<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div>
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-79877944067640026572015-02-04T01:59:00.002+07:002015-02-04T01:59:34.977+07:00Kekasihku Permata Hatiku<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/02/kekasihku-permata-hatiku.html">Kekasihku Permata Hatiku</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_I_8k5lwqqO-C5Z3SXmWE2LSPMAHw_BEYZJNjkEOJUzf4KTbU5yWw0yBmbxe2tJx0qbc2LJb9fnbAJbB4xUQkPZi55d8H2C2dxA7lY_TbuBHXV7iqnjgFKo3Oyab-FvytNpZu86jjkf8/s1600/16.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_I_8k5lwqqO-C5Z3SXmWE2LSPMAHw_BEYZJNjkEOJUzf4KTbU5yWw0yBmbxe2tJx0qbc2LJb9fnbAJbB4xUQkPZi55d8H2C2dxA7lY_TbuBHXV7iqnjgFKo3Oyab-FvytNpZu86jjkf8/s1600/16.jpg" /></a></div>
Katakanlah aku Fadly. Aku adalah laki-laki hampir setengah abad yang kuno. Masa mudaku kuhabiskan dengan menjadi aktivis dan aku pun memegang sebuah yayasan sebagai pengurus tetap. Aku menikah dengan istri yang kuno juga dan anakku sudah besar bahkan sudah ada yang kuliah dan bekerja.<br />
<br />
Aku sering mengajar (utusan yayasanku tentu saja). Banyak muridku dan kenalanku, aku pun sering berpergian ke segala penjuru tanah air. Begitu banyak wanita yang kutemui tetapi tidak pernah terlintas untuk melirik ke wanita lain. Sampai suatu hari, aku menemui seorang peserta di kelasku berwajah manis, kulit coklat tua, bertubuh tegap, memiliki payudara besar dan pantat yang kencang (belakangan aku tahu dia memang bekas olahragawati). Yang menjadi perhatianku adalah dia alim dan kalem serta serius sekali mengikuti pelajaran dan memang di akhir kursus dia menduduki ranking pertama di kelasnya dan nilai tertinggi selama 15 tahun pendidikan ini dilaksanakan.<br />
<br />
Dua tahun tidak kudengar kabarnya, sampai suatu saat kuketahui bahwa tulisan di buletin dengan nama "<b>Dhei</b>" yang selalu kuikuti adalah dia. Dan yang lebih kaget lagi ketika kami memerlukan seorang pengurus pusat yang kosong, 3 orang mengusulkan dia. Singkatnya, jadilah dia pengurus dan 2 tahun kemudian dia menikah serta memiliki seorang anak balita. Kami sering bersama-sama dan sering ke luar kota bersama (suaminya bekerja di kota lain) dan lama kelamaan kami bagaikan 2 orang sahabat, padahal usianya 15 tahun lebih muda. Kami saling berbagi cerita sampai akhirnya masalah sexualitas. Kukatakan padanya bahwa aku sering gagal dalam bercinta karena aku "peltu" (nempel metu), ejakulasi dini. Mendengar itu dia hanya tersenyum. Mungkin karena tekanan pekerjaanku dan banyaknya problem, aku merasa sudah 10 tahun menjadi "<b><i>peltu</i></b>".<br />
<br />
Suatu hari di kota B, pengurus lain sudah tidur, kami masih mengobrol. Kulihat dia agak pincang, rupanya terkilir dan terlalu lelah. Kucoba mengurutnya sedikit di kamarnya, memang sakit luar biasa. Dhei sosok agak tomboy, gemar t-shirt dan celana pendek sewaktu santai. Setelah mengurut kakinya, dia melanjutkan bekerja dengan note-book sambil menonton TV, aku pun merasa ngantuk dan tanpa kusadari aku tertidur di kasurnya. Aku terbangun hampir 2 jam kemudian dengan posisi telungkup dan tanganku melingkar di pinggang Dhei (saat itu dia sudah di sampingku duduk menonton TV).<br />
<br />
Ketika tahu aku terbangun, dia menggodaku, "Mas Mas, maaf yang punya badan belum pulang kampung." Kami pun tertawa, tiba-tiba entah setan apa, aku duduk di sampingnya dan langsung kutarik wajahnya dan kukecup keningnya, perlahan-lahan turun ke bibirnya. Dhei membalas mengulum bibirku dengan lembut. Langsung darahku bergejolak karena aku ini cuma manusia kuno, berciuman pun jarang. Dhei membuka celanaku perlahan-lahan dan dia pun membuka celananya. Kami masih sama-sama mengenakan t-shirt. Tiba-tiba aku teringat dengan "peltu"-ku dan benar saja, ketika penisku menempel pahanya, aku sudah mau meledak hingga akhirnya keluar dalam waktu hanya berciuman 2 menit. Betapa kecewanya aku, mungkin juga dia. Padahal penisku tidak kecil, diameter 3 cm, panjang 17 cm. Kusembunyikan wajahku di samping wajahnya (saat itu aku masih di atasnya), namun Dhei berkata sambil memelukku, "Mas, kita coba lagi yah, kapan-kapan, dalam suasana yang lebih rileks."<br />
<br />
Tiga bulan kami tidak pernah membicarakan hal itu, hanya saja dia kelihatan ceria dan sering mencuri cium kepadaku. Aku senang melihat semangatnya, sampai suatu hari tiba saatnya kami harus ke luar kota lagi. Acara di sana 2 malam, tapi Dhei mengajakku untuk tinggal lebih lama dengan tanggungan sendiri tentunya. Dengan segala alasan, kami pun berpisah dengan rombongan. Dhei memilih hotel baik dan berbintang. Begitu kami sudah rileks di kamar, dia mengajakku untuk mandi sama-sama. Darahku mulai bergejolak lagi. Aku tidak pernah mandi dengan istriku kecuali ia menyekaku 1 kali waktu aku sakit. Aku disuruhnya ke kamar mandi lebih dahulu, setelah hampir 10 menit baru dia menyusul. Bagaikan memandikan seorang bayi, dia membersihkan setiap celah yang ada di tubuhku dan menyuruhku menggosok gigi. Dhei pun melakukan hal yang sama. Kurasakan penisku sudah menantang dan sudah ingin meledak lagi. Tetapi Dhei tidak menyentuhnya atau melakukan apapun yang bersifat merangsang. Seperti acuh tak acuh saja.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPex7Pa362VKJMLd-kfmeZ8X71DUN_9wM-NYZEdnbNtX5Y1ipCOmr4byP6eX_V-elf4fZ29GBV4AIk1lNyT49gZ60kep0ot4m-oqxVwnsnLEJzwgxg2Nr0u-xHhQpQ5bsaQlGhCI-6130/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPex7Pa362VKJMLd-kfmeZ8X71DUN_9wM-NYZEdnbNtX5Y1ipCOmr4byP6eX_V-elf4fZ29GBV4AIk1lNyT49gZ60kep0ot4m-oqxVwnsnLEJzwgxg2Nr0u-xHhQpQ5bsaQlGhCI-6130/s1600/11.jpg" /></a></div>
Keluar dari kamar mandi, aku terkejut karena sprei sudah diganti dengan bahan seperti perlak bahkan dilapisi lagi sebuah plastik yang diberi karet sudutnya seperti sprei agar bisa disangkutkan di kasur. Aku langsung bertanya, "Eyik, kamu mau bikin apa sama Mas?" Dhei hanya tersenyum dan berkata, "Mau bikin Mas Ai santai. Jangan khawatir, Eyik nggak akan bikin sakit, kok." Dhei mematikan AC dan membuka jendela (kami di lantai 11). Lalu aku direbahkannya, dia mengambil cream yang bila terkena air berbusa seperti sabun. Di samping tempat tidur sudah ada botol mineral 600 ML sebanyak 4 botol. Digosok-gosokkannya cream yang sudah terkena air ke tubuhku dan tubuhnya bagian depan. Aku hanya bertanya-tanya saja melihatnya.<br />
<br />
Mulailah dia memijit dadaku dengan posisi berlutut di sampingku. Perlahan-lahan dikecupnya bibirku dan disedotnya dengan lembut bibirku. Caranya menyedot khas sekali, dengan bibir dalamnya dengan sedikit dimonyongkan bibirnya, tapi rasanya menggelitik sekali. Dimasukkannya lidahnya ke liang telingaku dan mengulum serta menyedot daun telingaku. "Mmmhh.." hanya itu saja yang keluar dari mulutku. Tiba-tiba, kedua lututnya diletakkan di samping tubuhku, dan Dhei memijit tubuh depanku dengan tubuhnya. Oh, aku merasakan kenikmatan awal. Dia melakukan gerakan bergesekan tubuh ke atas ke bawah (karena kami sama-sama dilumuri cream tadi), dan dia melumat bibirku. Payudaranya yang besar dan kenyal terasa sekali di dadaku. Baru saja aku hendak membalas melumat bibirnya, tiba-tiba Dhei berputar dan kini di hadapanku adalah bulu-bulu vaginanya. Disanggahnya tubuhnya dengan lututnya, sementara mulutnya sudah menghisap kemaluanku dan tangannya mengurut pahaku. Aku mulai mengerang karena penisku kejang dan mau meledak, rupanya Dhei mengetahui itu dan dikocoknya penisku dengan mulutnya sampai aku menjerit kecil dan orgasme. Dihisapnya sampai tidak setetespun tersisa. Baru kusadari bahwa ini pengalaman pertamaku di usia setengah abad penisku dihisap.<br />
<br />
Dhei berdiri menggosok cream ke punggungnya dan meletakkan telapak kakiku di atas kasur serta memintaku menaikkan pinggulku. Kuturuti saja dan kejutan baru, dia meluncur ke bawah tubuhku dalam keadaan telungkup. Pantatnya me-massage-ku dari bawah, digoyangkannya dengan eksotik sekali. Punggungku seperti tidak bertulang lagi. Tangannya dilingkarkan ke tanganku ke atas kepala kami beberapa saat. Kemudian dilingkarkannya kakinya ke kakiku, dengan gerakan cepat, kami berbalik. Sekarang aku yang telungkup, dia di punggungku. Diraihnya sebotol air mineral, diteteskannya perlahan ke sela pantatku, maksudnya untuk dibersihkan. Setelah itu, "Ohh, Eyik.." dia memijat sela-sela pantatku dengan lidahnya, memijat lubang anusku sampai di bijiku. Dijilatinya balik ke atas. Disedotinya perlahan-lahan ke bawah, dan ke atas lagi. Spermaku berhamburan tidak tertahankan lagi di atas sprei plastik. Lalu dia memintaku untuk berposisi menungging, dan dia meluncur lagi dari bawahku, kini dalam posisi berhadap-hadapan. Dengan suatu gerakan, kepala penisku (yang sudah tegang lagi), berada di bibir vaginanya. Naluri laki-lakiku datang dan langsung kugoyangkan pantatku sehingga penisku keluar masuk di vaginanya. Aku benar-benar menikmati dan tidak cepat orgasme lagi. Tiba-tiba didorongnya aku sedikit dan penisku keluar, dengan gerakan cepat aku ditolaknya ke kiri dan dia bergerak ke kananku. Kini kami berposisi melintang di tempat tidur, dalam keadaan 69, aku masih di atas.<br />
<br />
Aku sempat kehilangan kesadaran beberapa detik ketika kurasakan penisku sudah dijilati dan dihisapnya, sedangkan lututku sudah menyangga tubuhku. Aku tidak pernah menjilat vagina sebelumnya, tapi sekali itu, aku benar-benar buas memangsa vaginanya dan kudengar dia pun mendesah sambil mengangkat pinggulnya. Ternyata aku suka sekali rasa vaginanya. Klitorisnya yang kecil tapi menantang enak untuk digoda dengan lidahku. Kelihatannya Dhei mulai mengejang, dan perlahan-lahan dibaliknya tubuhku dan dia duduk di atas perutku. Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya dan kami pun bercinta. Diusapnya dadaku dengan air mineral, kemudian dengan keahlian menyedotnya, disedotinya puting susuku lembut dan bergantian. Tidak kusangka, ternyata ada rangsangan lain karena kukira puting laki-laki bukan penghantar rangsangan. "Mmmhh, Eyik.. geli sekali," itu saja yang kukatakan. Kuminta ia agar di bawah, dan gantian aku yang mengusap payudaranya dengan air mineral. Setelah itu kujilati dan kusedoti perlahan-lahan, dia mengerang dan dengan suara lirih sambil kami masih bercinta, "Mas Ai nggak marah Eyik giniin?" "Tentu saja tidak sayang, Mas bahkan nggak percaya bisa begini." Suaraku semakin lirih dan ngos-ngosan. Dhei mulai mengejang dan mengerang, tapi katanya, "Aku mau kita keluar sama-sama, Mas.. Eyik tahan-tahanin, ya?" Akhirnya kami pun keluar bersamaan dan kami benar-benar letih. Kuusap dadanya, kekecup bibirnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEFxLnZuJ58JAvtcByH12wPzAlAMmRjaQd5VOkuFOVAKalpebVBnWJ3_c0qwIjG3bjNguNS42Xf_zdku-ThRg0sG7TkfA9omOareZ8FTOy4UKHEvamfQMvF2grheZDCSomxJbnTeALrNY/s1600/15.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEFxLnZuJ58JAvtcByH12wPzAlAMmRjaQd5VOkuFOVAKalpebVBnWJ3_c0qwIjG3bjNguNS42Xf_zdku-ThRg0sG7TkfA9omOareZ8FTOy4UKHEvamfQMvF2grheZDCSomxJbnTeALrNY/s1600/15.jpg" /></a></div>
Tidak terasa kami sudah bermain-main selama 3 jam dan sejak sore itu, aku merasa kembali sebagai pejantan. Selama 3 hari 2 malam di sana, kami bercinta sekitar 10 kali. Tidak terasa 1 tahun telah berlalu. Saat ini Dhei sedang berada di negeri Paman Sam karena dikirim kursus oleh kantornya selama 3 bulan dan baru berjalan 2 bulan. Aku sudah mulai uring-uringan karena kami biasa berhubungan sex minimal 5 kali seminggu. Dhei tidak pernah menanggapi e-mailku yang bernada porno kepadanya, jawabannya hanya seputar kursus dan tempat-tempat yang dikunjunginya. Aku mulai kesal dan karena usiaku yang sudah terbilang tidak muda lagi, aku pun merasa Dhei mulai meninggalkanku. Aku tidak pernah berhasil berhubungan sex dengan istriku, masalah "peltu" selalu terjadi lagi, padahal selalu berhasil dengan Dhei.<br />
<br />
Tibalah hari di mana aku sudah kesal luar biasa dan kutelepon Dhei dengan marah-marah, menuduhnya yang tidak-tidak, dan kukatakan bahwa aku tidak lagi mencintainya, dan sebagainya, padahal dia sedang di tengah diskusi. Dengan mesra dia menjawab, "Eyik tetap milik Mas, Eyik tetap sayang Mas, Eyik cuma sibuk." Spontan kuteriaki dia, "Bohong!" sambil kubanting teleponku. Sekitar pukul 09.30 keesokan harinya, stafku mengantar seorang kurir yang katanya ada kiriman harus kuterima langsung. Punggung si kurir masih kelihatan meninggalkan ruangan, aku sudah berteriak gembira karena kekasihku mengirimi tiket dan tertulis, "Masih mau jemput Eyik pulang?" Luar biasa girang, dan segera kutelepon lagi dia. Baru sebut hallo dan "Ticket.." dia langsung menjawab, "Katakan lagi kalau Mas sudah tidak cinta Eyik.." Dan kami pun tertawa.<br />
<br />
Sudah 1 jam kutunggu dia di airport di negeri Paman Sam, sampai aku tertidur di bangkunya ketika sebuah kecupan hangat kurasakan di bibirku. Kekasihku sudah di hadapanku dengan sweater warna-warni dan topi warna cerah senada yang memberi kesan manis pada wajahnya. Tanpa pikir panjang kulumat habis bibirnya karena aku begitu merindukannya sampai dengan sedikit memaksa dia mengajakku ke mobil sewaannya. Apartemen yang disewanya hanya memiliki 1 kamar tidur dengan 1 kamar mandi di kamar dan ruang tengah yang bersambung dengan dapur serta 1 toilet untuk tamu di dekat pintu masuk.<br />
<br />
Apartemen kecil tapi kelihatan ekslusive. Kulihat masakan yang sudah dingin. Rupanya pagi-pagi sekali dia sudah masak, dan pergi untuk menghadiri diskusi, makanya terlambat menjemputku. Sambil memanaskan makanan, kami mengobrol dan dia menanyakan kabar keluargaku dan anaknya (aku memang setiap hari mampir ke rumahnya untuk menengok anaknya). Selesai menyantap makanan yang lezat, seperti biasa dia memintaku untuk mandi. Aku pun memintanya untuk memandikanku. Disiapkannya air hangat di bak berendam dan kemudian pakaianku dilepaskan satu persatu. Kerinduanku tak terbendungkan lagi. Langsung kulepas juga pakaiannya dan kudorong dia ke dinding kamar mandi. Kucium wajahnya, lehernya, puting susunya kugigit sampai dia merintih kesakitan. Kulumat-lumat payudaranya dan turun terus ke perutnya sambil terus kujilati dan kugigit. Aku masuk ke bak berendam yang bentuknya bulat dan merebahkan kepalaku ke pinggirannya sambil menarik tubuhnya. Dhei mengerti dan dia membuka kakinya sambil setengah berjongkok dan meletakkan vaginanya di atas mulutku untuk kujilati. Mendengar desahannya, semakin kubenamkan wajahku di antara selangkangannya. Kujilati klitorisnya sambil kusedot. Dhei meremas rambutku dan menarik berlawanan arah seolah-olah ingin melepaskannya, tapi aku semakin kuat menghisap vaginanya sampai akhirnya tubuhnya bergetar kuat dan kulepaskan karena dia sudah orgasme dan sudah habis kusedot cairannya. Belum puas kulampiaskan rinduku, dengan kasar dia kusetubuhi di dalam air. Air bak bergelombang dan sedikit luber karena goyangan tubuhku yang hot dan Dhei mengerang mesra sampai kami mencapai orgasme.<br />
<br />
Selesai mandi, aku rebahan di tempat tidur. Diselimutinya dan dipijit-pijit punggungku. Kami masih sama-sama bugil dan dalam sekejap aku terlelap, letih karena perjalanan panjang. Aku terbangun 3 jam kemudian dan mencium harum kopi di meja samping tempat tidur. Rokokku pun ada di sana. Wajah manis itu sudah di hadapanku dengan t-shirt tipis dan celana pendek. Kukatakan kerinduanku dan Dhei menjawabku, "Mas Ai, selama kita di apartemen, Mas Ai tidak perlu pakaian karena badan Mas tidak akan kering". Aku masih memikirkan kata-katanya, Dhei mengambil sebuah toples berisi madu dengan pipet kecil yang unik. Dia mulai menanggalkan pakaiannya. Suhu di luar berkisar 12º C, tetapi penghangat di kamar bekerja baik, sehingga aku merasa hangat walaupun tidak berpakaian seharian. Aku dimintanya telungkup, dan kurasakan punggungku ditetesi madu. Dibentuknya dua garis lurus dari bahuku sampai ke pergelangan kakiku. Setelah itu, madu itu dijilatinya mulai dari kaki perlahan-lahan ke atas. Sambil menindihku, dikulumnya daun telingaku. Kurasakan bulu-buluku berdiri dan penisku mulai bereaksi. Kemudian direnggangkannya pantatku dan ditetesi beberapa tetes madu di sela-selanya untuk dijilatinya juga. Oh, permainan baru yang menyenangkan. Setelah selesai dengan punggungku, aku ditelentangkan. Kini badan bagian depanku ditetesi madu, seputar putingku, perut, pangkal paha, penis, sampai jari kakiku. Perlahan-lahan dikulumnya jari kakiku lalu naik ke paha. Langsung ke perut dan putingku. Dibersihkannya dengan lidahnya sampai ketika kusentuh tidak ada lagi bekas-bekas lengket. Ketiakku yang berbulu tidak begitu lebat juga dijilatinya sampai aku mengerang menahan geli bercampur nikmat. Aku hanya menutup mataku karena kegelianku. Kini dia turun ke pangkal paha. Dipijatnya dengan lidahnya dan dikulumnya bijiku. Lalu perlahan-lahan dikulumnya penisku. Dijilat dan dikulum kepalanya bergantian sampai akhirnya dimasukkan total ke mulutnya. Lembut sekali bibirnya. Aku memang heran dengannya, Dhei selalu cool, masih muda tetapi tidak pernah menunjukkan bahwa dia menggebu-gebu. Tetapi permainannya, lebih lihai dari yang kutonton di film-film blue.<br />
<br />
Dalam keadaan penis tegak menantang, Dhei mengajakku turun ke karpet dan menyandarkanku di tempat tidur. Kini Dhei di atasku memasukkan penisku ke vaginanya. Payudaranya yang besar di hadapanku dan sangat mengundang. Langsung kupegang kedua tangannya dan kuletakkan di balik pantatnya sehingga dadanya lebih membusung. Sambil naik-turun, payudaranya kuciumi dan kuhisap serta kugigit kecil dan kuremas-remas. Dhei mendesah dan menggigit bibirnya. Ketika aku sudah sangat tegang, tiba-tiba Dhei naik ke tempat tidur dalam posisi merangkak. Tanpa pikir panjang langsung kumasukkan penisku ke vaginanya tetapi ternyata dilepaskannya dan dimasukkan ke dalam anusnya. Aku bingung bercampur aduk, apalagi yang diinginkan sekarang, pikirku. Ternyata, enak sekali bermain dengan anusnya yang masih kencang. Cukup lama sampai aku rasa ada yang mendorong dengan cepat di penisku. Seketika itu juga Dhei berlutut menghadap penisku dan membuka mulutnya. Spermaku langsung menyembur ke mulutnya dan membasahi dagu serta dadanya dan aku pun terkulai.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTJM0-PhlJ5QBVhHtU1pia3bFMVKcYMexwoj9I7CMV5oUcNI1Zg_SmAf0uC-VM5va1DjLS6hltZgaXfFk-vcb3aIr59JfFk74LC38uBWc5u7uQaLaDN-wHhQWydlV5xfD_-T0dzJkF5UE/s1600/22.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTJM0-PhlJ5QBVhHtU1pia3bFMVKcYMexwoj9I7CMV5oUcNI1Zg_SmAf0uC-VM5va1DjLS6hltZgaXfFk-vcb3aIr59JfFk74LC38uBWc5u7uQaLaDN-wHhQWydlV5xfD_-T0dzJkF5UE/s1600/22.jpg" /></a></div>
Sekitar 15 menit kemudian, Dhei mengajakku bilas. Dibilasinya tubuhku dan penisku. Setelah itu dia menggandengku ke arah dapur (kami masih bugil). Meja dapurnya terbuat dari batu dan permanen. Dhei duduk di atas meja dan aku duduk di kursi. Diletakkannya kakinya di atas kedua pahaku. Melihat posisinya, penisku pun langsung bereaksi. Kuhisap lagi payudaranya. Kumain-mainkan dengan lidahku cukup lama. Dia memelukku dan sesekali membungkuk mengulum telingaku. Nafasnya mulai memburu membuat dadanya semakin busung naik-turun. Lalu kakinya kuangkat dan kulipat, kuletakkan di atas meja menempel dengan pantatnya. Kini giliran vaginanya yang kulumat-lumat dan kusedot cairannya. Penisku mengeras lagi. Melihat Dhei meronta kenikmatan, langsung aku berdiri dan kutindih perlahan tubuhnya. Tangannya meraih penisku dan dikocok pelan-pelan sambil dimasukkan ke vaginanya. Kami bercinta lagi di dapur dengan hot dan sama-sama mengerang lebih berisik. Kali ini kami lepas erangan kami dan kerinduan kami dengan berbagai posisi di meja dapur dan tidak terasa sudah hampir tengah malam ketika kami sama-sama meledak dan mandi keringat.<br />
<br />
Aku bahagia karena sanggup bertahan lebih dari 1 jam. Dua puluh hari kutemani Dhei di sana sampai selesai kursusnya. Aku benar-benar heran melihat Dhei, kursus, mengerjakan tugas, belajar dan bercinta, tidur hanya 4 jam. Belum lagi berbelanja, memasak dan mencuci pakaian kami. Sesekali Dhei berenang, di apartemennya ada kolam renang. Entah dari mana tenaga yang dimilikinya, seperti tidak kenal lelah dan selalu bersemangat. Aku selalu di dekatnya dan kuamati apa yang dimakannya. Memang makanan sehat semua. Tepat 14 hari di sana, kuhitung kami sudah bercinta sebanyak 70 kali dan sisa 6 hari berikutnya, sudah tidak kuhitung lagi. Kini hubungan kami sudah berjalan 3 tahun, Dhei adalah kekasihku dan permata hatiku yang sangat kucintai. Dhei telah menumbuhkan kepercayaan bahwa aku tidak punya kekurangan soal sex dan aku pun berharap dapat tetap memilikinya walaupun dengan cara seperti ini.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-35144810810671175472015-01-31T04:36:00.001+07:002015-01-31T04:36:19.635+07:00Aku Dan Mamaku<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/01/aku-dan-mamaku.html">Aku Dan Mamaku</a></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq23JfULWGK_BMcnm5icv-Lm3v7t5jZcGMSvBwTXMFEAxm2aBRLyMIq8Zx8Q0rDKDWh5j64iCeBfc__9vvzWOQu6AJas5X3DhiGNDStcgLVGERpDbFs6qsEjRtNse3umeepwWEnIo1-vw/s1600/imageses.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq23JfULWGK_BMcnm5icv-Lm3v7t5jZcGMSvBwTXMFEAxm2aBRLyMIq8Zx8Q0rDKDWh5j64iCeBfc__9vvzWOQu6AJas5X3DhiGNDStcgLVGERpDbFs6qsEjRtNse3umeepwWEnIo1-vw/s1600/imageses.jpg" /></a></div>
Pagi itu aku pulang sekolah lebih awal, karena memang minggu ini kami menjalani ujian semester 2 untuk kenaikan kelas 3 SMU. Sesampai dirumah nampak sebuah mobil sedan putih parkir didepan rumah. Siapa ya ? dalam hatiku bertanya. Padahal mama hari ini jadwalnya tennis.<br />
<br />
Untuk menghilangkan penasaranku segera kumasuki rumah. Ternyata di ruang tamu ada mama yang sedang berbincang dengan tamunya. Mama masih menggunakan pakaian olah raganya, sedangkan tamu itu masih berpakaian kerja dan berdasi. “Sudah pulang sekolahnya ya sayang” Tanya mama padaku. “Oh iya, ini perkenalkan om Ari relasi bisnis papamu, kebetulan pulang tennis tadi ketemu, jadi mama diantar pulang sekalian”. Kami saling berjabat tangan untuk berkenalan.<br />
<br />
Mereka kutinggalkan masuk kekamarku untuk berganti baju seragam sekolah. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan melanjutkan sekolah SMU-nya di kota “M” dan tingalnya indekost disana. Alasannya karena mutu sekolahnya lebih baik dari yang ada dikotaku (padahal daripada tidak naik kelas dan jadi satu kelas denganku).<br />
<br />
Jadi tinggal aku sendirian yg menemani mamaku, karena papa sering pergi ke luar kota untuk melakukan kegiatan bisnisnya. “Indra, tolong kesini sebentar sayang.” tiba-tiba terdengar suara mama memanggilku. “Ya ma !” aku segera beranjak untuk menemui mama di ruang tamu. “Om Ari mau minta tolong di belikan rokok ke warung sayang” pinta mama. Aku segera mengambil uang dan beranjak pergi ke warung untuk beli rokok.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKzL3t2y-NeuigpJmJUtLel6p8txlBASof5OyIw1d1C9HJT90ZZVDzCYcjqwkJQP8939vluuxJdfze1FfttiWaPAV8NFj2SF38qvaoY1AqbevPVVyY8vthqM696fe_2FYaYEGY2ckUo9w/s1600/Cerita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKzL3t2y-NeuigpJmJUtLel6p8txlBASof5OyIw1d1C9HJT90ZZVDzCYcjqwkJQP8939vluuxJdfze1FfttiWaPAV8NFj2SF38qvaoY1AqbevPVVyY8vthqM696fe_2FYaYEGY2ckUo9w/s1600/Cerita.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Sepulangnya dari warung tidak kutemui mama maupun om Ari di ruang tamu, padahal mobil om Ari masih parkir di depan rumah. Rokok kuletakkan di meja tamu lalu kutinggalkan kembali ke kamarku. Melewati kamar mama nampak pintu sedikit terbuka. Dengan rasa penasaran kuintip melalui celah pintu yang terbuka tadi. Didalam kamar nampak pemandangan yang membuat jantungku berdegup kencang dan membuatku sering menelan ludah. Nampak mama yang telanjang bulat tidur di atas ranjang dengan om ari menindih dan mengulum payudara mama tanpa menggunakan celana lagi. Dengan gerakan teratur naik turun menyetubuhi mamaku. Sambil mengerang dan meggeleng ke kiri dan kekanan, nampak mamaku menikmati puncak dari birahinya. Tak lama kemudian nampak om Ari mengejang dan rubuh diatas pelukan mama. Mungkin sudah mengalami orgasme. Tanpa sengaja dengan wajah kelelahan mama melihat kearah pintu tempat aku mengintip dan mebiarkan aku berlalu untuk kembali ke kamarku. Sesampainya di dalam kamar pikiranku berkecamuk membayangkan pemandangan yang baru kulihat tadi. Takterasa tanganku melakukan aktifitas di penisku hingga mengeluarkan cairan yang membuatku merasakan kenikmatan sampai aku tertidur dengan pulas.<br />
<br />
Malam harinya aku belajar untuk persiapan ujian besok pagi. Tiba tiba pintu kamar terbuka. “Sedang belajar ya sayang” nampak mama masuk kekamarku menggunakan daster tidur. “Iya ma, untuk persiapan ujian besok pagi” mamaku duduk di ranjangku yang letaknya dibelakang meja belajarku. “Kamu marah sama mama ya ?” tiba tiba mama memecahkan keheningan. “Kenapa harus marah ma ?” tanyaku heran. “Karena kamu sudah melihat apa yang mama lakukan dengan om ari siang tadi”. “Enggak ma, memangnya om Ari telah menyakiti mama ?” aku balik bertanya. “Enggak, malah om Ari telah memberikan apa yang selama ini tidak mama dapatkan dari papamu. Papamu kan sering keluar kota, bahkan mama dengar papamu punya istri muda lagi.” “Kenapa mama diam saja ?” tayaku. “Yang penting bagi mama segala keperluan kita terpenuhi, mama tidak akan mempermasalahkan itu.”<br />
<br />
“Kamu mau membantu mama sayang ?” tiba tiba mama memelukku dari belakang. Dapat kurasakan payudaranya yang ukurannya sedang menempel di punggungku. “Menolong apa ma ?” jawabku dengan suara bergetar dan sesekali menelan ludah. “Memberikan apa yang selama ini tidak mama dapatkan dari papamu.” “Tapi, aku kan anakmu?” “Kamu kan laki-laki juga, jadi kalau kita sedang melakukannya jangan berpikir kalau kita ini adalah ibu dan anak.” sambil berkata begitu tiba tiba mamaku sudah memegang batang penisku yang sudah menegang dari tadi. “Wow, ternyata punyamu besar juga ya” goda mamaku, aku jadi tersipu malu. Tiba tiba mamaku mengeluarkan penisku dari celana pendek yang kupakai, kepalanya mendekati penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sambil mengocok ngocok dan memainkan lidahnya di ujung penisku. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan, tiba tiba “crot…crot. .” keluar cairan kenikmatan yang langsung ditampung mulut mama. “Yah, sudah keluar deh, padahal mama belum kebagian” kata mamaku sambil menelan cairan sperma yang ada dalam mulutnya.<br />
<br />
Aku jadi malu sendiri, maklum yang pertama kali kulakukan. “Pindah ke ranjang yuk” ajak mamaku sambil berdiri menuju ranjangku. Aku ngikut aja bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Mamaku tidur terlentang diatas ranjang masih menggunakan dasternya. Ketika kakinya diangkat agak ditekuk tampak mem*k mamaku yang dikelilingi bulu halus itu terbuka. Ternyata mamaku tidak memakai celana dalam dibalik dasternya. Membuat dadaku jadi berdebar debar melihat pemandangan yang indah itu. “Ayo kesini!” kata mamaku sambil menarik turun celana kolor yang aku pakai. Dasar si kecilku nggak bisa melihat barang aneh, langsung terbangun lagi. “Nah, itu sudah bangun lagi.” seru mamaku.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9a7K-swr9d81EVfLhJmTcvFs2rQOnaVmIuy_eVz8eHrvn9fvm9QNRW-sj1KAuk6jXxWyMzyzmNj40_IuX25XCXTWPPbOCKeazNRgji70sOM-R57QL7dfN5m9NzBy8SjzDMh5D3lrotNo/s1600/images+(4).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9a7K-swr9d81EVfLhJmTcvFs2rQOnaVmIuy_eVz8eHrvn9fvm9QNRW-sj1KAuk6jXxWyMzyzmNj40_IuX25XCXTWPPbOCKeazNRgji70sOM-R57QL7dfN5m9NzBy8SjzDMh5D3lrotNo/s1600/images+(4).jpg" /></a></div>
Kudekati bagian pangkal paha mamaku, tercium olehku aroma yang keluar dari memek mamaku yang membuaku makin terangsang. Sambil perlahan kusibak belahan lobang kenikmatan yang didalamnya berwarna merah jambu itu. Kujilat cairan yang keluar dari dalamnya, nikmat rasanya. “Teruskan indra, jilati bagian itu” lenguh mamaku yang merasakan kenikmatan. Kujilat dan terus kuhisap cairan yang keluar sampai tak bersisa.<br />
<br />
Setelah sekian lama bermain didaerah vagina mamaku, kuangkat kepalaku dari jepitan paha mamaku. Kulihat mamaku sudah tergolek tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya. Mungkin waktu asyik bermain dibawah tadi, mamaku mulepaskan daster yang dikenakannya. Kubuka kaos yang sedang kupakai, sehingga kami sama-sama dalam keadaan telanjang bulat. Kudekati tubuh mamaku sambil perlahan lahan kutindih sambil menghujani ciuman ke bibir mamaku. Kami berciuman sambil memainkan payudara mamaku, kuremas remas dan kupuntir puting payudara yang dulu menjadi sumber makananku pada waktu masih bayi. Tangan mamaku sudah memegang batang penisku dan dibimbingnya kearah lobang kenikmatannya yang sudah basah. “Tekan sayang…” pinta mamaku. Dengan ragu-ragu kutekan penisku dan bless menancap masuk ke lobang vagina mamaku yang sudah licin. Oh..nikmatnya, sambil kutarik keluar masuk kedalam lobang kenikmatan itu. Desahan napas mamaku semakin membuat aku terpacu untuk mempercepat irama pemompaan batang penisku kedalam lobang kenikmatan mamaku. Tak lama kemudian… “Oh, aku sudah sampai sayang, kamu benar benar hebat”.<br />
<br />
Terasa lobang kenikmatan mamaku bertambah basah oleh cairan yang keluar dari dalam dan menimbulkan bunyi yang khas seirama keluar masuknya batang penisku. Tiba-tiba mama mencabut batang penisku, padahal sedang keras-kerasnya. “Sebentar ya sayang, biar ku lap dulu lobangya, sambil kita rubah posisi.” Disuruhya aku telentang dengan batang penis yang tegak hampir menyentuh pusarku. Mamaku jongkok tepat diatas batang penisku. Sambil membimbing batang penisku memasuki lobang kenikmatan yang sudah mongering karena di lap dengan ujung kain daster, ditekannya pantat mamaku hingga bless, kembali si kecilku memasuki goa kenikmatan mamaku, meskipun agak seret tapi rasanya lebih enak, sambil perlahan lahan diangkatnya naik turun pantat mamaku, yang membuat aku jadi tambah merem melek. Lama kelamaan jadi tambah licin dan membuat semakin lancarnya batang penisku untuk keluar masuk. Semakin cepat irama naik turunya pantat mamaku, tiba tiba tanganya mencengkeram kuat dadaku dan… “Aku sudah sampai lagi sayang” desah mamaku.<br />
<br />
Tubuhnya melemah dan menghentikan irama naik turun pantatnya. Tubuhnya mengelosor telentang disampingku, dan membiarkan batang penisku masih tegak berdiri. ” Aku sudah tidak sanggup lagi sayang, terseah mau kamu apain saja ” kata mamaku pelan. Aku hadapkan mamaku kekiri, sambil kuangkat kaki kanannya hingga nampak tonjolan lobang vaginanya mulai terbuka. Kumasukkan batang penisku lewat belakang sambil perlahan lahan ku pompa keluar masuk kedalamnya. Irama pemompaanku makin lama makin kupercepat sampai akhirnya tubuhku mengejang hendak mengeluarkan peluru cairan dari lobang penisku, dan crot…crot…crot muntahlah lahar dari lobang penisku. Bersamaan dengan itu mamaku mengerang lemah ” Oh sayang, aku keluar lagi “. Batang peniskupun melemah, dan keluar dengan sendirinya dari lobang petualangan. Kamipun tertidur pulas dalam keadan telanjang bulat sambil berpelukan (kaya telletubis aja).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNBqkgkiPVKwlRsDTWKZEC06A1d9ipjuvRBNkF0PzbyEk-IjODfft3l6uCckPIlTonfC7_bFkeEiNbJDa5jvEGqPXrW6_013f74mj5A1-CsGXwcCuh6rryJUZenoYaIDClMMxu-VO25b0/s1600/gadis.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNBqkgkiPVKwlRsDTWKZEC06A1d9ipjuvRBNkF0PzbyEk-IjODfft3l6uCckPIlTonfC7_bFkeEiNbJDa5jvEGqPXrW6_013f74mj5A1-CsGXwcCuh6rryJUZenoYaIDClMMxu-VO25b0/s1600/gadis.jpg" height="320" width="284" /></a></div>
Pagi harinya aku terbangun dengan keadaan segar, mamaku sudah tidak ada disampingku. Ku ambil handuk dan kulilitkan menutupi kemaluanku menuju ke kamar mandi. Di ruang makan aku berpapasan dengan mama yang sudah segar bugar habis mandi. Kudekati mamaku dan kucium pipinya dengan mesra, aroma sabun mandi tercium dari tubuh mamaku. ” Semalam kamu hebat sayang, untuk itu mama siapkan telor setengah matang dan susu hangat untuk memulihkan lagi staminamu ” bisik mamaku lembut. Sambil duduk dengan hanya dililit oleh handuk kuminum susu hangat dan kumakan dua butir telur setengah matang dengan kububuhi merica bubuk dan garam. Mamaku mendampingiku berdiri disampingku, karena tercium aroma segar sabun mandi membuat birahiku jadi naik. Perlahan lahan batang penisku berdiri menyibak lilitan handuk yang menutupinya. Mamaku terseyum melihat kejadian itu, sambil dipegangnya batang penisku berbisik ” Nanti siang aja sepulang kamu dari sekolah kita lakukan lagi “.<br />
<br />
Dengan kecewa aku beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap siap ujian semester di hari terakhir. Tak sabar rasanya untuk segera menyelesaikan ujian hari ini, agar bisa berpetualang penuh kenikmatan.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-80445565851767027322015-01-28T02:09:00.000+07:002015-01-28T02:09:29.178+07:00Goyangan Liar Gadis Desa<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/01/goyangan-liar-gadis-desa.html">Goyangan Liar Gadis Desa</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglZyve5HycsANyMWPgMbxIwvI8Hyz8tNr8GI1bfP1bhukOYHx3uxGAD6-3zOql1hTtVgOomc1X4DchTQe6Aob1P5y-q_E2TGvd_OiCB4IR2MD_FoGOHVmolhow0YdbwaDfvQYUAjLSA1E/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglZyve5HycsANyMWPgMbxIwvI8Hyz8tNr8GI1bfP1bhukOYHx3uxGAD6-3zOql1hTtVgOomc1X4DchTQe6Aob1P5y-q_E2TGvd_OiCB4IR2MD_FoGOHVmolhow0YdbwaDfvQYUAjLSA1E/s1600/images.jpg" height="240" width="320" /></a></div>
Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur dikantor/unit yang ada di desa.<br />
<br />
Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Mirna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah. Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Mirna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Mirna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah dipanggil keluarlah ibu Mirna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali.<br />
<br />
Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga. Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Mirna, dan akhirnya ibu Mirna bertanya, “Dik Amar matanya ngeliat apasih?” sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya. “Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik?” kata bu Mirna. “Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….?” Saya berhenti berkomentar. “Khususnya apa dik?” desaknya. “Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang?” Ibu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno. “Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?” tanya bu Mirna. “Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun?” jawab saya. “Wah sedang panas-panasnya dong?” lanjutnya. “Panas apanya bu?” saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya. “Ah dik Amar berlagak nggak tau…..?” kata bu Mirna sambil tersipu. “Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot?” pancing saya terus. Tapi ibu Mirna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, “kok jadi kelihatan sedih bu?”.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcITGulYER9rFH-Tp2liwmuTpQd2CcDj8fvX3AFnPZlPUns7cQnMShTneR8lwibGG97clK_GMyjQT42zexauAdviK9J_qZv8atiEpw7IUjsdSKcSA0uDWau0TDBya8X3WxxdApd_MyitU/s1600/images+(3).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcITGulYER9rFH-Tp2liwmuTpQd2CcDj8fvX3AFnPZlPUns7cQnMShTneR8lwibGG97clK_GMyjQT42zexauAdviK9J_qZv8atiEpw7IUjsdSKcSA0uDWau0TDBya8X3WxxdApd_MyitU/s1600/images+(3).jpg" height="212" width="320" /></a></div>
Akhirnya bu Mirna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal. “Maaf bu…..padahal menurut saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua?” “Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan?” “Gimana caranya?” lanjut saya “Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur?” Lanjutnya. “Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ????” kata saya sambil bergeser duduk mendekat. “Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain?” katanya. “Dik Amar kok gak dengerin sih….” kata bu Mirna sambil menepuk paha saya. Tangan bu Mirna saya pegang…sambil berkata, “abis ada pemandangan yang lebih bagus”, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya. “Ah nakal dik Amar ini?” kata bu Mirna. Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih. Terus tangan saya beralih kepahanya…. “jangan dik?” kata bu Mirna tanpa berusaha menolak. Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Mirna mundurkan kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Mirna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka.<br />
<br />
Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan ibu Mirna memberikan respon dengan membalas ciuman saya. Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas…. “ah..ah jangan dik” tapi tangan bu Mirna malah menekankan tangan saya ke teteknya. Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah? “ah…uh…ah terus dik, enak?” kata bu Mirna. Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Mirna langsung saya lepas? “jangan dik…ntar keterusan?” kata bu Mirna. “Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah? kita sama-sama butuhkan bu?” kata saya. Akhirnya bu Mirna menyerah. membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin menegang…… “ah…ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik?” desahnya. Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri….. “ahhhhh…uhhh…..ahhhhh dik udah dik? ibu nggak tahan”. Tapi tangan bu Mirna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar dari samping cdnya. Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Mirna…….. “ah…ahhhh…ahhhh dik terus dik terus…enak banget?” desahnya dengan logat jawa yang kental. Akhir dengan seijin bu Mirna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek memek tersebut…sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan….. “dik ahhhh enaaaaak dik…enaaaaaakkkkk banget”.<br />
<br />
Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat memek yang kemerah-merahan tersebut. “ahhh berhenti dik…jangannnnn?” kata bu Mirna setelah tahu saya telah menjilat memeknya…… saya berhenti dan bertanya, “kenapa harus berhenti bu?”. “Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok” kata bu Mirna. “Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu?” kata saya. “Ndak…?” kata bu Mirna. “Wah rugi bu?” kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek. “Rugi kenapa dik?” tanya bu Mirna. “Rasnya nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu” kata saya sambil langsung menjilat memek bu Mirna…..setelah menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga memek sehingga menambah kenikmatan…. “ahhh…ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh…nikmat banget dik? terus dik…terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus…..” Saat itil bu Mirna aku jilatin dan aku sedot……. “ahhhhh…ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar…ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar….” kepala saya langsung ditekan kememek bu Mirna dengan keras…..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Mirna.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjowxfejMXO68y_VNmXzS7ByiTOIA71KTySjWfmvFHuUK4MGGXxCR29RGkUjHHtDFAdMaINF3kvZtO2ajbfXNGq3eMoQQTEzJjji2W_EBjWoqpZi2rERbJFp34uLQaJwIPGyV4QQ_Hu_JE/s1600/images+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjowxfejMXO68y_VNmXzS7ByiTOIA71KTySjWfmvFHuUK4MGGXxCR29RGkUjHHtDFAdMaINF3kvZtO2ajbfXNGq3eMoQQTEzJjji2W_EBjWoqpZi2rERbJFp34uLQaJwIPGyV4QQ_Hu_JE/s1600/images+(1).jpg" height="239" width="320" /></a></div>
Ibu Mirna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata, “benar dik Amar ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..” Tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan baju…….sedangkan cd bu Mirna langsung diumpetin kekolong kursi,….ternyata anak bu Mirna yang kedua pulang dari tempat belajarnya. Setelah anaknya masuk…..langsung bu Mirna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ? “Ibu belum puas ya…?” Goda saya. Ibu tersipu sambil berkata…….”iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai kontol dik Amar biar sama2 bisa puas…kan dik Amar belum keluar?” kata bu Mirna. “Iya sih bu….nanggung rasanya kontolku ini? tapi udahlah bu…karena malam ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah pulang.<br />
<br />
Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..” sambil tangan saya meremas buah dadanya. “Ahhhh..dik Amar, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik?” kata bu Mirna. “Boleh…boleh bu? tapi benar ya bu….iya besok jam 10 pagi” kata bu Mirna sambil tersenyum.<br />
<br />
Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Mirna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium….. “ah dik Amar kok gak sabaran sih?” kata bu Mirna. Saya nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Mirna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Mirna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut? “aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya” kata bu Mirna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang. Kembali saya cium bibir bu Mirna…terus turun kesemua lekuk tubuhnya.. “ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap?” mulutku langsung pindah ke susu bu Mirna… .sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal dan hangat, “ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama nggak merasakan ngentot…terus…..teruuuuuusssss dik?”.<br />
<br />
Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu Mirna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Mirna pun tanpa diminta langsung menngemut kontol saya….. “uhhhhh nikmat sekali buuuuu?” kontol saya terus diemut keluar masuk mulut bu Mirna sambil dipijat….. “uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu”, saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu Mirna……sambil tangan saya sedikit menusuk-nusuk anusnya. “aduhhhhhh dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik….. ahhhhhhhh……. ahhhhhhhhhh”, tiba2 ibu Mirna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis. Aku biarkan bu Mirna istirahat sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Mirna dengan ciuman sehingga ibu Mirna kembali memberikan reaksi yang lebih panas…….. “ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayo dik entotin memek ibu…..ibu sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh”, sayapun memutar tubuh bu Mirna untuk mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Mirna yang menantang, dengan perlahan kumasukkan batang penisku secara perlahan…karena terdengar ibu Mirna menjerit seraya berkata “perlahan dik….. memek ibu sudah lama gak dientot……” perlahan aku masuk dan keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Mirna ……dan reaksi bu Mirna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit dengan nikmatnya….. “ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh…buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu?”<br />
<br />
Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali tusukan setangah kontol dan sekali tussukan kontol hingga amblas ke memek bu Mirna…… sepuluh menit kemudian desahan bu Mirna semakin keras….. “ahhhhhhh dik…memek ibu enak banget…..uhhhhhh kontol adik enaakk banget……uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh” “Terus dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Amar……ibu kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh”, desahan bu Mirna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0zlRW8qAMuQ9Fy9cc-dwCR1O5Fiplnzcjkr8LpvzbO4Y_HArXxIOVfRvgmktdxcDcBofxiUkjfg5eEKUnEQCSyZ-6GeU5QVh2m3xYjYJQ_8cPj6AV4NZqM4j-TqCpyk-tcI_vw6xa-1o/s1600/images+(2).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0zlRW8qAMuQ9Fy9cc-dwCR1O5Fiplnzcjkr8LpvzbO4Y_HArXxIOVfRvgmktdxcDcBofxiUkjfg5eEKUnEQCSyZ-6GeU5QVh2m3xYjYJQ_8cPj6AV4NZqM4j-TqCpyk-tcI_vw6xa-1o/s1600/images+(2).jpg" height="239" width="320" /></a></div>
Setelah istirahat sejenak…bu Mirna langsung mengurut penis dan mengemutnya dengan lincah sekali. “ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu?” desah saya. kemudian bu Mirna berhenti sambil berkata “dik Amar sesuai janji ibu semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak terlupakan bagi kontol dik Amar?”. Ibu Mirna langsung mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu Mirna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi, kali ini memek bu Mirna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat. “oooooohhhhhh……ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu……..ohhhhhh ****** saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu?”. Ibu Mirna hanya menjawab dengan desahan nafsnya…… “ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh dik…memek ibu juga nikmat sekali…….”, pantat bu Mirna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat, sehinggga membuat kontolku terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri. “ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu………”, nggak percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman…seperti bu Mirna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati. “Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan” “sebentar dik Amar, bareng sama ibu…”, kata bu Mirna sambil terus menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah…. “ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..”. “ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………”, Ibu Mirna mengejang dan terasa lendir membasahi memeknya. “terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh”, aku menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Mirna secara kuat, akhirnya kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak kedua.<br />
<br />
Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari, maka dua hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin, itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan mendapat sensasi kenikmatan yang luar biasa dengan mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan, sehingga penis saya yang normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena tempat bu Mirna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut, terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-850030145568717900.post-38384719294937693002015-01-26T04:55:00.000+07:002015-01-26T04:55:25.861+07:00Nikmatnya Goyangan Janda Muda<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;"><a href="http://ceritanikmatku.blogspot.com/2015/01/nikmatnya-goyangan-janda-muda.html">Nikmatnya Goyangan Janda Muda</a></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixWRLRNMZGIN9UJvBgUPNJKRWOLCl9HZX6ypwCSHsZVmPUsNYw6dTKbDJaYZNVS2U25g5f81e4mmKohtJeCG78q-EVoY-dD0BcS3A_b1cUHmw3oT8RB4MrgEzvqhwvBnTbzZQAqKKVesY/s1600/76.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixWRLRNMZGIN9UJvBgUPNJKRWOLCl9HZX6ypwCSHsZVmPUsNYw6dTKbDJaYZNVS2U25g5f81e4mmKohtJeCG78q-EVoY-dD0BcS3A_b1cUHmw3oT8RB4MrgEzvqhwvBnTbzZQAqKKVesY/s1600/76.jpg" /></a></div>
Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku bekerja di sebuah perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di sebuah kota yang sejuk, dan saya tinggal (kost) di daerah perkampungan yang dekat dengan kantor. Di daerah tersebut terkenal dengan gadis-gadisnya yang cantik & manis. Aku dan teman-teman kost setiap pulang kantor selalu menyempatkan diri untuk menggoda cewek-cewek yang sering lewat di depan kost. Di sebelah kostku ada sebuah warung kecil tapi lengkap, lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun, sandal, gula, lombok, roti, permen, dsb itu ada semua. Aku sudah langganan dengan warung sebelah. Kadang kalau sedang tidak membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku sudah tidak sungkan-sungkan untuk hutang. Warung itu milik Ibu Ita (tapi aku memanggilnya Tante Ita), seorang janda cerai beranak satu yang tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Ita buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam sembilan malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Ita sendiri dan keponakannya yang SMA, Krisna namanya.<br />
<br />
Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yang kurang.., apa ya..?, Oh ya rokok, tapi setelah aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), aku jadi ragu, apa warung Tante Ita masih buka ya..?, Ah.., aku coba saja kali-kali saja masih buka. Oh, ternyata warung Tante Ita belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yang jualan”, batinku.<br />
<br />
“Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini, kali saja lupa nutup warung.<br />
<br />
Ah kucoba panggil sekali lagi, “Permisi.., Tante Ita?”.<br />
<br />
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.<br />
<br />
Yang keluar ternyata Tante Ita, hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya yang kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.<br />
<br />
“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Krisna mana?<br />
<br />
“O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Otong Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.<br />
<br />
“Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang tidak terbungkus handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Ita, soalnya biasanya Tante Ita selalu pakai baju kebaya. Dan lagi aku baru sadar dengan hanya handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Ita tidak memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.<br />
<br />
Malam gini kok belum tutup Tante..?<br />
<br />
“Iya Mas Otong, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pake’ pakaian dulu?<br />
<br />
“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.<br />
<br />
“Wah ngerepoti Mas Otong kata Tante Ita.., sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.<br />
<br />
“Trimakasih lho Mas Otong..?”.<br />
<br />
“Sama-sama..”kataku.<br />
<br />
“Tante saya lewat belakang saja”.<br />
<br />
Saat aku dan Tante Ita berpapasan di jalan antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk dilepit di dadanya terlepas, dan Tante Ita terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Ita menjerit sambil secara reflek memelukku.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9-VxIRkjjvZQq2409npmYOB1ToHHoM5E7P04TZw_wI-xgordXu5VC4JQF_7kcpOI_JsR02sPC1PEEOeLECZnYIqMFLmzNaPUiOqjPJGI1fYxQTcAoROK3N9bEHJGZMGUHt7wSwXbmPqc/s1600/91.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9-VxIRkjjvZQq2409npmYOB1ToHHoM5E7P04TZw_wI-xgordXu5VC4JQF_7kcpOI_JsR02sPC1PEEOeLECZnYIqMFLmzNaPUiOqjPJGI1fYxQTcAoROK3N9bEHJGZMGUHt7wSwXbmPqc/s1600/91.jpg" /></a></div>
“Mas Otong.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam biru muda, dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah bangun sejak tadi menyentuh tante.<br />
<br />
“Mas Otong.., burungnya bangun ya..?”.<br />
<br />
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi, jadi nafsu Saya Tante..”.<br />
<br />
“Ah tidak apa-apa kok Mas Otong itu wajar..”.<br />
<br />
“Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah..?”.<br />
<br />
“Ah belum terpikir Tante..”.<br />
<br />
“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Gini tidak enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Otong.. kebutuhan batin..”.<br />
<br />
“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.<br />
<br />
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.<br />
<br />
Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar memenuhi kebutuhan batin Tante Ita.., ough.., pikiranku tambah usil.<br />
<br />
Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.<br />
<br />
“Mas Otong burungnya masih bangun ya..?”.<br />
<br />
Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Ita meraba burungku.<br />
<br />
“Wow besar juga burungmu, Mas Otong.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.<br />
<br />
“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak pernah kurasakan.<br />
<br />
“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Ita sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong.<br />
<br />
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.<br />
<br />
“Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Ita.<br />
<br />
“Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Otong..”, kata tante sambil terus mengocok burungku. Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yang halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Ita sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang tidak terlalu besar itu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0DkK5Ig9pZ5R0Cut0kyMaJeufCrPkRCZ41Jz0SzXI0PgKtuePfyd7vb3ctyLyKI2HtLTSRvGhKpwfVAiBkmDYIlVsr4DDSWqKLohWbYJq6jdD1lTsllGtfIE4olUOGgrBNrZam6GBbO8/s1600/80.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0DkK5Ig9pZ5R0Cut0kyMaJeufCrPkRCZ41Jz0SzXI0PgKtuePfyd7vb3ctyLyKI2HtLTSRvGhKpwfVAiBkmDYIlVsr4DDSWqKLohWbYJq6jdD1lTsllGtfIE4olUOGgrBNrZam6GBbO8/s1600/80.jpg" /></a></div>
“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang rasanya. Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough.., sesshh.<br />
<br />
Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku sambil berjalan ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Ita naik sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.<br />
<br />
“Mas Otong.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.<br />
<br />
Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu banyak. Aku jadi tidak percaya kalau Tante Ita sudah punya anak, aku langsung saja mejilat vaginanya, harum, dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap rakus vagina tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang vaginanya.<br />
<br />
“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.<br />
<br />
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam vaginanya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.<br />
<br />
Kemudian Tante Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.<br />
<br />
“Ayo Mas Otong.., Tante sudah tidak tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Otong.., burung Mas Otong kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tidak dengar komentar Tante Ita soal burungku, aku melihat pemandangan demikian menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya.<br />
<br />
“Aughh..”, teriak tante.<br />
<br />
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.<br />
<br />
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di vaginanya, sempit sekali.<br />
<br />
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.<br />
<br />
“Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar juga nikmat..”.<br />
<br />
Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.<br />
<br />
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.<br />
<br />
Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan vagina Tante Ita. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Ita. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.<br />
<br />
“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Otong..”, katanya sambil merem-melek.<br />
<br />
“Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di vagina Tante Ita.<br />
<br />
“Mas Otong sudah mau keluar ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian Tante Ita telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Ita semakin mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Ita memelukku sedikit agak mencakar punggungku.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisJXZCBZavHsnl5767U0H86N2azJ-PwyM5G76dVF4HG2w3pvqh8s6_qHBICaN0X8T_MVBqCnCv1KxlIhPnZBns1oYvRjycANCHOFCeEkPWmi_zLQMiE-KxRuLOAj3yBUWeGLLEerlFPhE/s1600/81.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisJXZCBZavHsnl5767U0H86N2azJ-PwyM5G76dVF4HG2w3pvqh8s6_qHBICaN0X8T_MVBqCnCv1KxlIhPnZBns1oYvRjycANCHOFCeEkPWmi_zLQMiE-KxRuLOAj3yBUWeGLLEerlFPhE/s1600/81.jpg" /></a></div>
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus goyang kutanya Tante Ita.<br />
<br />
“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.<br />
<br />
“Terrsseerraah..”, desah Tante Ita. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam vagina Tante Ita, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante Ita orgasme kembali, dia gigit dadaku.<br />
<br />
“Mas Otong.., Mas Otong.., hebat Kamu Mas”.<br />
<br />
Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Ita masih tetap telanjang telentang di atas meja.<br />
<br />
“Mas Otong.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau tidak digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.<br />
<br />
“Tante ingin Mas Otong sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali badanku, tapi itu tidak berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yang baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat di depan warung Tante Ita, aku di panggil tante.<br />
<br />
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak tahu apa maksud perkataan Tante Ita tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<b><i>Supported by : <a href="http://www.obatvitalitasherbal.com/">http://www.obatvitalitasherbal.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://blogkuyangasyik.blogspot.com/">http://blogkuyangasyik.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<b><i><a href="http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/">http://suka-sukakusurabaya.blogspot.com/</a></i></b></div>
<div>
<br /></div>
Teguh Runtukahuhttp://www.blogger.com/profile/02900947858985014388noreply@blogger.com1